5. Danau

5.1K 272 5
                                    

“Ternyata kehidupan kamu masih sama seperti yang dulu, kelam dan suram.”
Rifaldo Winata.

***

Vita menatap Aldo geram. Ia melihat sekelilingnya dan di sinilah mereka, di Danau dekat pinggiran kota Jakarta. Aldo bukannya mengantar pulang malah mengajak Vita ke danau ini tanpa persetujuan darinya. Danau di sini masih asri, pohon-pohon besar mengelilingi danau ini, di ujung jalan juga ada tukang jagung bakar, sangat cocok jika jalan-jalan malam ke sini, apalagi bersama sang kekasih.

Gadis itu masih duduk terdiam di motor Ninja Kawasaki milik Aldo. Sementara pemuda itu melepaskan helm full face dan menaruhnya di tangki motor, lalu menoleh ke belakang melihat Vita yang sedang menatap takjub tempat ini. Awalnya memang Vita sempat kesal karena ia ingin cepat sampai rumah, namun melihat pemandangan di sini ia jadi terpesona sendiri dengan keindahan tempat ini.

“Mau sampai kapan ngeliatin tempat ini? Sampe kamu jadi nenek dan saya jadi kakek dari cucu-cucu kita?” tanya Aldo dengan lelucon yang garing menurut Vita. Gadis itu mendengkus dan mencoba untuk turun dari motor milik Aldo.

“Cucu-cucu kita?!” tanyanya kesal saat sudah turun dari motor walau kakinya masih sedikit sakit. “Ngarep lo! Gue sih, ogah!” Kemudian ia berjalan ke bangku yang ada di pinggir danau dengan tertatih-tatih.

Aldo terkekeh dan mulai mengejar langkah Vita yang lambat. Saat sudah sejajar, Aldo berbisik sesuatu di telinga gadis itu. “Kalo kita jodoh bagaimana?” tanyanya dengan senyum menyebalkan.

Pipi Vita memanas seketika. Aldo benar-benar ketua OSIS yang menyebalkan! Vita tidak pernah blushing seperti ini. Ia lantas mencubit pinggang Aldo kesal. “Gak mau gue! Mendingan gue nikah sama kambing daripada sama lo!”

Vita menjulurkan lidahnya dan berlari sebisanya menghindari Aldo. Karena kakinya yang masih tertatih dalam berlari, hal itu membuat Aldo lebih mudah menyusulnya dan mengendong Vita dalam satu tarikan. Sontak gadis itu menjerit tertahan.

“Mau apa lo? Turunin!” kesalnya. Vita sudah seperti karung beras yang digendong seperti itu oleh Aldo, dengan tenaga yang ia miliki, ia memukul secara brutal punggung lebar pemuda tersebut.

“Jangan mukul saya! Kamu mau saya ceburin ke danau?” ancam Aldo. Dalam gendongannya, Vita menggelengkan kepalanya.

“Gak mau,” cicitnya sambil mengerucutkan bibir.
Pemuda itu pun membawa Vita ke ujung jalan, tempat tukang jagung bakar mangkal di sana. “Mau jagung?” tawar Aldo kepada Vita.

Malu-malu, Vita mengangguk. Pasalnya ia belum makan apa-apa sedari tadi. Soalnya, makanan yang ia pesan di kantin tidak sempat ia makan karena acara isengnya yang ingin mengerjai ketua OSIS tersebut.

Aldo kini hanya memakai kaos dalamannya dan jaket. Pasalnya, baju seragamnya masih basah akibat terkena jus alpukat yang jatuh tadi. Ia memasukkan baju itu ke dalam bagasi motor miliknya dan untung saja jaketnya ada di dalam loker sekolah.

“Apa? Mau nggak?” tanya Aldo karena Vita belum menjawab pertanyaannya.

“Kan tadi gue ngangguk, berarti gue mau!”

Aldo mengerutkan keningnya kemudian ia mendengkus. “Kan kepala kamu di belakang saya! Mana keliatan!”

“Yaudah gue mau!” ucap Vita ketus.

“Udah syukur saya beliin, malah ketus gitu,” cibir Aldo dan menurunkan Vita dari gendongannya.

“Oh, jadi lo gak ikhlas jajanin gue?” Setelah diturunkan oleh Aldo, Vita berkacak pinggang. Ia melotot garang ke arah pemuda itu. “Gue gak minta dijajanin, kok.”

Ketika Aku Menemukanmu (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora