5

364 43 1
                                    



Kareena tidak pernah datang lagi ke cafe milik keluarga Chandra. Chandra terlihat sekali membencinya. Membencinya karena kekacauan yang telah dibuatnya. Meskipun ingin sekali sekadar melihat Chandra, Kareena menahan diri.

Ingat, Kareen, jangan berlebihan mencintai Chandra, apalagi laki-laki itu akan segera menjadi milik perempuan lain, Nena.

Ponsel Kareena berdering, ternyata Reeze. "Halo, Reeze?"

"Sudah beberapa hari ini kamu nggak datang ke cafe. Kenapa?"

"Aku sibuk dengan tugas kuliah, maaf Reeze," dalih Kareena.

"Sekarang kamu di mana?"

"Di rumah... kenapa?"

"Aku jemput ya. Aku akan mengajakmu jalan-jalan ke pantai."

Tiga puluh menit kemudian, keduanya sudah menaiki mobil menuju pantai Anyer. Mobil yang saat ini membawa mereka adalah salah satu aset milik ayah Chandra yang dipinjamkan secara cuma-cuma kepada Reeze. Reeze baru kali ini memakainya karena ia lebih suka menggunakan motornya. Tapi karena perjalanan ke Anyer lumayan jauh, terlebih khawatir akan turun hujan lebat, jadilah Reeze meminjamnya.

Dalam perjalanan, hujan turun rintik-rintik. Membuat Kareena terlelap. Begitu gadis itu bangun, mobil sudah terparkir di tepi pantai.

Airnya begitu biru dan bersih, membuat Kareena betah berlama-lama menikmatinya. Pandangannya tak lepas dari ombak yang bergulung-gulung di bawah langit mendung. Seketika air matanya menetes.

"Hidup memang penuh masalah, tapi aku yakin kamu bisa melewatinya."

Kareena menyeka air matanya dan mengangguk. "Aku tau. Tapi... selama ini cuma aku yang mencintai Chandra, pantas saja dia benci karena aku terlalu cemburuan. Cintaku juga katanya terlalu berlebihan, perhatian ini dan itu. Membuatku berpikir tidak ingin jatuh cinta lagi. Aku takut... aku akan seperti itu lagi."

Reeze menepuk bahunya. "Pasti bisa. Kamu baik, pasti akan menemukan pria lain yang jauh lebih baik dari Chandra, yang mau menerima cintamu yang berlebihan. Laki-laki bukan cuma sepupuku itu kan. Kamu masih kuliah, perjalananmu masih panjang. Belum nanti di tempat kerja, kamu akan menemukan banyak pria. Tapi, yah, kamu harus pintar-pintar memilih, jangan sampai salah langkah lagi...."

"Terima kasih, Reeze, kamu baik banget. Apa kamu punya perempuan yang disukai?"

"Dulu ada, waktu SMP. Cinta monyet."

"O ya, siapa? Teman sekelas kita?"

"Iya."

"Siapa? Ayu? Indah? Tina?"

Reeze tergelak. "Bukan. Sudahlah, itu cuma masa lalu. Cinta monyet."

"Curang nggak cerita." Kareena menatap Reeze cemberut.

Reeze memandang birunya lautan, gerimis pun mulai berjatuhan. "Nanti aku akan cerita, tapi nggak sekarang, bukan waktu yang tepat."

"Oke." Kareena ikut memandang lautan yang penuh dengan misteri, yang jika marah, ia siap menelan manusia....

🍸

Chandra merasa ragu untuk menikah. Bukan karena memikirkan ucapan Reeze, tapi entah kenapa, ada yang mengganjal.

Setiap ada masalah berat, terkadang jika sudah penat, Chandra akan berlibur sendiri ke pantai Anyer, dulu sewaktu kecil, ia beserta orangtua dan kakak juga adiknya sering tamasya ke Puncak atau Anyer, menginap. Tapi yang lebih ia sukai pergi ke pantai, menurutnya pantai merupakan lokasi yang tepat untuk mengusir segala keruwetan hidup, seperti saat ini.

Bertelanjang kaki dengan celana jeans yang digulung, Chandra menyusuri tepi pantai, gerimis mendukung suasana hatinya saat ini. Entah kenapa, keyakinannya untuk menikah dengan Helena sedikit goyah, seperti ada yang membayangi.

Lalu ia melihat Kareena dan Reeze bermain di air dangkal, tertawa gembira sarat kebahagiaan. Seketika amarah menelusup ke dalam hatinya. Ternyata perempuan itu cepat berpindah hatinya, cepat pulih. Mencintai berlebihan, cemburu buta, menangis memohon supaya tidak putus, menawarkan payung, lalu sekarang menemukan cinta yang baru. Dangkal sekali, pikir Chandra geram.

Kaki panjang Chandra terus melangkah hingga mendekat pada Reeze dan Kareena yang masih asyik bermain air di antara rintik hujan yang perlahan menderas.

Melihat kemeja putih Kareena yang basah menampakkan bra putihnya, seketika miliknya mengeras. Di bawah guyuran hujan yang seharusnya menyejukkan, amarahnya malah kian berkobar. Ia melewati keduanya, namun Reeze menyadari kehadirannya dan memanggilnya, membuatnya terpaksa berhenti dan menoleh. Yang menjadi fokusnya bukan Reeze, tetapi gadis di belakangnya, yang berdiri dengan memamerkan bra yang tercetak jelas di kemeja putihnya.

"Bang Chand kok di sini?"

Chandra menoleh pada Reeze. "Habis ada urusan. Kalian berdua... sedang apa di sini?"

"Kencan," jawab Reeze cepat. "Berhubung besok Minggu, kami mau menginap."

"Menginap?" Chandra tidak berhasil menyembunyikan keterkejutannya. "Mama dan Papa Kareena setuju?"

"Iya. Kan kami tidak menginap di kamar yang sama," canda Reeze. "Dulu sewaktu SMP beberapa kali aku pernah main ke rumah Kareen, jadi mama dan papanya kenal denganku."

"Begitu. Baguslah. Hujan makin deras, kalian tidak mau berteduh?"

Reeze menarik tangan Kareena dan membawanya berteduh di gazebo terdekat bersama-sama Chandra.

Jantung Kareena berdetak sangat kencang kala berdiri di antara Chandra dan Reeze, karena saat ini lengan kanannya yang bersentuhan dengan tubuh Chandra bagai dialiri listrik. Tubuhnya tegang bersentuhan dengan Chandra.

Jangan menangis, please, Kareen, tahan air matamu....

🍸

Emerald, 28 Mei 2020

CINTA YANG LAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang