0.6

15.7K 4.4K 346
                                    

"Jisung!"

Robot Jisung menoleh sekilas ke arah Yeji yang memanggilnya. Dia mengedikkan pundaknya acuh dan tak peduli.

Yeji yang diabaikan mendengus kesal dan memilih menghampiri robot Jisung sebelum dia pergi.

"Heh, lo gak ngapa-ngapain Hyunjin, kan?" Tanya Yeji to the point.

"Enggak."

"Yakin?" Yeji mengangkat sebelah alisnya.

"Yakin."

"Terus, lo ngapain masuk ke kamar Hyunjin sambil bawa benda aneh tadi malem?"

"Kapan gue kesana?" Robot Jisung balas bertanya. "Gue sama robot Felix dalam mode tidur, gue gak mungkin hidup."

"Tapi tadi malem gue liat lo masuk ke kamar Hyunjin, kok."

"Mungkin aja arwahnya Jisung."

"Gak mungkin," sanggah Yeji. "Jisung udah tenang disana, dia gak mungkin gentayangan."

"Bisa aja dia gentayangan karena gak tenang."

"Gak tenang kenapa?"

"Karena Hyunjin bikin robot yang mirip dia dan bikin dia sedih karena Hyunjin gak bisa terima semuanya."

"Ta-tapi yang tadi malem-"

"Maaf, gue mau ketemu Hyunjin."

Robot Jisung pun pergi karena malas berbasa-basi hal yang tidak penting. Yeji yang ditinggal sendirian mendengus sebal, namun di benaknya masih terputar memori semalam.

Pukul 12 malam tadi, dia terbangun karena mendengar suara orang berjalan melewati kamarnya. Dia yang penasaran memutuskan untuk mengintip lewat celah pintu kamarnya yang terbuka sedikit.

Yeji yakin kalau robot Jisung masuk ke dalam kamar Hyunjin tadi malam sambil membawa benda seperti logam yang ia tidak tahu apa.

Sepertinya Yeji harus berhati-hati. Dia harus meminta tolong Jinyoung serta Minho untuk mencegah hal buruk terjadi.





































Tok tok tok

Tak berselang lama, pintu pun terbuka. Senyuman hangat menyambutnya ketika si pemilik rumah melihatnya.

"Hai Hyunjin, apa kabar?"

"Baik."

Jawaban singkat dari Hyunjin membuat Minho mengernyitkan keningnya karena bingung. Hyunjin yang petakilan kenapa jadi diam begini.

"Masuk aja yuk, di luar dingin," ajak Minho sambil minggir sedikit agar Hyunjin bisa lewat.

Setelah Hyunjin masuk, Minho menutup pintu dan mengajaknya ke ruang tamu. Tak disangka, ada Chaewon disana yang sedang termenung menatap ponselnya.

"Kak Minho, Chaewon kenapa?" Tanya Hyunjin sambil berbisik.

"Mama gue habis marahin dia habis-habisan di telpon, dia ngusir Chaewon dari sini sebelum dia pulang besok pagi," jelas Minho kesal sembari mengingat kejadian tadi.

Hyunjin mengangguk saja, lalu menghempaskan dirinya ke sofa, tepat di samping Chaewon.

"E-eh, ada Hyunjin."

"Gak usah dipikirin, suatu saat nanti mama bakal nyesel atas semua perbuatannya kok, berdoa aja," kata Minho.

Chaewon menghela nafasnya. "Hyunjin, robot buatan lo beneran gak apa-apa?" Tanyanya membuka topik.

"Gak apa-apa, emang kenapa?"

"Kemarin siang, gue sama Kak Minho pulang dari supermarket. Kita gak sengaja lihat robot Felix di pinggir jalan. Awalnya Kak Minho mau berhentiin mobilnya, tapi robot Felix mandang ke arah kita dengan raut wajah yang gak biasa, serem gitu," jelas Chaewon sambil bergidik.

"Pas lo bikin mereka, lo gak masukin benda yang aneh, kan?" Tanya Minho dengan tatapan menyelidik.

"Gue yakin gak ada yang gue lupain dalam proses pembuatan mereka. Mungkin robot Felix lagi beradaptasi di lingkungan barunya," balas Hyunjin mencoba menepis pikiran buruk yang berdatangan ke otaknya.

"Tapi Jin." Chaewon menggigit bibir bawahnya ragu, ragu apakah dia harus mengatakannya ke Hyunjin dan Minho atau tidak. Karena hanya dia yang melihatnya.

"Chaewon, kamu gak apa-apa, kan? Kenapa keliatan khawatir begitu, hmm?" Tanya Minho lembut sekaligus khawatir.

Chaewon mendongak, menatap dua laki-laki di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Robot Felix pegang pisau dan gak cuma itu, dia ngucapin sesuatu."

"Emang dia bilang apa? Kenapa lo takut begitu?" Hyunjin mempertegas suaranya, membuat Chaewon menatapnya dalam.

"Dia bilang, 'Mati. Besok akan ada yang mati'."

[iii] Someday | Hwang Hyunjin ✓Where stories live. Discover now