3 - [WR] : Bertemu

27.1K 1.9K 15
                                    

Pasca kejadian malam itu, Arsyad menjadi sering melamun. Hingga Reza juga Guntur terus mengerutkan kening bingung. Tidak biasanya seorang Arsyad melamun dalam jangka cukup lama. Bahkan laki-laki itu terlihat seperti orang linglung.

"Njir lo kenapa sih enggak biasanya?" tanya Guntur sedikit gemas.  Laki-laki berpenampilan urakan itu mengangkat sebelah kakinya ke atas kursi.

Reza ikut mengangguk setuju. Arsyad menghela napas panjang. Hidupnya seakan semakin bertambah berat, tiada hari sejak kejadian malam itu untuk Arsyad tenang. Wajah sedih Arin terus terbayang di benak Arsyad lalu berbagai pertanyaan datang silih berganti akan keadaan Arin sekarang. Apa perempuan itu baik-baik saja atau justru tidak. Jelas tidak, perempuan normal mana yang akan baik-baik saja ketika seorang lelaki merenggut kehormatannya.

"Enggak, gue lagi mikir biaya sekolah Dela." Arsyad berdalih. Tak mungkin ia menjelaskan semua permasalahannya pada Guntur dan Reza.

"Berapa sih emang?" tanya Reza enteng.

"Anjir sok kayak mau bayarin aja lo," ejek Guntur pada Reza. Padahal bisa saja, Reza itu kaya namun, biar kaya tidak menjamin hidupnya bahagia kan.

Reza terkekeh. "Bisa-bisa."

"Gausah aneh-aneh, gue ogah banyak utang sama lo." Arsyad mengelak. Walaupun tahu kalau itu hanya sekedar guyonan.

Tawa Reza mengudara keras. "Terserah lo, oh ya kemarin malam kemana Ar?"

Pertanyaan Reza berhasil membangkitkan ingatan Arsyad, lelaki itu bungkam. Lebih tepatnya bingung Hendak menjawab apa.

"Kemana lo, gila gue nyariin lo muter enggak ketemu yaudah gue tinggal."

"Sorry, gue pulang duluan. Dika sakit." Arsyad berhasil menemukan alasan yang tepat, tidak sepenuhnya berbohong kan dia, walaupun kenyatannya ia justru terdampar dengan Arin. Ah perempuan itu lagi.

"Udah baikan?" tanya Reza, Guntur hanya diam menyimak.

"Udah," balas Arsyad pendek.

"Bagus, warjo yuk." Reza tiba-tiba bangkit dari duduk diikuti Guntur. Arsyad masih tetap di tempat seakan tak ada gairah bergerak.

"Ayo Ar, mau makan enggak?" ajak Guntur lagi. Arsyad menggeleng tanda menolak.

"Anjir lo kenapa sih? Kurang asupan cewek? Loyo amat lo kayak banci Alun-alun," ejek Guntur.

"Tau njir, makan woy. Laper gue sekalian bolos ngapa."

"Males gue, lo berdua aja," tolak Arsyad.

"Anjir, dikira apaan gue jalan berdua doang sama Guntur. Cepet bangun gue yang bayarin." Tangan Reza menarik kerah kemeja Arsyad membuat lelaki itu mau tak mau bangkit.

Bahkan hingga ketiganya berjalan di Koridor Arsyad masih sama saja, tidak ada perubahan tetap saja lempeng. Pikiran Arsyad bercabang, raganya ada di sana bersama Reza juga Guntur namun, jiwanya melalang buana entah kemana hingga raga yang tersisa berhasil menabrak seseorang. Shit.

Arsyad mengumpat keras ketika tubuhnya beradu dengan seseorang, beruntung ia tidak jatuh, tapi barang yang di bawa orang  itu yang harus jatuh. Perempuan itu mengeluh sebelum sesaat wajahnya mendongak dan berhasil saling bersitatap.

Demi apapun Arsyad mati kutu di tempatnya, Arin perempuan yang tanpa sengaja tertabrak olehnya kini berdiri saling berhadapan dengannya. Kilas balik kejadian malam itu berputar cepat lalu ketikan Arin mengalihkan pandangan dan berjongkok memungut buku yang jatuh berserakan barulah Arsyad sadar lalu tanpa diminta ia ikut memungut buku milik Arin.

Gestur perempuan itu terlihat salah tingkah, tak ada yang berubah dari yang terakhir kali Arsyad lihat. Ia masih ingat betul ya yang berubah mungkin hanya keadaan perempuan itu sudah tidak perawan.

Netra Arsyad menangkap gelagat gemetar dalam pergerakan Arin, bagaimana perempuan itu mengambil buku apalagi saat ia menyerahkan tumpukan buku pada perempuan itu dan entah setan dari mana telapak tangan Arsyad yang berada di bawah menyangga buku menyentuh tangan Arin. Membuat perempuan itu semakin gemetar dan ingin cepat berlalu pergi.

Arsyad menatap kosong punggung mungil milik Arin, ia tahu punggung itu kini pasti rapuh dan sayangnya ialah yang membuatnya menjadi tak rapuh. Ia akui nyali Arin cukup kuat untuk seukuran perempuan korban pelecehan, ia berani menampakkan diri sehari setelah kejadian dan sialnya harus bertemu dengannya.

"Woy! Biasa aja kali ngeliatin cewek." Tepukan di bahu Arsyad menyadarkannya dari lamunan. Arsyad mengusir pelan tangan Reza yang berada di bahunya.

"Cantik ya," gumam Guntur memandang jauh ke depan.

Arsyad menoleh. "Perempuan," balas Arsyad ringan.

"Iya lah, cantik Arsyad aja sampai enggak kedip lihatnya." Gelak tawa Reza terdengar. Namun, Arsyad mengabaikannya. 

Rasa khawatir menghantam Arsyad, ingin rasanya ia berlari dan mengapai Arin lalu menayangkan keadaan perempuan itu. Apa ia baik-baik saja? Mustahil jika merasa baik-baik tapi setidaknya melihat perempuan asing itu muncul di radius pandangan Arsyad walau tanpa sengaja sudah membuktikan jika Arin cukup baik. Semoga saja apa yang di pikirkan sama dengan kenyataan.

****

MAAF TELAT UPDATE, BARU PULANG KERJA LANGSUNG NGERJAIN KERJAAN LAGI. KURANG MANTAP APA LAGI AKU INI.

GIMANA PART INI? MAAF PENDEK.

BTW WARJO ITU EMANG BENERAN ADA YA. KEPANJANGANNYA SIH WARUNG IJO. TEMPAT NONGKRONG ANAK-ANAK COWOK DARI BERBAGAI SEKOLAH DAN KEBETULAN EMANG DEKET BANGET SAMA SEKOLAH KU.

JANGAN LUPA NABUNG YA BUAT VERSI CETAK ARIN ARSYAD. BAKALAN BANYAK BANGET PART TAMBAHAN DAN KALIAN WAJIB BANGET BACA DARI AWAL 🤣 BOSEN BOSEN DAH BACA MEREKA.

Wedding Romance [END] (TERBIT) Where stories live. Discover now