Mesu Reh Kasudarman

14.6K 1.1K 69
                                    

'Kamu mencuri mimpi-mimpiku dan aku suka' - Asma Nadia
.


Disela-sela kesibukanya, Hira masih sempat membaca beberapa novel yang banyak di dominasi oleh karya Habiburrahman El-Shirazy dan Asma Nadia. Entah mengapa ia suka membaca novel bergenre religi islami seperti ini. Menurutnya kedua penulis ini punya magic tersendiri yang mampu menyihir pembaca hingga jatuh cinta sedalam-dalamnya.

Selain membaca novel, Hira juga masih aktif membaca jurnal internasional yang menunjang perkuliahan dan pengetahuannya. Ia punya kebiasan setiap harinya untuk minimal membaca satu jurnal berbahasa asing untuk memperkaya khasanah pengetahuannya. Memang awalnya terlihat berat, namun lama-kelamaan menjadi candu yang tak terelakkan. Hira menjadi terbiasa dengan hal tersebut.

'Nanti tunggu di depan fakultasmu ya? aku jemput, sekalian mau ajak kamu makan.'

Sebuah pesan singkat dari Barata, membuat Hira mengurungkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan fakultas. Ia berencana mengerjakan tugas sekaligus pekerjaan di sana, tetapi karena Barata tiba-tiba saja mengajaknya makan akhirnya ia mengiyakan. Lagipula ia lapar setelah presentasi di depan Profesor Dewi. Hira banyak ditemui cecar berbagai pertanyaan yang menguras tenaga dan pikirannya.

Tak lama kemudian mobil berwarna hitam melintas di depannya. Hira yang sudah hafal betul dengan Barata lantas tersenyum.

"Besok datang ya ke wisudaku." Ucap Barata sesaat setelah Hira masuk ke dalam mobil.

"Loh langsung ikut gelombang ini? Nukannya kamu baru sidang seminggu yang lalu ya?"

Barata menatap Hira, namun kemudian fokus mengendarai mobilnya, "nggak Ra, aku langsung diajuin buat langsung ikut yang periode ini. Alhamdulillah sih, Profesor yang nangani Tesisku baik banget dan cepet."

Hira lantas mengangguk, "alhamdulillah kalau begitu."

"Kemana kita Bar?" tanya Hira lagi.

"Makan yuk, kemarin ada temen yang rekomendasiin rawon enak di Jogja, jadi pengen ngajak kamu makan sekalian." Kemudian Barata melajukan mobilnya di tempat yang ia maksud. Ternyata tempatnya tak begitu jauh dan masih di dalam kota.

Kemudian mereka turun dan menuju dalam restoran yang mirip dengan restoran keluarga yang memiliki suasana hangat dan nyaman.

"Kamu masih berapa semester lagi Ra?" tanya Barata.

"Masih 3 semester lagi. Ya semoga aja nanti dapat penelitian yang nggak riweuh." Jawabnya. Memang Hira di tuntut bisa lebih dalam mengembangkan pendidikannya. Tak hanya dapat beasiswa tetapi Hira harus mampu memberikan feedback berupa karya yang mampu memberikan pengetahuan baru bagi orang lain. Intinya Hira dituntut dapat menerbitkan sebuah karya ilmiahnya sendiri, tidak boleh sadur sana sini.

Sembari menunggu pesanan mereka, Barata kembali berbicara. "Ra, aku mau tanya tapi kamu jujur ya?"

Hira lalu mengernyitkan dahinya, jika seperti ini Barata memang berkata serius, "tanya apa Bar?"

"Tapi jawab jujur dan jelas loh ya."

"Iya, kapan aku bohong sama kamu." Sahut Hira tak sabaran. Jiwa keponya lantas muncul dengan cepat.

Namun justru Barata terdiam seperti berpikir sejenak, "Ra, kamu lagi nggak ada yang lagi deket kan? maksudku kamu lagi nggak punya pacar atau sejenisnya kan?"

Hira kembali mengernyitkan dahinya dalam, "tumben kamu tanya begini Bar. Ada apa?"

Lantas Barata berdehem sejenak, "bismillah, mau nggak kamu jadi istri aku? ya mungkin aku nggak romantis kayak cowok lain, tapi aku pengen hubungan yang lebih serius, mungkin dulu kita pernah pacaran, tapi kali ini aku pengen serius sama kamu."

Hira Where stories live. Discover now