Langit tak lagi bersinar dengan sayup kendara yang masih ramai dijalanan besar, beserta gemercik yang bahkan tak berhenti terdengar sejak fajar melewati khatulistiwa. Awan itu tak menandakan tanda berhenti menangisi permukaan, dengan gelombangnya serta petir yang terkadang menyambar. Tak ada yang mau melangkah ditrotoar besar yang kini dipenuhi oleh genangan air, kecuali pemuda yang menggunakan jas hujan berwarna kuningnya.
Ia melangkah, menyusuri trotoar, menghindari jalanan yang macet karena kendaraan. Maniknya yang kini tertutup oleh kelopak mata bengkak dan juga sedikit sembab, serta kulit jemari yang begitu keriput karena terlalu lama menantang hujan, hingga langkahnya pun terhenti dihadapan sekolah yang cukup besar, sepi dan juga gelap.
Jeon Jungkook, ia menengadah dengan senyuman singkat yang menghiasi wajah basahnya itu, mengingat kenangan bagaimana lapangan dan juga ruang kesehatan menjadi saksi bisu bahwa Jeon Jungkook mencintai Kim Taehyung dalam diamnya, dan ternyata begitu juga sebaliknya hingga Jungkook pun kembali terluka.
"Apa Taehyung juga terlukan?"
Pemuda itu kembali melangkahkan kakinya dengan helaan nafas yang cukup berat, memanjat pagar sekolah walaupun sedikit kesulitan, hingga dirinya terjatuh pada tanah dengan suara air yang terlempar dan juga suara ringisan dari bilah bibir kecilnya itu. Maniknya pun berpencar dan segera berlari kearah belakang, menyusuri lapangan dengan bayangan Taehyung yang tengah tersenyum bahagia namun nyatanya menyimpan luka.
Air matanya kembali menetes dengan isakan tangis yang kembali terdengar. Jemarinya berkali- kali mengusap kasar pipinya agar tak ada lagi air mata, namun Jungkook benar- benar merasa kehilangan dengan segala angan dan andai yang kini tak mampu lagi diciptakan, karena segalanya telah hilang dibawa oleh Kim yang ditelan oleh semesta.
Jungkook berhenti berlari, dihadapan pohon besar yang dimaksud oleh pria bermarga Kim itu, dihadapan ruang lukis dimana Taehyung selalu duduk dan berdiam diri disana, begitu jauh dari jangkauannya. Namun, kini ia mengelilingi pohon besar itu, mencari yang dimaksud oleh Taehyung.
"Dimana—" gumamnya karena tak menemukan apapun. Hingga, Jungkook pun segera berlari kegudang yang berada disisi lain taman belakang, mengambil sekop besar dan bersiap untuk menggali tanah dengan sedikit kekuatannya.
Nafasnya terdengar tersenggal dengan jemari yang kini masih mengangkat kuat sekop serta tanahnya cukup dalam, mengelilingi pohon besar itu hingga wajah dan jemarinya pun kini terlihat kotor dan basah. Helaan nafas itu terdengar dengan manik yang kini menangkap sebuah kotak timah yang tampak basah dan juga kotor, namun Jungkook mampu melihatnya, tulisan timbul dengan nama 'Jeon Jungkook' disana.
Jemari kotor itu meraihnya, kotak timah dengan ukiran yang cukup cantik—cukup besar seukuran dus sepatu. Ia pun membersihkannya sedikit dari tanah dan juga hujan yang membasahinya. Kotak timah itu berwarna coklat muda dengan tulisan yang memudar namun masih bisa terbaca, hingga Jungkook pun tersenyum begitu tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RECORDING FOR YOU [TAEKOOK]
Romance"Annyeong Jungkookie--Panggilan itu terdengar lucu bukan?" - Kim Taehyung. "Taetae hyung--panggilan itu, terdengar lucu kan?" - Jeon Jungkook. Karena perpisahan yang paling menyakitkan adalah kematian, denganmu yang belum menyampaikan perasaan.