VI. Terungkap

965 141 40
                                    

.

.

.

Hoseok kini sedang melatih dirinya menggunakan penutup mata berupa kain putih yang dililitkan dimatanya. Kain serupa yang ia pakai untuk menutup ular-ular kecil di kepalanya. Beberapa kali Hoseok sempat menabrak dan menjatuhkan barang-barang di rumah kecil miliknya. Beberapa hari Hoseok berlatih namun masih belum mahir dalam melakukan segala sesuatu dengan mata tertutup. Hoseok cukup lelah dengan segala upayanya untuk membiasakan diri dalam kegelapan, karena sebenarnya dia juga takut gelap.

Biasanya pada siang hari Hoseok akan berada di luar rumah bertemu dengan teman-teman hewan atau pergi ke pemukiman terdekat untuk menjual kayu bakar dan hasil kebun miliknya. Kini Hoseok hanya berdiam diri di rumah, takut untuk keluar rumah karena bisa saja ia melukai makhluk yang ditemuinya.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu menyadarkan Hoseok. Hoseok memakai kembali kain penutup matanya dan membenarkan letak kain penutup kepalanya. Ia tidak mau jika ada orang yang melihatnya dan lari ketakutan karena wujud Hoseok sekarang yang cukup mengerikan. Dibukanya pintu kayu rumah Hoseok, orang yang melihat tampilan Hoseok hanya mengernyitkan dahi bingung.

"Hoseok, kau sedang apa? Ada apa dengan kepala dan matamu?"

Suara cempreng dan cerewet dari teman Hoseok yang biasa menampung hasil buah milik Hoseok dan menjualnya kembali di pasar. Teman Hoseok ini adalah seorang gadis yang tinggi, kurus dan berambut panjang bernama Moonbyul.

"Kenapa kau tidak ke rumahku untuk mengantar buah? Apa kau gagal panen?" tanya Moonbyul yang kini telah masuk ke dalam rumah Hoseok dan duduk di kursi kayu tanpa harus meminta izin dulu pada si empunya rumah. Toh mereka sudah berteman lama dan telah sangat akrab.

Hoseok masih kebingungan karena merasa asal suara Moonbyul yang tadinya ada di depannya kini telah menjadi di arah belakangnya. Hoseok memutar tubuh hati-hati menghadap ke arah Moonbyul.

"Yaak, kau belum menjawabku, Seok."

"Aku sedang berlatih menutup mata. Beberapa hari ini aku juga tidak berkebun jadi aku tidak tau nasib kebunku bagaimana."

"Moonbyul maafkan aku, tapi bisakah kau pergi. Aku sedang tidak mau diganggu." cicit Hoseok takut melukai hati sahabatnya.

"Aku sedang ada masalah sekarang. Jika masalahku sudah selesai, aku berjanji akan menemui lagi."

Moonbyul merasa khawatir dengan keadaan sahabatnya. Tidak biasanya Hoseok mengusirnya seperti ini bahkan jika dia dalam kesusahan sekalipun. Moonbyul khawatir jika masalah yang dihadapi Hoseok kali ini sangat berat dan sulit. Dengan perlahan, Moonbyul mendekati Hoseok dan merangkul bahunya, memberi perhatian dan penghiburan bagi sang sahabat.

"Aku akan membantumu. Jadi ceritakan saja masalahmu."

"Kau tidak bisa membantuku. Tidak ada yang bisa membantuku. Pergilah sebelum aku melukaimu, Byul." ucap Hoseok dengan nada gugup karena Moonbyul terlalu dekat dengannya. Hoseok takut jika ia melukai Moonbyul. Ia memberi jarak antara dirinya dan Moonbyul, menepis rangkulan tangan Moonbyul dan membiarkan tangan itu hanya menggelantung di udara.

Moonbyul yang merasa Hoseok terlalu ketakutan hingga tubuhnya agak bergetar mencoba menenangkannya. Tubuhnya maju dengan lengan terbuka memeluk tubuh Hoseok. Memberikan pelukan untuk sang sahabat yang kelihatan bergetar agar lebih tenang. Namun saat Moonbyul menyusupkan kepalanya ke sisi kepala Hoseok, ia merasakan ada yang bergerak dari kepala Hoseok. Kain yang Hoseok pakai seperti menggeliat bergerak seperti ada makhluk hidyo di dalamnya. Karena penasaran Moonbyul meraih penutup kepala Hoseok dan membukanya.

DEMIGOD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang