nous.

95 8 0
                                    

•••

"Mikirin apa lu?" tanya Mark sambil memberi sekotak susu coklat untukku yang dibawanya dari rumah.

"Sebentar lagi kita udah kelas 3, lu udah ada pikiran mau ikut bimbel dimana?"

Begitu tanyaku sembari menyodorkan tupperware kotak berisi potongan semangka yang kubawa dari rumah.

Iya, inilah kebiasaan kita dari dulu. Aku suka sekali dengan susu coklat, dan Mark selalu membawa susu coklat untukku. Sedangkan Mark, dia bucin banget sama semangka, jadi aku selalu bawain semangka buat Mark.

Walau mungkin, belum tentu jika aku suka dia, dia juga akan membawa perasaan yang sama untukku.

"Gue?" aku cuma ngangguk buat menanggapinya.

"Hmm, gue sih udah ada pilihan bimbel" jawab Mark meyakinkan sembari memasukkan sepotong semangka ke dalam mulutnya,

"Eh, serius? Mau dimana?" tanyaku dengan rasa terkejut, tidak menyangka jika seseorang seperti Mark sudah memikirkan suatu hal serius untuk masa depannya.

"Di ruangguru" begitu jawabnya dengan raut wajah yang serius.

"Oh, lu lebih suka bimbel online gitu ya, Mark?" aku mengangguk paham dengan jawaban dari Mark,

"Hah? Maksud lu Ra?"

"Ya itu tadi, ruangguru kan bimbel online" aku jadi ikut bingung atas kebingungan Mark. Bukankah seharusnya dia sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbel online ruangguru?

"Maksudnya apa deh, Ra? Gue nggak paham" dari sini aku udah ada firasat, Mark kambuh kebodohannya,

"Terus ruangguru yang lu maksud itu apaan?" 

Mark memutar bola matanya kesal, "ya ruang guru itu, Ra, lu bodoh banget sih kaga tau maksudnya ruang guru"

Mark menjawabnya sembari menunjuk ke arah sebuah ruangan paling pojok di sekolah ini. Seketika amarahku mulai memuncak, "Ya kalau bimbel nggak di ruang guru yang itu juga bego!"

Mark mendesis, "Lah, gue sering lihat ada kating yang dapet bimbingan di ruang guru"

Kating yang Mark maksud itu, siswa pilihan guru yang biasanya dipilih untuk bimbingan olimpiade maupun bimbingan ketertinggalan materi sekolah. Mendengar alasan Mark yang sudah diluar batas membuatku untuk memustuskan topik pembicaraan ini.

Memang berteman dengan Mark menjadikan hari-hariku dipenuhi kesabaran, ntah sabar karena otaknya yang sebesar otak milik rembo atau karena hatinya yang sudah seperti dibekukan oleh elsa.

Percayalah, Mark itu bener-bener romantis tapi Ia sendiri tidak pernah memiliki pacar. Ya mungkin, deket doang, cuma dianggap teman dekat olehnya. Padahal yang baper udah nggak bisa lagi dihitung dengan jari.

Tapi sebodoh-bodohnya Mark Lee, dia adalah orang yang benar-benar ramah. Bahkan hampir satu sekolah mengenalnya, bukan hanya karena kebodohannya, tapi juga karena karena sifatnya dia yang manis.

Apalagi tampangnya, menawan sudah bagaikan dewa-dewa Olimpus yang bisa membuat wanita-wanita seketika tidak fokus jika udah natap wajahnya.

Mungkin aku memang terkesan lebay atau terlalu berlebihan dalam mendeskripsikan bagaimana sosok Mark dari pandanganku. Tapi sungguh, aku tidak main-main saat mengatakan dirinya itu sangat indah.

Memang benar, Tuhan juga tidak main-main saat sudah meletakkan rasa pada tiap hati hamba-Nya. Karena kini aku sungguh telaten memberikan pujian untuk Mark pada setiap netraku menatapnya, dan pada setiap telingaku mendengar tutur yang lembut terucap dari mulutnya.

Ah, begini ya rasanya jatuh cinta? Sepertinya terasa indah, namun kabarnya bisa juga berakhir sebabkan gundah.

bodoh! | revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang