Tiga

231 37 0
                                    

"Ya! Kenapa aku harus melakukan dua tugas sekaligus sedangkan kalian hanya satu ?" suara Jung memenuhi langit malam. Kim lebih memilih mematikan saluran komunikasi mereka daripada tuli lebih cepat mendengar suara Jung setiap hari. "Kim Hongjoong, aku tahu kau mematikan saluran komunikasi lagi. Tapi—Ya! Kang brengsek Yeosang, aku akan membunuhmu setelah pesanan ini selesai."

Kang mematikan semua saluran komunikasi mereka kearah Jung, terlalu berisik mendengar suara beberapa oktaf itu. Terlebih lagi suasana disini sangat sunyi, hanya suara hewan malam yang terdengar. "Kau melihat sesuatu ?" tanya Kang kearah Jeong yang berada tujuhratus meter dari mereka. "Nope." Kang berdiri, Jo sudah berjalan duluan didepan dengan langkah santai.

Mereka menuju ke auditorium yang sudah tutup. Suara decitan khas suara pintu terdengar memenuhi langit ruangan. Jo dan Kang masuk tanpa berniat mencari penerangan. Kim yang menunggu dimobil hanya mengunyah permen karet, sesekali tangan nya menggaruk bagian tubuh yang gatal karena di gigit nyamuk atau bahkan serangga.

Ini pertemuan pertama mereka dengan pelanggan setelah pesanan diterima. Jo mengamati tulisan yang ada didepan nya sebelum berbelok kekanan diikuti Kang dibelakang. Seorang gadis bersorban merah menunggu dibawah pantulan cahaya bulan. Kalo saja Song yang melihat ini, dia dipastikan lari dengan kekuatan penuh walau tahu kaki gadis itu menginjak lantai. "Halo, Nona. Ada yang bisa saya bantu ?"

Dia menoleh, menurunkan sorban yang ia pakai lalu menatap sekitar. "Kalian hanya berdua bukan ?" tanya nya waspada. "Tentu saja, kau ingin melakukan pesanan ?" sebuah kata kunci untuk memulai bisnis mereka. Gadis itu mendekat, menyerahkan cek yang kosong kearah Kang. "Kau bisa mengisi nominalnya ketika selesai." Ucapnya tanpa keraguan sedikitpun. Kang menerima cek itu dengan senyum tipis, lalu menekan sesuatu didalam jas yang ia pakai. Kim dan Jeong menerima kode itu, tanda kesepakatan sudah dibuat.

"Oh, itu terdengar menyenangkan." Jeong yang sejak tadi mendengar percakapan ikut antusias. "Dia mengatakan kita bebas mengisi nominalnya bukan ? wah, aku jadi semakin menyukainya." Sambung Jeong senang. Kim hanya diam, masih sibuk mengunyah permen karet nya.

Dilayar, Jung mengucapkan kata kata yang tidak bisa ia dengar. Saluran komunikasi mereka masih terputus. Melihat wajah Jung yang makin aneh, di tekan nya kembali saluran penghubungan komunikasi mereka. "Ya! Berapa nominal yang diberikan gadis itu untuk melindunginya?" kalimat pertama yang keluar dari mulut Jung Wooyoung. "Lupakan. Seonghwa sedang menuju kearah kalian. Bergegas, aku tidak ingin melihat mayat dilayar komputerku." Lalu sambungan diputus, menyisakan layar hitam.

Kim menggeser tubuhnya kearah kemudi, lampu kecil ia nyalakan untuk memberi kode kepada yang lain. Jo dan Kang sudah berjalan mendekat bersama gadis itu, begitu juga dengan Jeong yang membereskan barang barang nya.

***

"Pergi ke kampus seperti biasa, kerja sambilan dirumah makan seperti biasa, belajar untuk ujian seperti biasa dan ikut bimbingan seperti biasa. Semua sesuai dengan jadwal harian nya." Song menatap layar dan kertas bergantian sebelum melemparnya begitu saja.

"Ini aneh ketika ada Hongjoong dibelakang mereka, dia sedang mempermainkan kita ? aku tidak peduli. Seonghwa, kau mengizinkan aku membunuh gadis itu ?" tanya Choi sambil menatap layar yang menampilkan gadis yang tengah melayani anak kecil. Pistol ditangan nya sudah siap membidik mangsa kapan saja. Tinggal menunggu perintah.

"Tidak untuk sekarang." Park ikut menatap layar, memperhatikan beberapa kamera cctv yang terpasang didekat rumah makan. "Zoom bagian itu," Jung mengikuti arahan, layar berubah menampilkan sosok laki laki yang tengah mengunyah. "Itu Jongho." Gumam Song yang didengar semua orang. "Dia menjaga nya dalam jarak aman," tambah Jung sambil terus mengetik sesuatu di komputernya.

"Kita bisa menembak kepala nya bukan ?"

"Kau lupa? Mereka bersama Yunho." Tukas Jung cepat, layar kembali seperti semula menampilkan banyak gambar. Entah itu jalan raya atau bahkan bangunan kosong. "Kita bisa meledakan tempat itu." Sambung Song yang langsung di sambut jentikan jari Choi, tanda dia setuju.

"Itu terlalu gegabah dan menarik perhatian." Mata Park masih mengawasi layar, "Klien kita tidak ingin itu terjadi." Lalu menatap teman satu team nya. "Untuk sekarang awasi gadis itu."

"Kau mau kemana ?"

Tidak menjawab pertanyaan Choi, Park melambaikan tangan singkat sebelum pergi keluar meninggalkan mereka. "Kadang aku tidak menyukai sifatnya yang itu."

1117Where stories live. Discover now