6

1.9K 165 0
                                    

.

.

.

Day 1
Kediaman Keluarga Jeon
Pyeongchang-dong, Jongno-gu, Seoul

Setelah melewati segala ketegangan sebelum check up kemarin yang sebenarnya sama sekali tidak perlu ditakutkan karena semua baik-baik saja, Jihyun memberi kabar menyenangkan untuk Jungkook pagi ini bahwa sebentar lagi Jungkook sudah dapat masuk ke sekolah barunya. Proses pemindahan Jungkook disekolah barunya juga sudah hampir selesai. Meski Jungkook sangat ingin kembali ke sekolahnya yang lama tapi ia tidak bisa melawan keinginan ibunya. Walaupun ia bisa, ia memilih untuk mengikuti apa kata ibunya. Semua karena sifat tidak teganya melihat orang lain sedih, apalagi itu ibunya.

Masih ada satu minggu sebelum Jungkook disibukkan dengan kegiatan disekolah barunya. Hari ini awal minggu terakhir dari libur panjangnya. Meski ia libur, ia tahu diluar sana, semua sekolah tidak libur, termasuk Yongsan School, sekolah lamanya. Setelah kejadian yang hampir merenggut nyawanya didepan rumahnya sendiri itu, ibunya semakin berlebihan menjaganya walaupun tes kesehatan dari dokter menyatakan dia baik-baik saja. Tapi bukan Jungkook namanya jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang ia mau. Ia berusaha mengambil hati dari ibunya sampai akhirnya ibunya percaya Jungkook dapat menjaga dirinya sendiri.

Hari ini adalah kesempatan baru untuk Jungkook, ia sengaja memanfaatkan minggu terakhir liburnya untuk mengenal sekolah lamanya, atau mungkin menemukan sedikit informasi tentang dirinya.

Sejujurnya, hingga detik ini ia belum bisa mengingat apapun bahkan ia terkadang masih ragu dengan keluarga satu-satunya yang ada bersamanya sekarang meski ia sudah merasa nyaman. Ia hanya bisa mengumpulkan ingatannya sedikit dari mimpi yang sering menghantuinya tiap malam. Apa itu bisa disebut mengumpulkan ingatan? Apa mimpi-mimpi buruk itu bisa disebut ingatan? Entahlah, Jungkook sendiri pun tak yakin.

Hari ini ia sengaja pergi ke sekolahnya lebih siang, ia tak ingin datang di jam sekolah seperti waktu itu. Mungkin jika ia datang di jam pulang sekolah, ia bisa memasuki setiap kelas dengan leluasa. Dan memang itulah tujuannya.

Selama menunggu waktu, Jungkook mempersiapkan apa yang bisa dibawanya. Buku agenda, alat tulis, ya, itu diperlukan Jungkook karena ia mencatat hampir semua yang dialaminya dibuku agenda bersampul kulit warna coklat tua yang ia temukan digudang rumahnya.

Entah apa yang membuatnya tertarik pada benda klasik itu, tapi setelah memilikinya ia selalu ingin menulis, apa saja yang terjadi padanya. Mulai dari apa yang dilihatnya saat pertama kali sadar dari koma, mimpi buruk melihat darah keluar dari tubuhnya sendiri, kecelakaan yang hampir terjadi padanya hingga usahanya merayu ibunya demi misi pribadinya.

Setelah berkutat cukup lama dikamar, bola mata coklat Jungkook melirik jam dinding di kamarnya. Masih ada waktu satu jam lagi, Jungkook bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Lima belas menit kemudian ia sudah selesai mandi dan langsung mengganti pakaiannya.

Lalu ia mengeringkan rambutnya dengan handuk dan keluar dari kamar mandi. Tapi langkahnya tiba-tiba berhenti didepan pintu kamar mandi yang tertutup, ketika melihat sesosok pria berbadan tegap memakai baju hitam, duduk ditepi kasurnya, membelakanginya.

"S,siapa kau?!Kenapa ada dikamarku?!" Pria itu menoleh, wajahnya pucat menyelimuti senyumnya yang berkembang.

Jungkook membelalakan matanya, bola mata coklatnya semakin terlihat jelas. Jantungnya mendadak berdebar kencang. Jungkook melangkah mundur, tapi sayangnya ia tertahan pintu kamar mandi yang tertutup dibelakangnya.

Pria dihadapannya itu berdiri dan perlahan mendekatinya. Sementara Jungkook yang nampak ketakutan setengah mati, menggeser langkahnya kesamping terus menempel pada dinding.

A piece of memory ✔Where stories live. Discover now