Awal dari Segalanya

56 8 4
                                    

Jungkook berdiri menatap jalanan dari lantai 25, mobil-mobil yang lalu lalang, lampu-lampu jalanan, pohon-pohon yang menaungi orang-orang yang jalan dibawahnya terlihat begitu kecil. Apartemen yang dibelinya dari hasil jerih payahnya sendiri sebagai penyanyi solo dan kemudian merambat masuk dalam dunia akting hingga menjadi tokoh paling berpengaruh di Korea, tangannya memegang sebuah name tag sekolah yang telah usang, dia mengusap-usapnya dengan jemarinya yang perlahan-lahan bergetar dan menggenggam erat name tag tersebut dan menempelkannya ke dada, bahunya bergetar, airmatanya tidak berhenti mengalir di kedua pipinya. Hanya ditempat ini dia bisa mengeluarkan semua perasaannya, melakukan apa yang dia mau tanpa takut akan ada yang melihatnya.Jungkook selalu berdiri di balkon itu setiap malam ketika dia tidak memiliki jadwal apapun, dia akan berdiam di balkon itu selama 30 menit dan kemudian kembali lagi ke dalam rutinitasnya. Setelah menenagkan diri, dia masuk ke dalam sebuah ruangan yang dikelilingi oleh rak buku, dia menyisakan sebuah space di salah satu dinding menggantung lukisan Friedrich Caspar david berjudul The Dreamer, dan jendela di kedua sisi lukisan tersebut. Di hadapan lukisan terdapat sebuah lemari cabinet putih. Dan sebuah meja belajar di tengah tengah ruangan. Jungkook berjalan kearah meja belajar tesebut dan mengambil bingkai foto berwarna putih di atas meja belajar yang berisi sebuah potret perempuan berambut panjang yang diambil dari belakang, dan juga potret perempuan yang sama diambil dari angle kiri sedang tersenyum menunduk sambil merapikan rambutnya. Jika diperhatikan di ujung kedua foto tersebut terdapat tulisan kecil "Se-jeong, busan, 2009". Jungkook tersenyum kecil menatap kedua foto itu, jarinya tak berhenti mengusap foto tersebut "aku merindukanmu" gumamnya diselipi dengan airmata yang jatuh tanpa jeda ,dia memeluk bingkai foto itu dan menangis sejadi-jadinya. 

 Pikirannya melesat jauh ke tahun dimana dia pertamakalinya bertemu dengan Se-jeong, awal dari semua...

**

Flashback

"Siswa terbaik tahun ini dianugerahkan pada Kim Se-jeong" suara tepuk tangan tidak hentinya mengiringi langkah seorang perempuan berambut panjang yang diikat pony tail berjalan menuju podium untuk menerima piagam dari kepala sekolah SMA Shinhwa. Dua tahun Berturut-turut dia berhasil meraih predikat sebagai siswa terbaik di sekolahnya.

Penghargaan tadi sebagai pembuka tahun ajaran baru di sekolah tersebut. Setelah Se-jeong menerima piagamnya dan kepala sekolah mengakhiri upacara semua siswa berkerumun di koridor mencari kelasnya masing-masing. Jeon Somi yang sedari tadi berdiri di depan kelas 2-2 melambaikan tangannya ke Se-jeong yang langsung berlari kearahnya.

"Kita sekelas lagi, sampingan yuk" somi langsung menggaet lengan Se-jeong masuk ke kelas dan duduk di barisan paling ujung, di depannya Gaeul dan hye-na berbalik kearah mereka berdua.

"wah.., sekelas dengan siswa terbaik, jackpot" mereka berdua tos dan langsung meninggalkan Somi dan Se-jeong yang bingung melihat tingkah mereka.

30 menit kemudian, wali kelas mereka masuk dan memberikan tatapan jahil ke seluruh kelas "kalian pikir aku akan membiarkan kalian duduk sesuka hati kalian?" dia menggeleng dan langsung menunjuk Se-jeong membagikan batang eskrim bernomor dan menyuruh mereka duduk ke tempat sesuai nomor yang didapat. Tatapan protes mulai terlihat dimana-mana namun tidak ada yang berani mengeluarkan pendapat, Se-jeong dan somi tidak berpisah namun mendapat tempat di barisan paling depan, Somi berkacak pinggang dan merengut "Aku tidak bisa tidur di kelas lagi".

Pak jaerim wakil kepala sekolah yang terkenal dengan tradisi untuk anak walinya dengan mengatur tempat duduk sesuai no. undian yang didapat dari gagang eskrim yang dia buat sendiri, ada yang bilang itu sebagai pelariannya terhadap judi, dia menjadikan anak walinya sendiri sebagai bahan taruhan, Siapa yang akan jadi pasangan? Lalu dia akan membanggakan pada semua guru kalau semua itu berkat tangan dinginnya sebagai wali kelas dan bakat terpendamnya sebagai mak comblang. Selain itu, pak jaerim selalu mendengarkan curhatan murid meskipun bukan anak walinya dan memberi saran terhadap semua keluh kesah muridnya, kebanyakan tentang cinta, tidak heran jika dia sering mendapat undangan pernikahan dari alumni. Meskipun dia sendiri masih betah melajang di usianya yang sudah menginjak hampir setengah abad.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sekali Lagi...Where stories live. Discover now