... dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap - Al-Insyrirah 8-
****
Sekar memutuskan untuk tidak pulang. Ia tidak tahu alasan apa yang akan ia sampaikan pada ibunya jika dirinya tiba-tiba kembali ke rumah. Gadis itu membelokkan langkahnya ke mesjid. Masih dua jam lagi sebelum azan dzuhur. Masih ada waktu untuk melakukan salat dhuha.
Dalam hening ia menengadah meminta kesabaran serta petunjuk. Mata beningnya mengembun.
"Ya Allah, Engkau maha pengatur segalanya. Bahkan kejadian hari ini pun tak luput dari kehendak-Mu. Aku berserah ya Allah ...," gumamnya lirih.
Sekar mengambil Al-Qur'an di sudut ruangan. Tak ada yang menenangkan selain membaca untaian kitab suci itu. Satu yang sangat lekat dalam ingatan, bahwa Allah telah menjamin bahwa hanya dengan mengingat Dia maka hati akan tenang. Khusyu' ia membaca lembar demi lembar mushaf itu, hingga azan dzuhur berkumandang.
***
Wisnu baru saja tiba di rumah. Sepanjang perjalanan ia masih mengingat jelas peristiwa memalukan pagi tadi. Berkali-kali ia mengumpat kesal. Bagaimana mungkin ia yang notabene putra dari pemilik bisnis francise terbesar di negeri ini mendapatkan perlakuan yang membuat martabatnya hancur seketika.
"Mbok Mun, ambilkan air dingin! Bawa ke kamar saya!" perintahnya masuk ke kamar. Perempuan paruh baya itu bergegas melayani permintaan Wisnu. Pria itu adalah anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya perempuan, tengah kuliah di Australia. Sedang sang ibu telah lama meninggal, praktis ia hanya tinggal berdua dengan sang ayah.
Pria itu menyandarkan tubuhnya ke sofa. Kamar besar berwarna biru itu tampak nyaman, tapi tidak demikian dengan pemiliknya. Wajah pria berhidung mancung itu masih terlihat geram. Tak lama air putih dingin pesanannya datang setelah Mbok Muna mengetuk pintu.
Wisnu mengambil benda pipih berlogo apel tergigit dari kantong bajunya, kemudian ia menghubungi seseorang.
"Joni, aku minta identitas lengkap gadis yang aku pecat pagi tadi!"
"___"
"Sekarang! Aku tunggu!"
Tanpa menunggu jawaban dari seberang, ia mengakhiri percakapan itu.
"Jangan pernah mengira kamu bebas dariku setelah membuat malu!" geramnya.
Pria itu meneguk habis segelas air putih dingin yang ia minta.
Tak menunggu lama, sebuah pesan masuk di gadgetnya. Cepat Wisnu membuka pesan dari aplikasi berwarna hijau itu. Dengan senyum miring ia berkata, "Sekar Kinasih! Kamu akan tahu siapa aku!"***
Sore menjelang, lesu Sekar melangkah pulang. Tampak abah duduk sendiri di teras seperti biasa sambil menikmati secangkir teh jahe buatan ibu.
Setelah mengucap salam dan menyalami orang tua laki-lakinya itu ia mohon diri untuk masuk.
"Sekar, kamu sakit?" tanya ibunya tampak khawatir. Gadis berjilbab itu menggeleng pelan.
"Sekar baik-baik aja, Bu. Eum ... Sekar mandi dulu ya."
Ucapan Sekar dibalas anggukan.

YOU ARE READING
Karena Cinta itu ... Kamu!( Part udah nggak lengkap. Cuss Ke KBM App Ya)
SpiritualTak perlu mendefinisikan cinta, cukup rasakan. Tak perlu menggenggam erat cinta, biarkan dia mencari jiwanya. "Jika memang lelaki yang baik untuk wanita yang baik, mengapa harus ada air mata? Mengapa Tuhan meminta kita untuk bersabar?" _Kinasih_ #1...