SkSp 1.2

65 2 1
                                    

"Sayang, bukannya aku tak setuju, tapi kau, 'kan, tau, tidak semudah itu untuk melakukan operasi, karena kita belum tau siapa yang bersedia mendonorkan tulang sumsumnya untuk ku, dan kita juga belum tau adakah tulang sumsum yang cocok untuk ku, "jelas Merik lembut. Pria itu mengusap rambut istrinya. Kauri menarik kepalanya dari dekapan sang suami, dia tersenyum penuh arti sambil memandang pria itu membuat suaminya menyerngit bingung.

"Ada apa? Kenapa kau tersenyum begitu?"tanya Merik bingung.

"Merik, asal kau setuju untuk menjalani operasi, maka aku pun bersedia untuk mendonorkan tulang sumsum ku padamu," jawab Kauri. Pria itu menatap sang istri curiga.

"Jangan katakan, kau yang akan jadi pendonor untuk ku!"ucapnya sangsi. Kauri mengangguk penuh keyakinan. Pria itu terkejutnya mengetahui niat sang istri, bukannya ia tak menghargai niat baik istrinya tapi pria itu hanya takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada gadis itu setelah mendonorkan tulang sumsumnya.

"Tidak, aku tidak mau, aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu, kau satu-satunya wanita yang paling ku cintai, sayang, aku sangat mencintaimu selamanya,"tolaknya. Kauri merasa bahagia karena mendengar ucapan sang suami tentang cintanya terhadapnya, rasanya dia menyesal pernah membenci suaminya.

"Tenang, aku baik-baik saja, Merik, lagi pula aku juga tidak rela meninggalkan mu, karena kalau aku pergi kau pasti akan bersama nona, Erika, dia, 'kan, sangat disayang oleh Revi, "balasnya. Pria itu sangat gemas melihat sang istri yang mulai merajuk, ia pun mencubit hidung mancung istrinya membuat wanita itu cemberut,"Apaan'si, Merik! Sakit tau?! " ucap Kauri kesal sambil memegangi hidungnya.

"Itu karena kau menggemaskan, dengar! Sampai kapanpun aku hanya akan mencintaimu, aku berjanji akan selalu setia terhadap mu, "janji Merik.

"Benarkah? "sangsi Kauri.  Pria itu mengangguk mengiyakan pertanyaan sang istri. Gadis itu menunjukkan jari kelingking didepan sang suami memintanya untuk mengaitkan jari kelingking. Mengerti maksud istrinya, pria itu pun menunjukkan jari kelingkingnya lalu mengaitkannya dengan jari sang istri.

*****

Revi berjalan sendiri dikantin, entah kenapa dia merasa ada yang disembunyikan antara sang kekasih dan ibu tirinya, ia mengerutkan keningnya,"Apa mereka dulu pernah memiliki hubungan khusus?" tanyanya entah pada siapa.

"Kenapa tidak kau tanyakan sendiri pada kekasihmu? "saran seorang pria tiba-tiba. Gadis itu langsung menghentikan langkahnya saat mendengar suara pria yang selalu menunjukkan permusuhan terhadapnya, ia pun membalikkan badannya.  Benar saja, Tetsuya berjalan dengan sebelah tangan dimasukkan kedalam saku celananya, gadis itu memandang sengit pria itu.

"Hei, Hei, jangan menatapku begitu, aku hanya memberi saran bukan mengancammu, "ucap Tetsuya tanpa merasa bersalah.

"Kau tidak perlu sok baik, pakek acara memberi saran segala, dan jangan pernah mencoba mengadu domba antara aku dan Reva! " Peringat Revi. Pria itu mengedikkan bahunya.

"Aku tak bermaksud seperti itu, tapi itu terserah pendapat mu, "balasnya santai. Revi semakin menatap sinis pria itu, dia tidak akan mudah terperdaya oleh seorang yang selalu memberikan tatapan permusuhan terhadapnya.

"Ku sarankan, bukalah matamu lebar-lebar! Setidaknya itu jauh lebih baik dari pada kau hanya sibuk memikirkan cara untuk memisahkan ayahmu dan istrinya, " bisim Tetsuya. Setelah itu dia pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Revi.

"Brengsek! Akan ku buat perhitungan dengan mu, awas jika kau mrmiliki perasaan pada kekasihku! "geram Revi.

Suami Terbaik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang