👧 13 👧

15.6K 931 3
                                    

Siang ini, aku sudah asik didapur membuat beberapa jenis kue untuk cemilan Ale dan Ele. Kedua anakku yang sejak kemarin aku ketahui kalau mereka ternyata kembar, mungkin sebentar lagi harus aku jemput dari sekolah mereka, mengingat sekarang sudah jam 11 siang. 

Hari ini aku memang tidak bekerja sesuai dengan permintaan mama Tian, karena aku tidak di pingit setidaknya hari ini aku harus istirahat dirumah mempersiapkan diri untuk acara pernikahan ku dengan Tian yang akan berlangsung besok, itu lah yang di katakan mama Tian saat melarangku pagi ini.

Belum lagi ucapan Tian yang mengatakan kalau kemarin adalah hari terakhirku bekerja, aku memang menyetujui permintaan Tian untuk resign tapi aku tidak tahu kalau ternyata secepat ini. Meski begitu, tetap saja aku tidak bisa membantah apalagi kepulusan Tian ini sangat di dukung oleh mama dan papanya serta disambut girang oleh Ale dan Ele, kalau sudah begini aku bisa apa selain diam saja.

Sementara Tian sendiri hari ini masih tetap bekerja karena harus menghadiri rapat dengan kliennya.

Selesai memasukan kue kedalam toples aku melepas apron dan membawa toples-toples itu untuk di letakan di meja ruang Tv. Kemudiam aku mengganti pakaian ku untuk menjemput Ale Ele.

Akupun berjalan kaki kearah sekolah mereka yang tidak jauh ini, saat sampai di depan sekolah aku bisa melihat beberapa orang tua murid lainnya yang sudah menunggu di dekat gerbang. Setelah benerapa menit menunggu aku bisa melihat Ale dan Ele yang berjalan keluar gerbang dengan beberapa anak lainnya.

" akhilnya bisa di jemput sama mama " ucap Ale sambil tertawa dan memeluk kaki ku, begitu juga dengan Ele.

Aku pun berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku dengan mereka " hari ini anak mama belajar apa aja? " tanyaku.

" tadi aku sama Ale tanam bunga di kebun, terus buat gambar rumah, terus nyanyi burung kakak tua " sahut Ele dengan antusiasnya menceritakan kegiatannya hari ini.

" wah, pinternya anak mama " sahutku.

" tapi kalian gak nakal kan? " lanjutku.

Aku mengernyit bingung saat melihat Ale dan Ele saling bertatapan tanpa menjawab pertanyaanku.

" kalian kenapa? inget anak baik gak boleh bohong " ucapku dengan rasa curiga melihat tingkah mereka ini, seperti menyembunyikan sesuatu.

" Oh. Jadi kalian yang udah bikin anak saya lebam-lebam!! " bentak seorang ibu yang sudah berdiri di sampingku sambil berkacak pinggang dengan sorot mata sinisnya.

Akupun berdiri " maaf bu, ada apa ya? " tanyaku bingung, disaat ia tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas.

" bu bisa ngurus anaknya yang bener gak sih?! masih kecil kok udah jadi tukang bully " sahutnya dengan nada ketus.

" maksudnya apa ya bu? " sahutku, sambil berusaha menahan diri agar tidak ikut emosi seperti ibu itu.

" kedua anak anda membully anak saya sampai lebam di kaki dan tangannya " balas ibu itu sambil menujuk kearah anak lelaki bertubuh gembul dan lebih tinggi dari Ale dan Ele. Melihatnya saja aku merasa tidak mungkin Ale dam Ele sampai membully anak itu.

" kalian betul ngelukain temen kalian? " tanyaku pada keduanya.

Ale dan Ele malah menatap sendu kearahku, lalu tidak lama keduanya malah menangis.

" huuaa...huaaa... "

" loh kok nangis, mama kan cuma tanya. apa bener Ale sama Ele buat temen kalian sampai luka begini? " lanjutku.

" maaf ma hikkkss. tapi Ale gak sengaja jatohin buku Vian ma hikkss benelan " sahut Ale sambil sesegukan.

" Ale juga udah minta maaf sama Vian hikkss, tapi Viannya gak mau maafin hiikss. telus Vian lempal mainannya ke muka Ele " lanjut Ale, kini aku menatap kerah Ele untuk memastikan kebenarannya.

Single Mom And Single Dad || CompliteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang