Keluarga Konservatif Hyuuga

771 116 5
                                    

Hai semua!!!
Selamat Hari Jumat. Selamat membaca
.
.
.

Hinata tak ada di mana pun. Tidak di sekolah, tidak pula di apartemennya.

Gaara baru menyadari itu setelah dua hari berturut-turut dia mengunjungi klinik sekolah dan selalu saja mendapati ruangan itu diisi oleh guru penjaga sementara. Gaara tidak bertanya dimana Hinata, tentu saja. Dia tidak ingin guru penjaga sementara itu malah berprasangka.

Tanpa memperdulikan mata pelajaran terakhir setelah makan siang, Sabaku bungsu itu bergegas pulang. Apartemen kecil milik gurunya belakangan ini menjadi tempat pulang dan Gaara sebut rumah.

Barangkali demam Hinata belum turun sehingga sekarang perempuan mungil itu sedang berbaring di Kasur atau mungkin memasak bubur. Seluruh dugaan Gaara terbantahkan lewat kekosongan yang ia dapati di apartemen itu.

Hinata tak ada di mana pun. Tidak di ruang tengah, tidak di dapur, dan tidak pula di kamarnya. Ada dimana Hinata?

Satu-satunya orang yang Gaara tahu mengenal Hinata cukup baik untuk tahu dimana Hinata sekarang hanyalah Kou. Kakinya membawa Gaara secepat yang ia bisa menuju Rumah Matahari. Tanpa menekan bel, Gaara menerobos masuk. Menjumpai Konohamaru dan Udon yang sedang mengerjakan PR di ruang tamu.

"Kou-ojii-san, ada Gaara-nii-san" teriak Konohamaru.

Bocah itu hendak melihatkan PR nya pada Gaara. Namun tatapan dingin Kou dan aura menakutkan dari Gaara membuat bocah itu bungkam.

Ini pertama kalinya Konohamaru melihat Kou marah. Marah yang sebenarnya. Bukan hanya marah karena mereka menjahili adik yang lebih kecil atau marah karena mereka mangkir dari jadwal piket. Anehnya, di sisi lain ruangan, Gaara tak jauh beda dengan Kou, menguarkan aura seram yang bisa membuat orang-orang ketakutan.

"Pulanglah!" tegas Kou. Satu kata itu saja sudah menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Konohamaru dan Gaara.

"Kau tahu dimana Hinata-sensei" balas Gaara. Masih tak bergeming dari tempatnya sekarang.

"Pulanglah, Sabaku! Sudah tidak ada yang bisa kau lakukan sekarang"

Kou memegang Pundak Gaara kasar, mendorong pria itu ke arah pintu. Gaara tak tahu bahwa pria yang lebih dewasa di hadapannya ini, yang selalu bersikap hangat pada semua orang, bisa pula menjadi orang yang kasar. Kenapa? Apa Kou juga tahu bahwa dia tinggal seatap dengan Hinata?

"Apa maksudmu?" tanya Gaara hati-hati.

Kou tidak menjawab. Sebuah bantingan pintu mengakhiri pembicaraan singkat mereka.
.
.
.
Hinata ingat terakhir kali dia dikurung di ruang pendisiplinan. Ruang ini memang dirancang keluarga Hyuuga untuk mendisiplinkan anggota keluarga terutama bunke yang menurut mereka membangkang. Hanya ada kekosongan di sana. Ruangan itu cukup sempit bahkan untuk gadis sekecil Hinata sehingga dia tidak bisa tidur telentang. Pilihan yang tersisa hanyalah berdiri atau duduk menekuk lutut sambil mengingat-ingat kesalahan yang membuat seorang Hyuuga masuk ruangan ini.

Kali terakhir dia dihukum ayahnya karena perempuan itu bersikeras hendak masuk sekolah kesehatan. Waktu itu kali pertama ia berani mengangkat kepalanya dan menatap langsung sang ayah dalam perdebatan mereka. Keputusan yang jujur disesali Hinata sampai saat ini.

"Hinata-sama, tolong berhenti lah keras kepala"

Kalimat barusan adalah kalimat yang paling menyakiti Hinata sejauh ini. Bukan soal pecutan di kakinya, bukan soal kurungan. Terlebih jika hal itu datang dari orang yang ia percaya.

"Bagaimana anak-anak, Kou-san?" tanya Hinata. Suaranya lemah sebagaimana sekujur tubuhnya sekarang.

"Jangan mengalihkan pembicaraan Hinata-sama" balas Kou frustasi. Dia tak bisa mengontrol emosinya melihat nona yang dari kecil bersamanya menderita hanya karena seorang bocah SMA yang terlihat seperti preman.

"Rumah Matahari adalah keinginan terbesarku, Kou-san. Tempat itu begitu berharga, kau tahu itu. Aku ingin membuat tempat yang bisa aku panggil rumah. Tempat dimana anak-anak bisa pulang. Tempat dimana semua orang bisa makan bersama, tertawa, saling mengusili, berkelahi, meminta maaf, dan saling melihat ke dalam mata masing-masing. Saat melihat anak itu, aku tidak bisa mengabaikan permintaan tolong nya. Matanya sama dengan mataku waktu itu."

Kesunyian hadir lagi. Kali ini, Kou tidak tahu apa yang terjadi di dalam kepala Hinata.

Gaara tidak boleh berakhir menyedihkan seperti dirinya.
.
.
.
Konohamaru berdiri canggung di depan gerbang Konoha Gakuen. Anak umur 10 tahun dengan seragam SD menarik perhatian preman yang keluar masuk. Sedikit banyaknya Konohamaru bertanya-tanya bagaimana Hinata no-nee-chan yang begitu lembut bisa bertahan menjadi guru disini.

"Gaara no-nii-chan!" Panggil Konohamaru. Dia tidak mungkin salah  mengenali pria berambut merah bata yang khas itu.

Gaara tengah berjalan bersama Naruto dan Sasuke ketika suara anak lelaki memanggilnya. Pandangan Sasuke dan Naruto bergantian tertuju pada Gaara dan bocah 10 tahun yang terlihat gemetaran.

"Siapa?" tanya Naruto.

"Aku duluan" ujar Gaara tanpa menjawab pertanyaan itu.

Sasuke melempar tatapan tak suka. Gaara terlalu mencurigakan akhir-akhir ini.
.
.
.
Konohamaru bilang Kou melarang anak-anak Rumah Matahari bertemu dengan Gaara. Oleh karena itu dia datang sendiri karena tak mau melibatkan Udon dan Moegi.

Beberapa hari lalu seorang pria berjas datang ke Rumah Matahari untuk menemui Kou. Setelah pertemuan lama yang rahasia di ruangan Kou, pria itu pulang dengan tergesa.

Dampak pertemuan itu membuat Rumah Matahari seolah dihantam awan pekat. Suasana menjadi canggung dan dingin. Kou jadi sering marah dan terlihat uring-uringan.

Ini hal rahasia. Konohamaru tau hal ini pun tak sengaja, dan ia tak berencana untuk memberitahu siapa pun pada awalnya. Bocah itu kira informasi ini tak begitu penting. Rupanya setelah Gaara diusir waktu itu, Konohamaru bisa mencerna segalanya lebih jelas.

"Hinata no-nee-chan dipaksa pulang ke kediaman Hyuuga"

Konohamaru tak tahu bahwa informasi yang hari ini ia sampaikan akan menimbulkan efek domino.
.
.
.
To be continued 😉

House of The SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang