05 :: OSIS dan Cabe

110 11 0
                                    

Hari ini tidak seperti kemarin. Recil berangkat sekolah bersama Lucas. Awalnya cowok itu menolak karena katanya hendak menjemput cemewew barunya. Tapi Recil tetap ngotot berangkat bareng yang berakhir diiyakan Lucas. Dan juga ada Tante Kruisa yang turut mendukung Recil.

Disinilah Recil sekarang. Duduk manis di bangku seraya memfokuskan pandangan sepenuhnya ke depan. Lagaknya seperti mendengarkan penjelasan guru dengan khidmat tapi sebenarnya Recil hanya menatap papan sesekali melirik ke atas, tepatnya pada jam dinding. Lima menit lagi bel istirahat pertama. Lima menit terasa lima jam.

"Ce, lo punya tipe-x nggak? Punya gue ilang dari kemarin." Tanya Muzay di samping Recil. Cewek itu kemudian melengos saat tahu Recil hanya membuka buku tulis kosong di meja. Tak ada satu tulisan pun. "Lo nggak nyatet apa-apa njing? Kalo Slamet tau abis lo," lanjut Muzay menyebutkan guru sejarah wajib.

Recil menoleh. "Gue nyatetnya dalam otak." Katanya tanpa beban yang dibalas Muzay tawa sarkas.

"Ha ha. Otak lo nggak mampu nyatet. Pinjem tipe-x sini punya gue tiba-tiba ilang. Curiga gue si Tari pelakunya,"

"Lo minjem ke gue? Nggak salah?"

"Lah iya anjir lupa. Lo kan kalau sekolah yang penting bawa diri."

Memang benar perkataan Muzay. Recil kalau sekolah hanya membawa satu buku tulis untuk semua mata pelajaran dan satu pulpen. Malas bawa tas berat katanya. Yang terpenting bawa diri sama absen. Ya walaupun dia sering terlambat dan sering bolos.

Recil hanya melengos membalas itu. Wajahnya merekah seketika kala bel tanda istirahat berbunyi. Bukan hanya Recil yang senang mendengar itu,tetapi seluruh teman sekelasnya. Pasalnya, Pak Slamet si guru Sejarah itu sangat menyebalkan, setiap masuk selalu disuruh menulis apa yang diterangkannya. Recil bergegas keluar menuju kantin karena cacing di perut Recil sudah berteriak minta di isi.

Saat berada di belokan tangga, Recil di cegat seorang cowok berpostur tinggi. Recil mengernyit seperti mengenali wajah cowok itu.

"Hai Kak Recil!"

Cowok kemarin.

"Hai juga,"

"Mau kemana, Kak?"

"Ke kantin." Singkat Recil. "Bentar deh, lo kayak gini ada apa?"

"Kayak gini gimana?"

"Nyapa gue tiba-tiba gitu,"

Minkyu meringis seraya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Ya..... Eung... Cuma nyapa,"

"Hm?"

"Oh iya gue lupa tadi Kak Shea manggil gue. Duluan ya Kak, permisi."

Recil menatap kepergian Minkyu yang kini menaiki tangga dengan buru-buru. Ia langsung melengos saat menemukan Mark diatas sana.

"Siapa?"

"Nggak tau." Jawab Recil melangkah ke kantin buru-buru.

Mark menahan langkah Recil. "Maaf. gue lupa kalau ada tugas dari Bu Yuni, jadi kemarin nggak bisa nganter lo pulang."

"Terserah."

"Tunggu dulu. Dimaafin nggak?"

"Iya. Minggir."

"Mau ke kantin? Nitip air putih satu, gue tadi di panggil guru." Kata Mark merogoh saku kemudian memberi selembar uang pada Recil. "Temuin gue nanti di depan ruang guru,"

"What the f—hhhh," Recil hampir saja mengumpat. Dengan cepat Recil membeli air putih kemudian mencari keberadaan kedua sahabatnya.

"Cuma beli air putih lo?" Tanya Tari menyantap baksonya.

Boyfriend (Marklee)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora