BLOODY BABY - 15

2.6K 278 34
                                    

Namja cantik itu menatap Namja tinggi di depannya dengan sengit. Tangannya yang dilipat di depan dada dengan tatapan dibuat tajam seolah ingin Namja tinggi itu tahu bahwa dia sedang di rundung emosi, tapi Namjoon--si Namja tinggi itu tidak terlihat ketakutan atau waspada, malahan terkesan tidak peduli dan asyik mengutak-atik laptop dan dokumen. Membuat Seokjin--si Namja cantik itu mengerut kesal. Dengan sekuat tenaga menggebrak meja yang penuh pekerjaan itu sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Namjoon.

"Jangan bertingkah seolah-olah aku tidak ada Kim! Aku ingin keadilan di sini."

Namjoon menghela nafas lelah, lalu memandang tidak minat kakaknya yang menampilkan raut yang dibuat segarang mungkin tapi malah jatuhnya menggemaskan, "Hah.. Aku sudah bilang berapa kali Hyung? Rapat kemarin dibatalkan dan aku juga sudah bertanya padamu keadilan macam apa yang kau ingin kan sedari tadi?"

kembali Seokjin melipat tangannya di depan dada dan memandang Namjoon angkuh, "Kau harus menjadikanku sekretaris tetapmu, kalau bisa pecat Jinyoung saja!"

Namjoon menatap tidak percaya Seokjin. Memecat Jinyoung katanya? Atas dasar apa kakaknya itu memintanya memecat tangan kanan tersayangnya?

"Hyung! Jinyoung itu adalah tangan kananku yang paling aku percayai, dan kau malah memintaku memecatnya? Wah.. Big no! Lagi pula Hyung bisa apa jika aku memberimu izin jadi sekretarisku? Pengalamanmu saja masih di bilang noob," Namjoon bukan bermaksud meremehkan kemampuan kakaknya. Bahkan dia merasa sangat bangga sekaligus iri pada kemampuannya. Seokjin adalah salah satu lulusan terbaik di Universitas Stanford Sarjana 2, jurusan Seni dan Akuntansi. Tentu saja, Namjoon tidak akan menyia-nyiakan kemampuan Seokjin jika saja Namja cantik itu bukan kakaknya.

Mendengar adiknya sendiri menyepelekan dirinya, mulutnya menganga cukup lebar tidak terima. Mendengus kesal dengan telunjuk menunjuk ke arah Namjoon, "Yak! Kau buta atau memang tinggal di zaman purba hah? Aku ini tidak kalah pintarnya darimu Joon malahan lulusan terbaik Stanford University. Sedangkan kau, kau bahkan tidak pernah kuliah. Jadi berhenti bersombong ria dan turuti perintahku!"

Namjoon menghela nafas lelah--lagi mendengar ucapan cukup kasar padanya, terlanjur biasa jika mencakup bahasa yang sering dilontarkan oleh kakaknya yang terkesan tidak pernah disaring itu. Dirinya tidak bisa menuruti keinginan sang kakak lantaran janjinya pada mendiang ibunya. Janji kalau kakaknya tidak boleh sampai turun tangan dengan masalah perusahaan. Hanya dirinya dan Ayahnya ditambah Taehyung jika sudah siap bekerja. Jika masalah kenapa bisa seperti itu, Namjoon tidak mau membahasnya sekarang.

"Tidak Hyung. Sudah aku katakan tidak ya tidak. Bahkan Appa saja menolak. Lagi pula Jinyoung sudah kembali bekerja dan kau bisa menikmati kehidupanmu dengan teman-temanmu."

Seokjin menghentakkan kakinya kesal mendengarnya, sudah pasti dijawab seperti itu dan akan seperti itu. Entah apa yang mereka rencanakan padanya hingga bekerja saja ia tidak diperbolehkan. Dari jauh-jauh waktu dia selalu berpikir jika dia mungkin bukan anak kandung Kim Namgil. Tapi melihat hasil pencocokan DNA keduanya malah 99,9% sama, membuat opini tersebut harus hancur lebur. Jadi, masalahnya ada di mana hah? Seokjin itu pintar, malahan IQ-nya hampir sama dengan Namjoon (148) walaupun dia tak tahu menahu seberapa besar IQ adiknya itu. Tapi, dia yakin bahwa dirinya layak mendapat posisi sebagai sekretaris Namjoon.

"Aku benci padamu Kim Namjoon sialan!" Setelahnya Seokjin berbalik ingin pergi dari ruangan Namjoon, tapi mendengar ketukan pintu dan seruan Namjoon mempersilahkan masuk malah mengurungkan niatnya. Melihat Jinyoung dengan seorang wanita membuatnya malah terbakar emosi, entah kenapa melihat wajah Jinyoung membuatnya ingin mencakar sesuatu. Dengan langkah cukup cepat, kakinya pergi ke sofa mahal Namjoon dan menyalakan ponselnya.

"Permisi Sajangnim. Perkenalkan, ini Lalisa Manoban. Sekretaris Tuan Jeon." Jinyoung memperkenalkan wanita di sampingnya.

Wanita tersebut--Lalisa atau Lisa membungkuk hormat pada Namjoon yang juga membalas membungkuk setelah berdiri. "Selamat siang, Tuan Kim. Nama saya Lalisa Manoban, Anda bisa memanggil saya Lisa."

BLOODY BABY [KOOKJIN]Where stories live. Discover now