18. Kesalah pahaman

3.8K 212 33
                                    

“Kesalah pahaman bisa menghancurkan semuanya.”
Pricilla Evyta Aurora.

***

Akhirnya Vita bisa kembali bersekolah. Saat Vita memasuki kelas, keadaan tampak heboh dengan bisikan-bisikan teman sekelasnya.

“OMG, ternyata murid baru kemarin ganteng, ya?”

“Eh tau gak? Katanya hari ini juga ada murid baru lagi, loh.”

“Serius? Cowok atau cewek?”

“Cowok, dong! Dan yang paling membahagiakan adalah ....” Perempuan itu menggantungkan ucapannya.

“Apa?!” cecar teman-temannya.

“Dia sekelas bareng sepupu gue! Yey bisa ngambil kesempatan!”

“Gue juga ikut deh kalau lo nganterin titipan dari mama lo buat dia, sekaligus cuci mata,” katanya cengengesan.

“Jadi kelas Kak Aldo kedatangan murid baru? Omaygot! Bisa move on dong, gue dari Kak Aldo!” pekiknya heboh.

“Eh, tapi heran gue, kok cogan ada di kelas si Ketos semua, sih?”

“Ya ‘kan ketosnya ganteng.”

“Woy, lo lupa di sini ada pacarnya?” sindirnya seraya melirik Vita.

Vita hanya mengedikkan bahunya tak acuh, tidak mempedulikan teman-temannya.

Anna dan Kareen menghampiri Vita, “sabar, resiko jadi pacarnya idola sekolah ya gitu, disirikin banyak orang,” bisik Kareen.

Vita hanya terkekeh menimpali ucapan Kareen, lalu Anna terus menatap Vita dengan sendu, Vita yang di tatap seperti itu sontak saja bertanya, “lo kenapa liatin gue kayak gitu si Ann?"

Anna menggelengkan kepalanya. Ia tahu dari Deon bahwa Vita mengalami gagal ginjal dan sudah masuk stadium dua, Anna menatap Vita tidak percaya, bagaimana bisa gadis itu bersikap seolah semuanya baik-baik saja padahal kemarin dirinya terbaring di rumah sakit dan mengetahui fakta bahwa kesehatannya tidak baik-baik saja?

Tidak lama, guru masuk kelas karena bel sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. “Apa Vita hadir saat ini?” tanya guru yang mengajar di kelas Vita.

Vita mengangkat tangannya, “hadir bu.”

“Kamu di panggil sama Pak Asep ke ruang guru,” kata guru itu dan Vita mengangguk lalu berjalan meninggalkan kelas menuju ruang guru. “Nah, anak-anak, keluarkan buku bahasa Indonesia kalian, dan buka halaman 24 Bab 2.”

***

Vita duduk berhadapan dengan Pak Asep saat ini. Selain pembina OSIS, pak Asep juga adalah seorang guru IPA di kelas sepuluh. “Vita bagaimana dengan nilai IPA kamu? Sebentar lagi akan ujian, kalau kamu terus seperti ini, bagaimana kamu bisa naik kelas?”

Vita menundukkan kepalanya, ia memang tidak berbakat di mata pelajaran IPA, bakatnya ada di bidang gambar, apalagi satu tahun terakhir ia tidak pernah belajar dengan sungguh-sungguh. “Maaf pak.”

“Ini bukan waktunya kamu meminta maaf kepada saya, lebih baik kamu perbaiki nilai kamu,” ucap pak Asep tegas.

“Baik pak,” jawab Vita.

Ketika Aku Menemukanmu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang