Sebenarnya bukanlah

697 118 3
                                    

Jadi, ternyata si cupu yang dari kemarin aku godain itu masuk di jejeran anak paling pinter disekolah? Gila sih, gatau diri banget aku deketin cowok macem gituan. Tapi kenapa dia bisa se ansos itu ya. Kan kalo anak pinter ganteng gitu sebenernya mah kudunya dikenal seantero sekolah. Tapi bahkan aku nggak kenal dia siapa pas pertama ketemu.

Kalau kalian bertanya bagaimana kelanjutan sepulang lesku, tebakan dan harapan kalian benar. Dia mengantarkanku pulang. Bukan karna inisiatifnya, atau aku yang merengek meminta tolong. Tapi karena si shanju sialan itu sengaja chat ke kak shani bilang nitipin adeknya soalnya nggak ada yang jemput. Gimana gak kesel coba. Tapi seneng sih, hehe.

"Kenapasih kesel gitu. Nggak suka aku anter pulang, ge?" tanya kak shani kemudian dibalik kemudi sambil menatapku yang terlihat kesal.

"Bukan.. Bukannya gitu, aku kesel sama kak shania aja. Bisa bisanya dia nitipin aku gitu, kan jadi ngerepotin kamu." jawabku jujur. Tidak sepenuhnya jujur sih.

"Ih santai aja kali, ge. Rumah kita masih agak searah kok, kak shanju tuh udah kayak kakak aku sendiri." jawabnya, sejujurnya aku belum siap dengan perubahan kak shani yang udah nggak cupu dan gagu. Tapi karena aku kesal, aku mengesampingkan keherananku itu.

"Iya kak shania pernah cerita kalian satu tim olimpiade kan? yaiya sih kan kalian anak pinter." jawabku makin kesal. Yang kemudian membuat tawa dari orang disebelahku ini meledak pelan.

"Emang kenapasi, cemburu sama kakak sendiri?"godanya tanpa menatapku. Membuatku kali ini tidak bisa menolak kekagetanku. Bukannya aku tidak suka di goda atau udah kebal ya, tapi ini seorang shani loh. Shani bisa ngomong kaya gitu, dia sehat?

Akupun secara spontan mengarahkan punggung tanganku pada dahinya, membuat wajah kaget dia terlihat lagi. Diikuti perubahan warna wajahnya yang seketika menjadi merah. Nah ini baru kak shani yang aku kenal.

"kamu... ngapain, gracia?" tanya nya kemudian pelan dengan tergagap. 

"kak, kakak tuh dari tadi tuh beda banget tau gak. Tiba-tiba asik diajak ngobrol, mana bisa godain aku. Aku kira kakak kesambet ih." jawabku jujur menarik kembali tanganku pada dahinya. Nggak panas dan nggak ada tanda-tanda aneh kok. 

"Eh.. nggak kenapa napa kok. Masih kesel?" tanya dia kemudian mengalihkan topik.

Aku sebenernya bukan kesel karna kak shania yang lancang kaya gitu doang sih, sebenernya nih, jujur ya. Tapi jangan bilang bilang soalnya aku malu. Akutuh kesel, kenapa kak shania bisa chat si cupu coba? berarti kak shania punya akun sosmed nya dia kan? terus dia nggak bagiin ke aku dong? gimana gak kesel coba? itu aja sih.

"Nggak kesel kok, biasa aja." jawabku, gengsi. Biarin lah.

"Mau makan dulu?" tawarnya kemudian yang tentu saja aku jawab dengan anggukan dan mata yang berbinar. Tau banget sih aku laper. Ia pun kembali tertawa renyah, ih lucu banget sih kalo ketawa.

"Yaudah mau makan apa?" tanya dia kembali kemudian, tapi sebelum aku jawab ada telfon masuk dari mami. Aku pun memberi isyarat pada kak shani untuk menerima telpon dari mami yang hanya dibalas anggukan olehnya.

"Halo mi, kenapa?"

Kamu pulang jam berapa sih? kata shania kamu mau pulang bawa temen, kok sampe jam segini belum pulang? padahal mami udah bikinin makan loh.

"Ih dasar shanju tukang ngadu beneran emang. Iya mi ini gracia di jalan kok, paling 10 menit lagi nyampe"

kamu belum beli makan kan?

"Belum kok"

Yaudah bagus. Buruan pulang, salamin ke temennya, bilangin. Yang sabar ya sama gracia.

"Ih mami ngeselin"

Bercanda gre, yaudah temenin sana temennya. Mami mau nonton drama lagi aja kalo gitu.

"iya yaudah"

Akupun mengakhiri percakapanku dengan mami. yang kemudian disambut wajah kenapa? oleh kak shani.

"mami nyuruh langsung pulang aja buruan, udah dimasakin dirumah." jelasku, yang hanya dijawab ohh darinya.

"kakak disuruh makan di rumah juga" tambahku.

"rumah aku?" tanya dia sok bingung.

"rumah aku dong kak." jawabku menjelaskan.

"iya rumah aku kan, tapi mama aku nggak masak" ujarnya kemudian.

Kok aku bingung sih?

"kak maksud mama tuh kakak diajak makan bareng di rumah aku gitu." ulangku menjelaskan.

"Ih iya gre, rumah aku kan? tapi di rumah aku nggak ada makanan" jawabnya lagi. Dengan senyuman ngeselin muncul di wajahnya. Oh jadi dia sengaja gitu ngerjain?

"kak mau aku cubit gak ginjalnya?" tawarku kemudian.

"serem amat, nggak deh makasih" jawabnya tanpa dosa. Akupun hanya bersandar kembali pada kursi dan menatap jendela lelah. 

Bukan hanya lelah fisik, lelah juga menemukan beberapa macam kepribadian kak shani yang ternyata gak sekedar cowok cupu super pinter di sekolah. 

"Bercanda ih, jangan ngambek gitu. Kata kamu aku kudu chill kan kalo ke kamu." 

Endless SufferingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang