1

799 61 4
                                    

Saat ini Kareena dan Chandra sedang break atas permintaan Kareena. Ia tidak ingin putus begitu saja dari Chandra. Selama setahun ini ia memang kerap cemburu pada Chandra, sehari bisa beberapa kali menelepon Chandra menanyakan kabar laki-laki itu--di mana, sedang apa, sedang bersama siapa--membuat laki-laki itu lama-lama menjadi gerah.

"Laki-laki kan nggak suka dikekang, Reen, memangnya kamu nggak tau?" Helena mengangkat alisnya melihat gelengan sahabatnya sejak SMA itu. Helena sangat cantik dan tubuhnya juga ideal, berbeda jauh dengan Kareena yang berwajah standar dan tubuh agak gemuk.

"Tapi... aku nggak mau kehilangan Chandra, makanya aku...."

"Kalau kamu kekang kayak gitu, dia bakalan pergi. Dia bukan burung dalam sangkar. Dia manusia bebas. Lagi pula belum nikah aja kamu sudah kayak gini, melarang dia terlalu dekat sama temen-temen perempuan di kantornya, apalagi nanti kalau menikah. Bisa gila Chandra nanti."

Kareena berkaca-kaca mendengar ucapan sahabatnya yang selama ini selalu hadir menemani hari-harinya. "Menurutmu begitu?"

Helena mengangguk. "Aku sudah sering bilang kan, jangan terlalu berlebihan mencintai laki-laki, apalagi laki-laki itu Chandra, yang mempunyai pesona luar biasa. Kalau dia akhirnya hilang, kamu nggak akan terlalu sakit hati."

Entah kenapa, Kareena merasa Helena saat ini sedang berbicara terhadap dirinya sendiri karena sepasang mata indahnya berkelana memandang ke kejauhan, bukan pada Kareena.

🍸

"Aku nggak mau kita putus." Kareena tersenyum sendu pada Chandra yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tamu apartemen milik laki-laki itu. "Maaf aku malam-malam datang ke sini, aku cuma mau minta maaf. Dan kumohon terima aku lagi. Aku janji aku nggak akan cemburuan lagi." Kareena menarik napas, tetap menatap Chandra yang tidak mau memandang ke arahnya. "Kamu sangat suka pipi chubby aku, kan. Waktu nembak aku dulu, kamu bilang suka aku karena pipiku ini... kita baru satu tahun bersama, nggak mungkin cinta kamu hilang begitu saja kan...."

Chandra menoleh pada Kareena. Ia membuka mulut, tapi kemudian diam. Hanya matanya menatap Kareena lurus.

"Chandra?"

Chandra menghela napas panjang. "Maafkan aku..."

"Iya, aku maafkan!" sahut Kareena dengan ceria.

"Tidak, bukan itu," potong Chandra cepat. Ia menggeleng, wajahnya tampak muram. "Seharusnya sejak dulu aku mengatakan ini padamu, hanya saja... aku tidak tega...."

"Maksudmu?"

Sepasang mata cokelat Chandra menatap lekat Kareena. "Saat dulu aku menyatakan cinta di kampus, aku salah sasaran. Yang sebenarnya mau aku tembak itu Helena, bukan kamu."

Senyum lenyap dari wajah Kareena. Saking terkejutnya, ia tidak mampu berkata-kata.

"Aku tidak tahu kalau kamu dan Helena mempunyai lokasi favorit yang sama di taman belakang kampus. Aku kira saat itu Helena yang duduk membelakangi aku di bangku taman di bawah pohon flamboyan. Saat itu aku juga nggak tahu kalau kamu dan Helena mempunyai julukan yang sama 'si chubby'. Lalu semuanya sudah terlambat karena banyak orang yang menyaksikan...."

Kareena memejamkan matanya yang basah oleh air mata. Dadanya sesak. Ia menarik napas panjang dan menghelanya perlahan. Ia membuka mata dan menatap Chandra. "Cukup. Aku mengerti. Kamu yang baik, kamu yang nggak mau aku malu, akhirnya membiarkan kesalahpahaman itu...?"

Chandra menatap Kareena, mengangguk, lalu membuang muka.

Kareena menyeka air matanya, tapi terus saja mengalir. "Apa kamu... pernah mencintai aku, walau sedikit?"

Kareena melihat Chandra menggeleng pelan.

Dada gadis itu terasa kian sesak. "Sampai sekarang, kamu masih mencintai Helena?"

Chandra tidak menjawab.

Oke, itu memang bukan urusannya, pikir Kareena muram. "Maafkan aku." Kareena berdiri. Rasanya kepalanya pusing menerima kenyataan ini, tapi ia harus bertahan. "Aku minta maaf gara-gara aku, semuanya kacau. Aku akan memperbaiki kesalahanku. Terima kasih atas kebaikanmu selama satu tahun ini. Aku berdoa agar kamu bisa bahagia dengan... perempuan yang kamu cintai. Aku nggak akan mengganggu kamu lagi, selamat tinggal, Chandra."

Chandra berdiri canggung. Gurat-gurat kelegaan tampak jelas di wajah tampan laki-laki itu membuat rasa pedih semakin menyiksa batin Kareena.

"Biar kuantar pulang, Reen."

Kareena menggeleng. "Nggak usah, Chandra. Aku bisa naik taksi."

"Salam buat Papa dan Mama kamu juga adik kamu, ya...."

Kareena hanya tersenyum. Berusaha tegar ia berjalan ke pintu apartemen. Setelah menutupnya, gadis itu memaksa kakinya melangkah menelusuri lorong lantai tujuh yang temaram.

Di ruang tamu apartemen, Chandra bersandar di sofa. Beban berat yang selama setahun ini menggelayuti tubuhnya seketika terangkat dan ia merasa lega sekali.

Ia memang tidak pernah berusaha mencintai Kareena karena selama ini hanya Helena di benaknya. Helena yang cantik, anggun, dan baik hati. Helena yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama saat gadis itu kuliah di kampusnya. Helena yang pesonanya tak pernah pudar dari hatinya.

Dulu, Chandra bingung bagaimana memutuskan hubungan dengan Kareena. Tapi, semuanya dipermudah karena sikap gadis itu sendiri. Cemburuan dan terlalu berlebihan mencintai Chandra membuat laki-laki itu muak.

Chandra menatap langit-langit ruang tamu. Kareena baik. Keluarga gadis itu pun menerimanya dengan hangat. Tapi... cinta takkan pernah bisa dipaksakan....

🍸

Emerald, 14 Januari 2020, 14.51

CINTA YANG LAINWhere stories live. Discover now