20 : Sherianne - Bahagiaku Bersamamu

3K 236 7
                                    

Sherin's PoV

Aku sedang berada di rumah Kineta dan sedang membuatkan sayur asam sebagai menu makan siang kami. Kineta bilang dia bosan dengan menu makanan di cafe dan ingin makanan rumahan. Sayur asam, tahu dan tempe lengkap dengan sambal goreng teri pun merupakan permintaannya.

Kineta keluar dari kamar mandi dan mendekatiku. “Hmm… jadi makin lapar nih. Masih lama ga masaknya?”

“Ngga kok. 5 menitan lagi juga selesai. Atau kamu mau makan dulu ntar sayur asamnya nyusul?”

“Ngga ah. Mau peluk kamu dulu. Kangen.” Kineta berdiri di belakangku, memelukku juga menciumi pundakku dan membuatku kegelian.

“Geli, Sayang. Lagian bahaya di depan kompor kaya gini.”

“Kangen, Sher,” sahutnya dengan nada manja.

Sisi manjanya ini baru kuketahui sejak kami bersama. Dia ini lucu, kadang dominan dan terkadang juga manja. Tapi aku suka, itu tandanya Kineta tidak jaim dalam menunjukkan perasaannya padaku.

Aku membalikkan tubuh menghadapnya. “Setelah makan kan kita punya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu berdua.” Kucium pipinya, dia tersenyum. “Bentar ya.”

Kineta menurut lalu duduk di kursi ruang makan yang menyatu dengan dapur. Aku mematikan kompor, menuangkan sayur ke dalam mangkuk kemudian menyajikannya untuk Kineta.

“Kamu kangen aku ngga?” tanyanya konyol waktu aku duduk di sampingnya. Kami makan sambil mengobrol ringan seperti kebiasaan kami sehari-hari.

“Ya kangen, kamu sih sering tinggalin aku sampai berhari-hari.”

“Kerja, Sayang. Buat kamu juga nantinya. Hehe.”

“Iya, ngerti. Aku ga masalah kok. Aku malah mikirin kesehatan kamu. Apa ga capek sering bolak-balik keluar kota? Sekali-sekali kamu tolak kalau dirasa kamu udah kebanyakan job atau overload.”

“Iya. Ini aku udah full job selama sebulan. Tapi masih ada waktu istirahat kok. Sejak sama kamu, aku udah mengurangi waktu kerja. Aku prefer spent time sama kamu yang super sibuk karena jadi barista hits di Sense Cafe.” Kineta menggodaku.

“Ya gimana ya? Sekalinya day off aja aku diminta jadi chef pribadi kamu. Hitungannya kerja juga kan ya? Hm?”

“Soalnya kangen, Beb.”

“Kangen aku atau masakan aku?”

“Dua-duanya. Jangan bawel… Ini nih jagungnya kamu yang makan aja.”

Begitulah jika kami sedang mengisi waktu berdua. Merupakan suatu kebahagian bagiku bisa bersantai bersama setelah melewati hari-hari yang sibuk ataupun melelahkan.

Dalam menjalani hubungan ini, kami sepakat untuk saling terbuka satu sama lain. Kineta tidak keberatan untuk mengatakan apa saja yang dia alami setiap hari termasuk jika ia sedang berkomunikasi dengan Anna, meski terkadang dia tidak mau membahas Anna karena takut menyakiti hatiku.

Dari sikap dan pemikirannya itu, aku dapat merasakan Kineta tulus menyayangiku. Sudah tidak kurasakan lagi cemburu terhadap mereka karena aku tau status mereka tidak lebih dari sahabat. Aku percaya sepenuhnya pada Kineta bahwa ia akan menjaga hatiku.

“Hhhh…akhirnya bisa rebahan. Sini bobo, Sher? Apa mau di boboin?” Kineta merebahkan diri di kasur begitu memasuki kamarnya.

“Ck. Otak mesum. Bangun dulu. Baru selesai makan jangan langsung tidur.”

“Oh iya. Kalo gitu aku cek kerjaan bentar ya. Kamu mau ngapain?”

“Temenin kamu ajalah.“ Aku mengambil tempat di samping Kineta yang mulai berkutat dengan laptopnya. Kunyalakan TV dengan suara pelan agar tidak mengganggunya.

Kineta melakukan pekerjaannya dengan serius sambil menjahiliku. Tangannya iseng menggelitik telapak kakiku. Sesekali ia melihatku dan memberikan senyumnya. Atau dengan randomnya mencium pipiku dengan kilat. Hal-hal simple yang membuatku mengukir senyum karenanya.

Setelah 30 menit, aku berbaring karena mulai merasa ngantuk. Aku memang selalu mengambil waktu untuk tidur siang jika sedang libur.

Kineta menoleh padaku. “Ngantuk?”

“He-em,” jawabku dengan mata terpejam.

“Ya udah bobo,” ucapnya lalu mengecup bibirku.

Aku membuka mata karena tindakannya yang tiba-tiba. Ia sudah meninggalkan laptopnya dan kini berbaring telungkup di sampingku, namun wajahnya berada di atas wajahku.

“Kamu ga bobo?” tanyaku sambil merapikan rambutnya ke belakang telinga.

“Pengen. Tapi liat bibir kamu seksi gini jadi ga mau bobo, maunya kiss.”
Kineta menatap mataku dalam. Pandangannya beralih ke bibirku, lalu kembali lagi menatap mataku. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

Ibu jariku mengelus pipi dan bibirnya. Akupun menginginkan hal yang sama dengannya.

“Ya kiss aja,” ucapku dengan menatap kedua matanya.

“Jangan salahin aku kalo kamu ketagihan ya.”

Sedetik kemudian bibir Kineta sudah menempel di bibirku dan mengulumnya lembut. Kineta selalu seperti ini padaku, berhati-hati.

Aku memeluknya sambil mengelus punggungnya. Kugerakkan lidahku dengan sentuhan yang ringan pada bibir manisnya, menyesapnya dengan segenap rasa.

Hangat dan lembutnya ciuman kami merambat ke dadaku, membuatku merasakan kebahagiaan. Dan merasa ada yang hilang saat Kineta menarik wajahnya sehingga menciptakan sedikit jarak.

“Terima kasih kamu mau percaya sama aku, Sher. Kamu selalu ada menemaniku, berjalan bersamaku, menggenggam tanganku dan menguatkanku. Rasanya, aku beruntung ketemu kamu dan bisa memiliki kamu," ucapnya pelan dengan hembusan nafas yang terasa pada kulit wajahku.

"My pleasure, Kin. I feel the same way.
Sama kamu, aku merasa lengkap. Kutemukan bahagia, saat kamu hadir dalam hidupku."

~ E N D ~

Published : 31 Januari 2020

A/N : Wow! 20 chapter selesai dalam waktu 1 bulanan. Selisih waktu yang jauh kalau dibandingkan story sebelumnya 30 chapter yang baru bisa selesai selama 2 tahun.

Well, seperti biasa, thanks bagi yang sudah mau meluangkan waktu untuk membaca serta memberikan vote dan komentar di cerita ini. Itu membuat gue tau bahwa ada orang-orang yang menyukai cerita ini. I really appreciate it.

Terima kasih untuk pembaca kreatif @carinnaira yang menciptakan singkatan nama pasangan Kineta-Sherin = KiRin & @milovolcano yang menyingkat Citra-Anna menjadi CiNa. Gue aja ga kepikiran. Lol.

Selesai deh tanggung jawab gue di cerita ini. Kisah Mengejar Hadirmu berakhir di Januari.

Mengejar HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang