Adik

248 55 26
                                    


"Cinta itu tak hanya butuh hati, tapi juga otak. Karena cinta tak sebodoh itu"

XXXX


Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam ,Rio pun memutuskan untuk pulang, namun sebelum pulang ia mencium pipi sang bunda dan meninggalkan harapan agar kondisi Andine lebih baik pada esok hari.

Suasana rumah sakit sudah mulai sepi, karena memang jam besuk pun sudah habis,

Rio berjalan menelusuri koridor rumah sakit dan memasuki lift menuju lantai dasar,

Keadaan loby rumah sakit pun juga mulai sepi, namun sebelum ia menuju parkiran,

Rio memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli segelas kopi karena sekarang ia merasa sedikit mengantuk, dan beresiko juga jika ia berkendara dalam kondisi seperti ini, mungkin segelas kopi dapat membuatnya segar.

Rio menuju ke salah satu stand penjual yang menyediakan kopi,

namun tiba-tiba pandangannya tertuju pada seseorang yang tertidur di salah satu bangku kantin dengan kepala di sandarkan di dinding belakangnya,

ternyata orang itu adalah Dio sang adik yang tertidur pulas dengan bersedekap dada dan menyenderkan kepalanya di dinding,

beberapa saat Rio perhatikan wajah Dio ia merasa ada yang berbeda dari wajah sang adik, wajahnya terlihat sangat pucat terutama pada bagian bibir yang jelas sekali terlihat sangat pucat,

Rio heran mengapa Dio tertidur di sini, apa Dio melihatnya saat di kamar Andine tadi, pikir Rio.

Rio pun langsung menuju ke pada penjual makanan di kantin tersebut untuk membeli seporsi makanan dan minuman, “Permisi mau beli apa ,mas?” tanya penjual tersebut

“Nasi gorengnya satu , ama teh hangatnya satu !” jawab Rio,

“Di bungkus apa makan di sini?” tanya penjual itu,

“Di bungkus aja, pak”

“Silahkan di tunggu ya ,mas” penjual tersebut langsung membuatkan pesanan milik Rio,

Sambil menunggu Rio pun duduk di salah satu bangku dan memandangi Dio yang tertidur di bangku seberang,

perasaannya saat memandang sang adik timbul sebuah rasa benci, namun di hati terdalamnya ia menyimpan sebuah rasa prihatin pada sang adik,

Seketika pikirannya terlempar pada masa dimana ia pernah berjanji pada sang bunda untuk menjaga adiknya itu,

Flashback on..

“Bundaa liat !, Rio punya dua mobilan baru” Rio menunjukan dua mainan mobil-mobilan yang ia baru beli tadi kepada Andine,

“Wahh, bagus banget” ucap Andine,

“Iya dong, ini yang warna merah buat Rio, dan yang warna biru buat adik” ucap Rio sambil memeluk perut Andine yang sedang mengandung tujuh bulan,

“Wah pasti adik seneng banget deh punya mobilan bagus dari kakaknya” Andine menghelus puncak kepala Rio dengan lembut,

“Bunda, adik kapan sih lahirnya ?” tanya Rio, “Aku udah nggak sabar mau main bola sama adik”

Andine tersenyum mendengar perkataan Rio yang sangat bersemangat menunggu kelahiran adiknya, “Sabar sayang, mungkin sekitar dua bulan lagi adik mu ini lahir, dan Rio punya adik dehh”

“Yang bener bunda?” tany Rio tak percaya bahwa sebentar lagi adiknya akan lahir

“Iya, sayang”

ARMADIOWhere stories live. Discover now