Bab 6: Ares dan Pengantinnya

124K 14.2K 358
                                    

Jill merasa terpesona akan keindahan Istana Ares. Kastilnya bisa dibilang lebih sederhana daripada Istana yang ditinggali Portia di Sparta. Tidak ada taman bunga yang terawat maupun air mancur yang artistik. Namun Istana Ares berlokasi di sebuah lembah yang sejuk, dia membiarkan bunga-bunga liar tumbuh alami dengan subur di sana.

Jill bisa melihat kawanan lebah berwara-wiri mengisap nektar bunga di sana. Di dekat Istana Ares Jill juga bisa melihat air terjun alami berair jernih mengalir turun dengan tidak terlalu deras. Sungainya dangkal dan berbatu dia bisa melihat para nimfa-sejenis makhluk peri berwujud manusia-bermain air di sana.

Sinar mataharinya sangat terang, namun rimbunnya pepohonan bertindak sebagai penyaring cahaya agar tetap teduh. Jill juga bisa melihat beberapa lapangan luas tempat berlatih pedang atau berduel. Saat ini ada lusinan tentara terlatih milik Ares yang sedang menggunakannya. Suara pedang dan tombak beradu terdengar nyaring, namun membaur harmonis dengan gemericik air sungai di sana.

Tidak ada manusia yang boleh berkeliaran di pegunungan Olympus. Biasanya para pengikut dan tentara Ares adalah sesama kaum Titan serta para demigod, nimfa, centaur dan Satyr. Hanya Jill satu-satunya manusia yang menginjakkan kaki di sana sejak hampir dua ratus tahun terakhir.

"Apa yang Anda pikirkan putri Sparta?" Alastair bertanya ingin tahu, mendapati calon istri Ares sibuk melihat ke segala arah sambil tersenyum tipis.

"Aku akan tinggal di sini?" Jill bertanya dengan setitik semangat. Istananya tidak semuram yang dia bayangkan sebelumnya.

"Iya Putri Portia, kami sudah menyiapkan kamar untuk Anda." Alastair menjawab ramah sambil tersenyum.

Sejak awal Jill melakukan perjalanan bersama pengikut Ares, Jill merasa mereka adalah orang yang ramah dan baik. Awalnya Jill mengira orang-orang suruhan Dewa Perang seperti kaum barbar atau bajak laut yang suka berkata kasar.

Alastair sendiri walau mengenakan baju perang dan membawa senjata, dia bisa dibilang rapih dengan rambut dan janggut dicukur rutin. Pengikut lainnya juga berpenampilan layak. Bahkan Jill tidak mencium bau badan menyengat dari para Satyr yang setengah kambing.

"Semua Satyr yang mengabdi pada Ares dikebiri, karena hanya dengan begitu mereka bisa bekerja dengan benar." Alastair selalu bersedia menjelaskan jika Jill bertanya.

Alastair berkisah kalau kaum Satyr jantan memiliki nafsu seksual yang tinggi. Mereka akan mengejar-ngejar para Nimfa dan wanita manapun untuk bersetubuh, para Satyr mampu mencium bau wanita yang sedang dalam masa subur.

Jill malu sendiri mendengarnya karena Alastair begitu detil menjelaskan persoalan tubuh wanita dengan ekspresi datar. Alastair bisa menjawab apa saja kecuali tentang kepribadian Ares. Alastair menganggap membicarakan tuannya tanpa ijin adalah tindakan kurang ajar.

"Tuan Putri, mereka akan mengantar anda ke kamar." Kata Alastair memberitahu. Beberapa orang Nimfa yang hampir seluruhnya berpenampilan atraktif dengan pakaian mengekspos tubuh menghampiri Jill.

Jill mengernyitkan dahi, mungkin pakaian seperti itu wajar di masa yunani kuno namun melihatnya saja membuat Jill risih. Jill teringat kembali kisah Ares yang pernah dibacanya dulu, Dewa Perang pernah bercinta dengan Nimfa sampai melahirkan anak. Dikelilingi para nimfa yang cantik dengan pakaian seperti itu mana mungkin Ares tidak tergoda. Walau mereka bukan manusia tetap saja wujudnya wanita cantik.

Jill menyukai kamar barunya ketimbang yang sempat dia singgahi di Istana Sparta. Kamarnya cukup luas dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik. Jill terbiasa dengan pendingin ruangan ketika dia hidup sebagai aktris di New York, dia hampir tidak bisa tidur di malam pertama dia terbangun di tubuh Portia. Namun begitu Jill mencoba membaringkan tubuhnya di ranjang barunya ini, rasa sejuk yang nyaman terasa di kulitnya.

Jill tidak tahu bagaimana, namun sepertinya kaum Dewa memang punya teknologi lebih maju daripada para manusia biasa. Namun kaum Dewa tidak mau berbagi ilmunya dengan manusia. Lagi-lagi gadis itu teringat kembali pada sebuah kisah dalam mitologi Yunani.

Tentang Prometheus si pembangkang, yang berbagi ilmu ke manusia tentang cara membuat api. Dia dihukum oleh Zeus selamanya terbelenggu di gunung yang tinggi dan dipatuki burung-burung yang menyukai rasa hatinya. Zeus tidak membiarkannya mati dan menyembuhkan lukanya setiap kali dia sekarat untuk dipatuki burung lagi.

Lamunan Jill buyar; tatkala para nimfa yang bertindak sebagai pelayannya memaksanya ke kamar mandi. Di sana mereka sudah menyiapkan sebuah bak besar mirip kolam renang mini dan berair hangat.

Mereka membantu Jill melepaskan pakaian yang melekat di tubuh Portia. Perjalanan jauh membuat badannya terasa kaku dan pegal.

"Hmm ..." Jill bergumam bahagia tatkala dia berhasil merendam separuh badannya di bak tersebut. Ketika dia masih hidup sebagai aktris di New York, kemewahan semacam ini nyaris sulit dia lakukan. Jadwal yang padat setiap harinya membuat Jill hanya bisa mandi dengan shower air hangat. Jill bahkan harus minta cuti jauh hari sebelumnya hanya agar bisa liburan berkualitas di SPA.

Walaupun Jill sering digosipkan pacaran dengan seseorang; itu semua hanya rumor belaka. Karena Jill Adelaide tidak punya waktu untuk pacaran. Namun ketika Jill terbangun sebagai Portia, dia bisa berendam air hangat, perawatan tubuh dan SPA. Dan kini jangankan pacar, Jill malah akan menikah dengan seorang Dewa!

"Di mana istriku?" Jill tersentak kaget karena ketika sedang santai berendam sambil melamun, sebuah suara mencari dirinya.

Itu Ares! Apa yang dia lakukan di kamar seorang gadis yang belum menikah?! Jill memekik panik dalam hatinya.

Dia melirik para nimfa yang melayaninya tanpa ekspresi. Mereka kelihatan tidak berusaha mencegah Ares masuk ke kamarnya.

Jill secara reflek berusaha merendam seluruh tubuhnya sampai sebatas leher karena tidak lama setelah Ares mencarinya, pintu kamar mandinya terbuka.

"Putri Sparta, akhirnya kita bertemu." Ares menyapa sumringah tanpa beban. Jill membisu merasa tidak percaya. Hatinya belum siap bertemu Ares.

"Ap ... apa yang Anda lakukan di kamar saya? Kita be ... belum menikah," Jill mencicit panik sembari berusaha keras menutupi tubuh Portia.

"Ha? Kita sudah suami istri sekarang. Ketika ayahmu menerima hadiah pernikahan maka kamu sudah resmi menjadi istriku." Ares tampak bingung. Jill segera memutar otaknya, mereka memang tidak melakukan upacara apalagi resepsi, mungkin itu karena status Ares yang adalah seorang dewa sehingga dia meminimalisir kontaknya dengan manusia.

Jill tidak sanggup mengangkat kepalanya karena malu dan salah tingkah. Itu berarti Ares punya segala hak untuk menerobos masuk. Portia sudah menjadi istrinya. Jill hanya berharap Ares segera pergi agar Jill bisa berpakaian.

"Kenapa mukamu merah padam begitu? Apa airnya terlalu panas? Kamu bisa bilang pada para nimfa untuk membuatmu nyaman. Atau kalau kau mau aku bisa membunuh mereka seandainya mereka membuatmu kesal," Ares berkata tanpa rasa bersalah.

"Tidak! Saya hanya malu Anda tiba-tiba mendatangi saya. Ini ... Maksud saya tolong keluar dulu ... Biarkan saya berpakaian sebelum menyapa Anda," Jill memohon tanpa berani memandang wajah Ares walau jarak mereka kini cukup dekat.

Ares tertawa.

"Jadi kamu hanya malu? oke nikmati saja rasa malumu itu. Kamu akan tinggal sangat lama di sini dan kamu akan terbiasa. Aku akan mengajarimu banyak hal Portia ... banyak hal," Ares terkekeh sengaja menggoda istri manusianya, yang membuat pipi Portia nyaris semerah tomat.

The Bride Of OlympusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang