TUJUH

432K 32.4K 4.1K
                                    

~• Rahasia Kita •~

Happy Reading 🖤
.
.
.
.
.

Waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam. Dika yang belum mendapatkan rasa kantuknya memutuskan pergi ke lantai bawah untuk sekedar menonton televisi. Sementara Alysha tengah sibuk menyiapkan materi untuk bahan presentasinya besok.

"Belum tidur?" Dika yang sedang sibuk membalas pesan dari teman-temannya spontan mendongak untuk melihat orang yang baru saja menginterupsi kegiatannya.

"Belum ngantuk, dokter sendiri belum istirahat? Waktu jaga mamih kan sampe jam delapan," tanya Dika.

Dokter Citra menggeleng sesaat lalu mendudukkan dirinya di sofa yang berbeda, "Saya juga belum ngantuk, jadi sekalian aja saya jaga bu Lena sampai pak Arya pulang."

Entah mengapa akhir-akhir ini Arya memang selalu sibuk, hingga membuat lelaki itu sering pulang malam.

"Besok saya akan membawa bu Lena ke rumah sakit, ada beberapa pemeriksaan yang membutuhkan alat-alat disana," ujar dokter Citra.

Dika mengkerut dahinya bingung. "Pemeriksaan apa? Bukannya beberapa hari yang lalu mamih baru konsultasi sama dokter Hendri?"

"Kita harus ambil foto rontgen untuk memastikan keadaan paru-parunya," ujar dokter itu.

"Apa kondisinya makin parah?"

Dokter Citra menatap iba lelaki dihadapannya. Kemudian ia membuka tablet yang selalu dibawanya dan menunjukkan sebuah catatan yang sempat ia buat.

"Ini grafik kesehatan bu Lena, beberapa minggu terakhir kondisinya makin menurun. Jadi kita harus melakukan foto rontgen untuk melihat seberapa cepat perkembangan kanker di paru-parunya," jelas sang dokter.

Dika menghela napas berat, raut wajahnya pun berubah. Dokter Citra sangat paham apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki itu.

"Keputusan keluarga memilih perawatan paliatif untuk bu Lena itu adalah keputusan paling tepat. Sekarang semua tergantung pada seberapa besar keinginan bu Lena untuk bertahan, kamu nggak usah khawatir mamih kamu itu orang yang luar biasa kuat," ujarnya sembari menepuk pelan pundak Dika.

(Fyi, perawatan paliatif: perawatan yang menekankan pada peningkatan kualitas hidup pasien. Biasanya untuk pasien penyakit kronis stadium akhir yang lebih memilih menjalani perawatan di rumah daripada di rumah sakit.)

Sementara itu didalam kamar terlihat Alysha yang sedang mengacak rambutnya frustasi. Tugas yang setiap harinya selalu menumpuk membuat kepalanya terasa panas dan akan meledak. Sangat berbanding terbalik dengan Dika, lelaki itu selalu terlihat santai tanpa beban. Sampai-sampai ia sendiri heran dibuatnya.

Akhirnya Alysha memutuskan untuk menyerah dan beranjak dari tempatnya dengan membawa laptop ditangannya. Gadis itu berniat meminta bantuan pada otak cerdas milik Dika.

"Dika, bantuin gu-e," nada suara Alysha tiba-tiba melirih hampir tak terdengar ketika netranya menangkap pemandangan didepannya.

"Eh, sorry gue ganggu ya," cicit Alysha lalu gadis itu segera berbalik dan bergegas kembali kedalam kamar.

Dika hanya menatap kepergian Alysha dengan ekspresi heran, lalu mengalihkan pandangannya pada tangan dokter Citra yang berada di pundaknya.

Melihat arah pandang Dika membuat dokter itu tersadar lalu menarik tangannya perlahan dengan perasaan canggung.

"Dokter masih mau nonton?"

Dokter Citra menggeleng pelan, "Saya mau kembali ke kamar bu Lena," pamitnya lalu beranjak meninggalkan Dika.

You'll also like

          

Setelah mematikan televisi, lelaki itu segera bergegas menuju kamarnya untuk menyusul Alysha.

Ketika membuka pintu, ia melihat Alysha yang tengah duduk sambil menatap layar laptopnya. Gadis itu sempat melirik kearahnya sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangannya.

"Ada apa?" tanya Dika sambil berjalan menghampiri Alysha yang berada diatas tempat tidur.

Namun, gadis itu hanya menggeleng singkat tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Mau minta bantuan apa?" tanyanya kembali, dan lagi-lagi tak ada jawaban. Dika menghela napas jengah, tak ingin ambil pusing akhirnya ia memutuskan untuk membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur.

"Dasar nggak peka," gerutu Alysha pelan, namun masih bisa tertangkap oleh indra pendengaran lelaki itu.

Dika berpura-pura tak mendengar dan tetap melanjutkan kegiatannya menarik selimut lalu mulai memejamkan mata.

Tentu saja hal tersebut membuat Alysha bertambah kesal.

.
.
.

Alysha menggerakkan kakinya menuju halaman belakang rumah sakit. Disana terlihat banyak pengunjung maupun pasien yang sedang menikmati angin sore. Sepulang sekolah tadi, Dika langsung mengajaknya ke rumah sakit untuk menemani Lena yang sedang menjalani beberapa pemeriksaan.

Namun, karena Alysha yang masih merasa kesal atas kejadian semalam membuat dirinya malas berdekatan dengan lelaki itu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan di area taman daripada hanya duduk diam bersama Dika.

Gadis itu mendudukan dirinya disebuah kursi panjang yang tengah diduduki seorang anak laki-laki. Diliriknya anak laki-laki yang sedang sibuk dengan PSP ditangannya itu, ia mengenakan baju pasien dengan selang infus yang masih bertengger di lengannya.

"Kamu disini sama siapa?" tanya Alysha, pasalnya ia tidak melihat orang lain selain dirinya disekitar anak ini. Gadis itu mendengus saat pertanyaannya diabaikan.

"Kamu pasien disini?"

Hening.

"Kamu ngapain disini sendirian?" lagi-lagi tak ada jawaban.

"Hey, aku manusia loh, bukan makhluk ghaib yang nggak keliatan," sindir Alysha dengan nada yang meninggi sambil melambaikan kedua tangannya.

"Berisik," ucap anak kecil itu dengan nada ketus, membuat Alysha memberenggut sebal. Masih kecil saja sudah menyebalkan, bagaimana jika dia besar nanti?

Akhirnya Alysha memutuskan untuk berhenti bertanya dan lebih memilih untuk membuka sosial media miliknya daripada kembali berurusan dengan anak laki laki itu.

Dalam sekejap Alysha langsung tenggelam dalam dunianya sendiri, terlalu asyik sampai tidak peduli dengan lingkungan disekitarnya.

Sudah puluhan foto dan video yang ia lihat, mulai dari tutorial makeup, foto-foto makanan, hingga video-video lucu yang membuatnya sesekali tertawa. Seperti video yang sekarang sedang terputar di layar ponselnya dan berhasil mengocok perut gadis itu dan---

"Bwahahahaha,"

Tunggu!

Bukan dirinya yang tertawa, lalu siapa?

Alysha terdiam sejenak lalu ia menolehkan kepalanya kesamping, dan langsung disuguhi raut ketakutan seorang anak kecil yang tertangkap basah tengah mengintip layar ponselnya.

Dia adalah anak laki-laki yang sedari tadi duduk disampingnya, entah sejak kapan anak itu bergeser hingga posisinya sangat dekat dengan Alysha.

"Maaf," cicit anak kecil itu.

Rahasia Kita [SELESAI]Where stories live. Discover now