Pt. 1| Unforgetable

1.4K 75 0
                                    

Cuaca cerah di pagi hari ini membuat wanita berparas cantik bermata hazel itu enggan meninggalkan kota kelahirannya di Hillsdale, New Jersey. Yang dimana ia selalu menghabiskan libur cutinya untuk sekedar melepas rindu dengan kedua orangtuanya. Namun pagi ini ia harus kembali ke Manhattan, New York untuk kembali bekerja.

"Hazel . ." wanita itu pun menoleh saat namanya dipanggil.

"Jangan melamun,sayang . . Mom tau kau akan sangat merindukan rumah ini setelah kembali ke Manhattan bukan?" sang ibu tersenyum lembut pada putri satu-satunya itu,yang memiliki nama sama seperti warna matanya, Hazel Burkins.

"Mom. . " Hazel langsung memeluk sang ibu dengan erat dan penuh rindu. Sandra,sang ibu tersenyum pada putrinya seraya membelai lembut rambut panjangnya.

"Kau harus semangat sayang . . Mom dan daddy akan terus berdoa untukmu,kau bisa datang kapanpun ke Hillsdale sayang" ucap Sandra. Hazel melepas pelukannya lalu mencium lembut pipi ibunya.

"Thanks mom . . I love you " ucap Hazel seraya tersenyum senang.

Tak lama muncul mobil Lexus abu-abu tepat dipekarangan mereka. Sosok pria dewasa dengan jenggot yang sedikit memutih itu keluar dari dalam mobil,lalu tersenyum menatap kedua wanita di beranda rumah.

"Hello sayang. ." Dieter Burkins,sang ayah langsung memeluk lembut seraya mencium puncak kepala putrinya.

"Hello dad,how is it dad?" tanya Hazel seraya menunjuk mobil dengan dagunya.

"Daddy sudah mengganti ban mobilmu yang sudah menipis itu. Dan sekarang mobil putri ayah sudah aman." jelas Dieter. Ketiganya menuruni tangga kecil menuju mobil. Dieter tampak membawakan koper kecil dan tas ransel putrinya untuk dimasukan kedalam bagasi.

"Thank you daddy---Alright then. .aku akan menemui kalian liburan bulan depan, thanks mom . . salam ku untuk grandma Sam dan uncle Joe" Hazel berpamitan pada kedua orangtuanya seraya memeluk keduanya bergantian.

"Tentu akan daddy sampaikan pada mereka. . berhati-hatilah. . jangan lupakan sabuk pengamanmu" ucap Dieter saat membalas pelukan anaknya.

"Kabari kami kalau kau sudah tiba di rumah Hazel" sahut Sandra sang ibu.

"Yes,ma'am" balas Hazel menirukan gerakan prajurit pada ibunya.

Rasa sedih melingkupi Hazel yang kembali harus berpisah dengan orangtuanya untuk kembali bekerja di  salah satu kota yang cukup sibuk seperti Manhattan.

°°°°°

Setelah meninggalkan kota Hillsday dan menghabiskan kurang lebih sejam diperjalanan. Hazel memilih melewati jalur Palisades Interstate Parkway menuju Manhattan. Dijalur yang ia lewati tidak begitu ramai,dan tampak tenang.

Ponselnya yang berada didashboard mobil berdering. Hazel meraihnya dan mengangkat panggilan tersebut menggunakan mode speaker. Karena ia tahu bahaya ketika menelpon saat mengendarai mobil.

"Hey Jennie,are you okay?" tanya Hazel saat ia bisa mendengar suara isak tangis di ujung telpon.

"Hazel . . Josh . . hiks hiks" suara diujung telpon tampak terputus-putus.

"Ada apa dengan Josh?jangan menangis Jen" Hazel kembali bertanya pada sahabatnya itu.

"We broke up . . .dia memutuskanku begitu saja dengan alasan LDR. ." Jennie sahabat Hazel tampak merengek disebrang telpon. Hazel hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar curhatan sahabatnya itu.

"Then,you have to moved on Jen. .sudah kuduga pria itu tidak benar-benar mencintaimu" balasnya Hazel. Hazel kemudian mengambil jalur kiri saat dilihatnya dikejauhan sebuah mobil terbalik didekat pepohonan. Kedua mata Hazel terbelalak saat percikan api dan asap mulai muncul di bagian depan dan bawah mobil .

A Perfect PictureWhere stories live. Discover now