👧 5 👧

19.7K 1.2K 21
                                    

Hampir dua jam perjalanan, kami masih belum sampai di puncak, Bogor. untunglah jalanan masih belum terlalu macet, mengingat kami berangkat di pagi hari.

Aku melirik ke arah spion, untuk melihat kedua putriku itu. ternyata keduanya sudah terlelap pantas saja sepi. dan Tania yang duduk di sampingku bisa ku lihat sedang menahan kantuknya. mungkin tidak dia merasa tidak enak kalau tidur.

" kalo ngantuk tidur aja " ucap ku yang merasa kasihan melihatnya terus saja menguap.

" nggak pak. saya gak ngantuk " sahutnya.

" bohong banget, dari tadi nguap terus. udah tidur aja gak usah ngerasa gak enak " balasku lagi sambil terkekeh.

" beneran pak, saya gak ngatuk " sahutnya lagi. melihatnya, seperti itu membuatku ingin menggodanya sekali lagi.

" jadi 'pak' atau 'pa' nih? " tanyaku, tanpa mengalihkan atensiku dari jalan raya.

" hah? maksudnya? " tanya nya, yang terlihat jelas bingung.

" tadi bilangnya 'pa' bukan 'pak'. kok sekarang 'pak' lagi. udah panggil 'papa' juga gak apa-apa kok " sahutku. yang membuatnya refleks menoleh kearahku, dan bisa kulihat matanya sudah melotot sempurna.

" eh. i-itu. saya i-itu tadi kan, karena anak-anak. iya karena anak-anak aja, saya males bikin alesan yang susah mereka ngerti " kilahnya yang tergagap itu.

Tanpa sadar aku pun refleks tertawa melihat reaksinya barusan. sebenarnya aku orang yang terbilang cuek, dan tidak terlalu suka bercanda. tapi entah kenapa saat dengan Tania, aku merasa nyaman saja.

" bapak kenapa ketawa? " tanya nya kesal.

" gak apa-apa. oh jadi gitu ya, karena anak-anak. oke deh 'mama' " sahutku.

Dan bisa ku pastikan sekarang pipinya kembali bersemu merah. berhasil.

" 100 meter lagi ada rest area. gimana kalo mampir dulu, kita makan siang " tanyaku, tapi tak di respon sama sekali oleh Tania.

" Tan " panggilku, tapi masih tak di respon. apa dia marah?

" Tania " panggilku sekali lagi tapi dia masih bungkam.

" mama " kali ini aku memanggilnya sambil, menepuk pundaknya. ternyata dia sedang melamun, pantas saja di panggil diam terus.

Begitu merasa tepukanku Tania langsung terlonjak " eh, kenapa pak? " tanyanya.

" cie. ternyata pengennya di panggil 'mama' nih " goda ku lagi.

" hah? apa sih pak? " tanya.

" kamu, saya panggil nama diem terus. eh, taunya pas saya panggil 'mama' langsung nyaut " sahutku sambil tertawa.

" itu karna bapak, nepuk pundak saya. jadinya saya relfek jawab pak. saya malah gak denger bapak manggil, sumpah deh " jelasnya, yang membuat Tania terlihat semakin lucu, karena ia memberikan 2 jari berbentuk 'V'.

" iya deh. jadi gimana? " tanyaku.

" apanya yang gimana pak? " tanya Tania lagi. Rasanya sedari tadi obrolan kami hanya dipenuhi oleh tanya jawab saja.

" tuh, depan rest area. mampir dulu ya " jelasku.

" oh oke pak " sahutnya. kemudian hening lagi. Tania memang tak berniat untuk membuka percakapan sama sekali.

" Tan " panggilku. lagi.

" iya pak " kali ini Tania langsung menjawab.

" kalo di depan anak-anak panggil 'papa' 'mama' aja ya. biar gak ada pertanyaan-pertanyaan lagi, gimana menurut kamu? " tanyaku. aku bisa melihat Tania yang sedikit kaget dengan pertanyaan ku barusan. mungkin sama sekali tidak di duganya.

Single Mom And Single Dad || CompliteWhere stories live. Discover now