Sins #6: X

1.4K 356 199
                                    

🌊💘🎣

10 SINS OF
BEING SINGLE. |

Insiden cubit ‘tete’ Tama berakhir disaksikan dengan Raymond yang syok begitu dramatis ketika masuk membawa pel dan ember. 

Secepat kilat Raymond datang menyelamatkan Tama dengan dramatis—takut-takut kalau pentil kawannya betulan copot—dia tak sudi melihat perang darah atau sampai ada kejadian memanggil ambulans untuk operasi pemasangan atau cangkok puting susu.

Dan begitulah legenda tentang bagaimana puting Tama bisa terselamatkan dan tidak jadi putus dari akarnya. Semua berkat Raymond-Man.

“Rere bisa karate sama taekwondo. Tangan kaki jago semua. Makanya kamu jangan macem-macem,” kata Raymond saat melempar kotak P3K untuk Tama.

Tharene tidak bermaksud menyakiti, tapi dia kelepasan. Akibatnya sekarang puting Tama harus ditempeli hansaplast.

"Bang Ray."

"Hm?"

"Hansaplast-nya request gambar dong."

Tharene dan Raymond auto menganga. "Yang bener lu, cuman ada yang polosanㅡ" tiba-tiba ponsel Raymond berdering. Yang terpanggil pun minggat dan yang tersisa Tharene disuruh gantian mengurus pasien.

"HAH, APAAN?" Alis Tharene menukik galak. "MASA AKU YANG PEGANG-PEGANG ANU DIA?"

"Bukan anu, pentil doang, Kak. Jangan agresif gitu." Tama berkata pelan dengan inggris fasih ala ala seri barat. "Take it slow, Girl."

Ya maksud Tharene anu itu ya itu. Si Pentil. Lagipula siapa yang sudi menyentuh si ikan ini. Tharene tidak lupa kok kalau dia alergi. So pokoknya, "Nggak!

Tama mengibas tangan, menyuruh Tharene mendekat. "Padahal aku siap dilecehkan."

"Lecehㅡapanya!"

"Aduh," Tama pura-pura kesakitan. "Udah tete aku diremes, nggak dibayar, nggak minta maaf. Manusia macem apa yang tega kayak gitu?"

Membuang napas jengkel, Tharene kemudian menjorokkan bokong di sebelah Tama. Dia membuka satu plester pertama lalu menempelkannya dengan kasar dan asal. Tentu saja dia merasa malu karena harus melihat cokocip cowok versi dekat.

"Iiih... miring." Tama cemberut, "Aku OCD tahu."

"Jangan banyak mau, yah! Kutempeleng terbang kau ke antariksa."

"Ayo dong, benerin. Ini jelek banget. Tama mana bisa pede keluar kayak gini," rengeknya sekali lagi.

"Emang kamu mau keluar telanjang gini? Ngaco. Ya udah sini mau diapain? Mau dicopotin lagi?"

Tama menggeleng manis. "Ambil satu plester lagi. Bikin huruf X."

Hah? "Biar apa?"

"Biar kinky."

Memang Tamaheru Hutomo tidak takut mati.

Sudah najis, minta disleding pula!

Tharene hanya bisa mendengus (lagi). Sepertinya cewek ini bisa kelihatan lebih tua 10 tahun kalau sering main sama Salmon Sinting yang satu ini. Mengingat hal tersebut akan membuat skincare-nya sia-sia, dia pun memilih sabar dan merapal nama Mas Hansol supaya adem.

Lagipula Raymond kemana, sih? Lama sekali. Pasti dia pacaran. Cih. Kaum Bucinoid memang musuh abadi Jombloid.

"Tuh! Udah yah!" Irene menepuk dada bidang Tama satu kali.

"Gimini? Cintik nggik pintilku sikiring?"

"Sekali lagi kamu ngomong ya Tam, aku cubit lagi pake tang! Copot, copot dah. Bodo amat."

Tharene yang bete langsung beranjak ke WC, sementara Tama yang barusan sudah mengenakan kembali kaosnya malah tersenyum-senyum puas karena berhasil membuat keributan. "Ucul banget sih Kak Rere." Ia bergumam pelan.

Tapi bukan Tama kalau tidak cepu, apalagi soal perasaanya sendiri. Jadi cowok itu pun berteriak lantang, masa bodo dengan Raymond yang nyaris jantungan di tengah sesi pacarannya.

"Kak Rere!"

"APA?!" balas Tharene tidak santai, masih di WC.

"Kak Rere!"

"IYA, APA?!"

"Kamu lucu banget dah, heran aku tuh!"

Ciaaaa anying bisaan, Tama memuji diri sendiri dalam hati. Belum sempat memulai keributan lagi, langsunglah satu boneka mendarat di wajah Tama.

BUK.

Dia ditimpuk Raymond.

"BERISIK!"

***

Hari ini Tharene berangkat lagi ke kampus, membawa revisi yang ia buat dengan sepenuh hati.

Yeah, hanya bisa dengan sepenuh hati, bukan sepenuh otak. Soalnya setiap bikin skripsi, otak Tharene cuman sisa tiga per lima. Sedih sih, tapi mau bagaimana.

Dulunya nilai IPK Tharene selalu bagus. Sekitar tiga koma enam dari empat. Namun sejak munculnya magang dan proposal skripsi, hancur sudah pertahanannya. Perlahan angka itu menurun menjadi tiga koma satu dan ia pun agak kehilangan motivasi untuk belajar.

Makanya mengerjakan skripsi itu sangat sulit buatnya, sehingga ia pun sudah lapang dada (jika) menerima revisi yang bakal ditulis Pak Yoga dengan pen semerah rambut Tam—wait, what?!

Rambut Tama berwarna merah?

Da hell?! Salmon merah? Kakap merah? Nila merah?

Bukan tipu-tipu, bukan kaleng-kaleng. Hari ini, pemuda itu masuk dengan rambut merah.

Si Gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si Gila. Itu rambut asli? Dahi Tharene mengerut dua belas garis.

Mau ngapain dia?

TO BE
CONTINUED.  |

NOTES:

Aku malu banget nulis scene nempelin plester buat Pentil-ssi 😭

.
.
.
.
.
.
.

Btw sumpah Tamaheru adalah karakter paling absurd yang pernah aku buat. Tapi seru banget nulisnya karena gak ada batesan gilanya. Cuman y hati2 aja kelen y, dia gelo and unpredictable 🙃👌

ALSO, HAPPY WHITE DAY JOMBLOID CHINGUDEUL!^_^

✔ 10 Sins of Being Single | BTS V | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang