33

1.1K 33 0
                                    

"Assalamualaikum"

Tok tok tok

"Assalamualaikum" kata syifa sambil mengetuk pintu rumah Adit.

"Waalaikumsalam" suara dari dalam dan aku yakin itu Adit

Ceklek

Pintu terbuka dan adit berdiri di sana. "Masuk" kata adit dengan nada dingin, apalagi saat melihatku. Aku hanya tersenyum kecut.

"Kalian mau minum apa" tanya Adit. "Apa aja deh" jawab laila mewakili aku dan syifa. "Bentar yah, bi... Tolong bikinin minum buat temen temen aku yah" kata Adit pada wanita paruh baya itu. "Iya den" jawabnya.

"Mulai sekarang aja yah" kata laila yang di jawab anggukan oleh kami.
"Jadi ini tuh ditambah larutan bla...bla..bla...." jelas Adit dan kami mencatat semuanya. "Ini den minum sama camilannya" kata bibi. "Taroh situ bi" kata adit.

"Awh.. Aduhhh panas banget" teh panas itu tertumpah dan mengenai tanganku. "Maaf non saya gak sengaja, sebentar saya ambilkan salep nya yah" kata bibi panik. "Eh lo kenapa ra?" panik laila memegang tanganku. "Aduh sini sini gue tiupin" kata syifa meniup tanganku.

"Aduuhh perih nih" kataku meringis kesakitan karena ini emang perih banget woy, mana yang kena itu jari jari gue lagi.

Tiba tiba adit mengambil tanganku dan mengoleskan salep pada jari gari tanganku yang terkena air panas. "Pelan pelan dit, perih" kataku meringis. "Maaf" satu kata yang keluar dari mulut adit. "Lo masih marah?" tanyaku hati hati tapi Adit tetap diam memasang plaster pada tanganku.

"Yaudah kalian lanjut aja, gue mau anter Nara pulang dulu." kata adit lalu mengambil kunci mobilnya. "Iya" kata Syifa dan laila sambil bengong dan heran melihat tingkah kami. "Gue pulang dulu yah" kataku yang di balas anggukan oleh laila dan syifa.

Adit membukakan pintu mobil dan tanpa di suruh aku langsung masuk ke dalam mobil. "Gue udah maafin lo" kata Adit tanpa menatapku dan hanya fokus menyetir. "Makasih lo udah maafin gue" kataku melirik adit sedetik lalu kembali melihat keluar jendela.

"Tunggu sini" kata Adit berhenti di depan minimarket.

5 menit kemudian.

Adit masuk ke mobil dan membawa kantong belanjaan yang entah apa isinya. Di dalam mobil tak ada percakapan apapun sampai tiba di rumahku. "Lo tau rumah gue dari mana?" tanyaku. "Syifa" jawabnya singkat padat dan jelas. Aku mengangguk.

"Makasih udah nganter gue pulang" kataku. Aku membuka pintu dan akan masuk ke dalam tapi adit menahan pergelangan tanganku. "Tunggu" kata adit lalu mengambil sesuatu di dalam mobilnya. "Nih buat lo, salam buat Suami lo" kata Adit tersenyum kaku.
"Makasih, nanti gue sampein" kataku sambil tersenyum ramah.
Adit pun pergi dan aku masuk ke dalam rumah.

"Tadi yang anterin kamu siapa?" tanya Gilang, padahal dia tau yang anter nara itu adit, kan dia ngintip di jendela.

Aku menoleh kearah sumber suara yang ternyata pemiliknya sedang duduk di sofa dan masih memakai kemeja kerjanya dengan tas dan jaznya ia taruh diatas meja.
"Adit" jawabku lalu mengambil tas dan jaz gilang ingin membawanya ke kamar kami. "Itu apa" tanya gilang. "Buah dari Adit, dia nitip salam katanya sama kamu" jawabku lalu naik ke kamar kami.

Setelah meletakkan jaz dan tas gilang di tempatnya aku pun segera menaruh tas sekolahku di meja belajar ku dan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.
Jadi posisi kamar mandi dan walk in closet atau ruang ganti baju itu bersebelahan.

Aku segera masuk ke ruang walk in closet dan memakai baju tidur berwarna Maroon.

Aku melihat gilang masih memakai kemejanya dan tertidur di atas kasur sambil menutupi wajah nya dengan lengannya. Aku mendekati gilang dan mengelus rambutnya. "Kamu pasti capek banget" kataku sambil memindahkan lengan gilang dari wajahnya. Gilang langsung merubah posisinya dari telentang kini menyamping dan memeluk pinggangku.

Sontak aku terduduk di samping gilang, "gilang, aku marus masak buat makan malam sayang" kataku berusaha melepas pelukan gilang. "Kamu gausah masak, di sini aja temenin aku tidur" kata gilang tanpa membuka matanya. Aku tersenyum dan mengelus wajah gilang "iya tapi sebentar aja yah" kataku lalu berpindah ke sebelah dan berbaring di sana.

Kami saling berpelukan. Gilang tidur sangat pulas, membuatnya semakin terlihat tampan. Wajahnya yang putih bersih, Alisnya yang tebal dan rapih, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna pink dan agak berisi yang jika memperlihatkan senyuman bisa melelehkan siapapun. Dagunya dan rahangnya yang kokoh. Begitu sempurna ciptaan mu ya Tuhan.

Tangan menempel di pipi gilang. Dan mataku tak henti hentinya menatap wajah gilang yang tampan bahkan sangat tampan sambil tersenyum senyum. "Suamiku" batinku sambil melebarkan senyuman.

Tiba tiba gilang memegang tanganku yang berada di atas pipinya. "Tangan kamu kenapa?" tanya gilang menyentuh tanganku yang di balut plester luka sambil membuka matanya dan melihat baik baik jemari tanganku. "Oh ini gapapa kok, tadi cuma kena air panas, tapi udah di obatin kok" kataku sambil tersenyum. "Masih sakit?" tanah gilang. "Sedikit hehe" jawabku.

Cup

Gilang mencium tanganku yang sakit.
"Masih sakit?" tanyanya. "Udah sembuh haha" kataku sambil tertawa.
"Nah gitu dong, ketawa, jangan jutek jangan sedih, oke?" kata gilang menyelipkan anak rambutku di belakang telingaku. "Iya" jawabku sambil tersenyum manis, paling manis buat gilang.

Gilang menatapku lekat lekat. Aku juga menatap wajah gilang. Hingga hembusan nafas kami bisa kami rasakan menerpa wajah kami. Jantungku berdebar debar. Gilang mendekatkan wajahnya. Aku pun menutup mataku. Hingga sesuatu yang kenyal dan lembut menyentuh bibirku. Gilang mencium bibirku. Awalnya itu hanya sebuah ciuman hingga gilang melumat bibirku. Sensasi yang kurasakan sungguh luar biasa. Hingga aku terhanyut dalam ciuman itu. Sesekali aku membalas ciuman gilang. Ciuman itu berlangsung hingga beberapa menit. Dan perlu kalian catet ini pertama kalinya gilang nyium bibir aku sampe di lumat. Sebelumnya cuma di kecup doang.

"Hmmpp" aku memukul dada bidnag gilang. Tanda bahwa aku sudah kehabisan nafas. Gilang yang mengerti melepas tautannya. Dan tersenyum lalu mengecup kening ku lama. Aku merasa sangat bahagia. "Love you my wife" kata gilang sambil tersenyum dan mengelus pipiku. Aku yang malu malu langsung menyembunyikan wajahku di dada bidang gilang. Gilang tertawa kecil dan mencium puncuk kepalaku.

Di meja makan

"Kamu kenapa sih liatin aku mulu" kataku karna malu malu di liatin terus sama gilang.

"Emang gaboleh liatin istri sendiri?" kata gilang.

"Ya boleh sih, tapi aku jadi maluuu gilang ish" kataku dengan pipi yang memerah.

"Haha kamu tuh yah, sama suami sendiri aja malu malu" kata gilang menoel hidungku.
Dan sukses gue blushing lagi kamvret.
"Aku udah selese, aku mau ke kamar dulu, siap siap ke sekolah" kataku lalu peegi ke kamar.

See you next chapter readers kuh

Jan lupa vote

NARA'S LOVE [END]Where stories live. Discover now