7|| Ada Apa Dengan, Pitaloka?

2.8K 217 7
                                    

Pitaloka membayarkan uang sejumlah 3 ribu kepada supir angkot. Perempuan dengan rambut yang di ikat satu itu tersenyum sembari melenggang jauh dari pinggir jalan.

Pitaloka mengusap lembut keringat di keningnya. Lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. "Selamat pagi pak satpam," sapa Pitaloka kepada pak satpam yang tengah berada di depan gerbang.

"Selamat pagi non Pita, wah cantik sekali pagi ini." puji pak satpam tersebut, Pitaloka tersenyum.

"Hehe terimakasih pak,"

"Iya pak cantik, tapi jangan godain calon saya dong!" sahut seseorang dari belakang. Membuat Pitaloka dan juga pak satpam menengok kerahanya.

"Calon opo to mas?" tanya pak satpam dengan nada medoknya.

"Calon ibu dari anak-anak saya," ujar Piter terkekeh geli. Sementara Pitaloka melebarkan matanya.

"Oalah, iso wae to mas." ujar Pak satpam ikut terkekeh geli.

Piter tak menghiraukan perkataan pak satpam, lelaki itu tengah duduk di atas motornya dengan Menaik turunkan alisnya menatap Pitaloka.

Pitaloka risih, ingin sekali perempuan itu menghilang dari hadapan Piter. "Kok nggk hujan ya?" ucap Piter sembari mengadakan tangan di langit.

Pitaloka hanya melirik sekilas Lelaki 'edan' itu. "Pengen peluk-peluk kayak kemarin." sambung Piter, yah nampaknya lelaki itu sedang menggoda Pitaloka.

Malas dengan Piter, Pitaloka pun pergi dari hadapan Piter. "Ehh Pita tunggu!" teriak Piter, Piter melempar kunci motornya kepada pak satpam.

"Pak parkirin motor saya ya, nanti Piter kasih nomornya mbak Yeyen gratissss pokoknya!" teriak Piter lalu berlalu mengejar Pitaloka.

***

Piter berlari sampai menemukan perempuan berkuncir satu itu. Perempuan itu tengah berjongkok dengan mengelus kepala anak kucing yang ia temukan. Piter terdiam, begitu melihat Pitaloka memberikan makanan kepada anak kucing itu.

Dengan nafas yang masih terengah-engah, Piter mengulas senyum. "Lo kok suka ngilang-ngilangan sih?" cetus Piter masih fokus kepada Pitaloka.

Pitaloka melirik sekilas Piter, perempuan itu menghela nafasnya. "Kenapa emang?" tanya Pitaloka sedikit jutek.

"Tadi pagi ngilang, sekarang gue tunggu di kantin juga ilang. Kan gue suka kangen," keluh Piter menyandarkan kepala pada dinding.

Pitaloka bangkit dan menatap kearah Piter. "Nggk penting!" jawab Pitaloka lalu melanjutkan perjalanannya kembali.

"Pit," panggil Piter membuat Pitaloka berhenti di tempat ia berdiri.

"Emang semuanya bagi lo nggk penting, semua tentang gue emang nggk penting.

"Tapi, lo penting buat gue. Semua tentang lo penting buat gue." ujar Piter dengan seulas senyum di sudut bibirnya.

"Gue hanya punya dua kaki untuk mengejar, dan satu hati untuk bertahan. Dan gue harap lo bisa lihat semua itu." sambung Piter, Pitaloka terdiam lalu berjalan begitu saja tanpa menghiraukan Piter.

Sekali lagi, Piter hanya mampu mengulas senyum di bibirnya.

Pitaloka berjalan cepat, perempuan itu berhenti di balik tembok dan menyandarkan dirinya pada tembok. Tangan Pitaloka di letakan di dada sebelah kirinya. Menatap awan berwarna biru di atasnya.

"Ya Tuhan, kenapa jantung gue deg-degan?" keluh Pitaloka pada dirinya sendiri.

"Apa gue keterlaluan sama Piter? Apa gue salah sama dia? Atau ini semua karna gue ada rasa sama Piter?" Pitaloka menggelengkan kepalanya.

Jupi Story ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora