Chapter 66

86 1 0
                                    

"Bantuan apa yang kau inginkan? "tanya Ivan.

"Bersediakah anda meminjamkan dana pada saya? "tanya Merik ragu.

"Apa jaminannya? "tanya Ivan lagi.  Pria itu bingung, ia tak mengerti jaminan apa yang diinginkan kakak iparnya tersebut.

"Aku akan memberikanmu berapapun yang kau butuhkan, asal kau memberiku jaminan bila kau tak dapat mengembalikannya, "ucap Ivan.

"Kak, Ivan, Merik,  itu suamiku, itu artinya dia adik iparmu,"sela Kauri yang tak mengerti jalan pikiran kakaknya, bagaimana mungkin sang kakak bisa meminta sebuah jaminan pada adik iparnya sendiri.

"Aku berbisnis,Kauri, bukan bersedekah,  dan aku tak memandang hubungan status keluarga," tukas Ivan sambil menatap tajam adiknya. Mendadak kepalanya pusing, hingga ia terjatuh di atas lututnya, pria itu benar -benar kesal, penyakitnya itu selalu saja datang disaat yang tak tepat,  dia memegangi kepalanya.

Kauri, Merik dan Rumina terkejut melihat pria itu terjatuh diatas lututnya, bahkan Merik sampai bangkit dari tempat duduknya, ia yakin kakak iparnya itu bukan berlutut untuk menujukkan bahwa dia tunduk melainkan ada yang salah padanya. Belum sempat ia mendekati kakak iparnya, pria itu sudah bangkit dari posisinya lebih dulu. Ivan berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

"Pikirlan itu, Merik, aku permisi, "pamitnya dan langsung berbalik tanpa menunggu jawaban dari adik iparnya.

Ivan terus berjalan, ia berhenti saat berada di koridor sepi, pria itu menyandarkan kepalanya di dinding, dia benar-benar kesal juga sedih,  sebenarnya dirinya tak pernah bisa terima dengan kenyataan bahwa hidupnya tinggal sedikit lagi.

Pria itu berjalan di tepi jalan raya,  tatapannya hampa, sejenak ia berhenti lalu menengadahkan wajahnya ke atas, dia menatap langit seakan dirinya melihat Tuhan berada disana.

*****

Kauri terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya,  kenapa dia tiba -tiba terjatuh di atas lututnya, sedangkan Rumina,  justru berpikir naif, dia berpikir Mizuruky Ivan sangat ingin meminjamkan uang untuk bossnya.  Merik menatap kedua orang itu dengan tatapan curiga.

"Jangan pernah berpikir kalau seorang,Mizuruky Ivan, akan tunduk terhadapku, Rumina,  hingga dia akan berlutut seperti yang kau lihat tadi, "ucapnya seakan mengerti apa yang ada dalam pikiran GM nya.

Rumina menelan ludahnya sendiri, karena apa yang dikatakan bossnya itu sangatlah benar, dengan gerakan perlahan pria itu menoleh pada bossnya dan dia dapat melihat seringai di bibir bossnya.

"Kalau begitu, kenapa dia harus bersujud,  seandainya dia tidak tunduk terhadapmu dan berharap kau menerima bantuannya?" tanyanya. Terkadang Merik di buat pusing sendiri dengan pikiran aneh GMnya itu, bagaimana bisa sekarang pria itu seakan membalikkan kenyataannya, seorang yang terkenal pemilik salah satu perusahaan berlebel King bisa tunduk padanya, sangat mustahil.

"Tidak, itu bukan tujuan, Kak,  Ivan, seperti ada sesuatu yang dia rahasiakan, "timpal Kauri sambil mengingat saat kakaknya terjatuh diatas lututnya.

"Apa? Pemikiranmu sungguh aneh, nyonya kecil, "sangkal Rumina.

"Itulah perbedaan orang dungu dan orang yang bisa berpikir, "sahut Merik sambil melihat pada Rumina saat menyebut kata dungu, hingga membuat GM itu mendelik galak.

"Kau lihat sendiri, Mizuruky Ivan, memegangi kepalanya saat terjatuh, itu artinya ada yang tak beres padanya, Rumina, "jelas Merik. Kauri langsung mengalihkan perhatiannya pada sang suami, gadis itu menatap suaminya penuh dengan tanda tanya, hatinya sangat gelisah memikirkan sang kakak, ia takut hal buruk terjadi padanya.

Suami Terbaik Where stories live. Discover now