two

386 90 52
                                    

dera

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

dera

sejak kenal kak dika, banyak banget hal yang bikin kebiasaan gue berubah.

percaya atau ngga, gue itu keterlaluan urakannya. gue juga bukan orang yang penurut. gue tipikal orang yang suka memberontak dan gak suka diatur-atur. cuma kayaknya- beda cerita deh kalau sama kak dika.

entah kenapa, gue bisa senurut itu sama kak dika. padahal kak dika bukan siapa-siapa. pacar bukan, abang bukan, saudara bukan. dia cuma seseorang yang mama gue tugasin buat ngejagain gue selama mama papa gak ada di rumah. dan masalahnya- mama sama papa hampir gak pernah ada di rumah.

"sebenernya lo niat gak sih nemenin gue?"

kak dika ngomong gitu pas ngeliat gue lagi gegoleran di kasur sambil nonton film di laptop. gue noleh, ngeliat kak dika yang lagi ngacak-ngacak rambutnya sehabis mandi. bau sabun kak dika wangiii banget, sampe gue mau oleng rasanya. "niat kok."

"kalau niat harusnya lo mandi."

"nantiii. nanggung nih."

"nunggu apa sih?" kak dika mendecak. "mandi sana."

gue ngubah posisi gue jadi duduk. terus natap kak dika yang lagi ngelap telinganya pake handuk kecil yang disampirin di bahu sebelah kanannya sambil ngaca. "kak dika cerewet kayak emak-emak." komentar gue sambil mencebik.

"kalau gue gak cerewet, lo gak ada mau nurut." mata kak dika ngelirik gue dari pantulan kaca. "lagian siapa coba yang mau nyerewetin lo kalau bukan gue? mama lo? huh, mama lo aja gak pernah pulang gimana mau ngurus lo?"

gue mengerjap. walaupun itu fakta, tapi kalau boleh jujur gue rada sakit hati denger kak dika ngomong gitu. mata gue beralih natap laptop. sebenernya, gue gak suka arah pembicaraan kak dika yang bawa-bawa mama. karena, ya, buat apa? mama sama papa juga selalu lupa kalau gue bener-bener ada.

"kira-kira kenapa ya kak?" tanya gue sambil menunduk. kayaknya kak dika masih natap gue lewat pantulan kaca.

"kenapa apanya?" tanya kak dika.

"kenapa mama gak mau ngurus aku?" gue hela nafas pelan. "dari kecil aku selalu diasuh sama nenek atau asisten mama. aku ngerti kok, mama butuh orang buat bantu dia. tapi kenapa mama gak bisa ngerti kalau aku butuh mama?"

di sini, gantian kak dika yang diem. gue bisa liat kak dika ngeliatin gue intens dari kaca. kak dika ngerapihin rambutnya, lalu ngebalik badan.

"nanti juga mama lo ngerti." balas kak dika seadanya. "udah lah. gak usah pasang muka kayak abis diputusin cowok gitu dong. bukannya di sini masih ada gue?"

ada kak dika.

kak dika nyamperin gue dan ngacak rambut gue pelan. "selama masih ada gue, lo bakal baik-baik aja." ujar kak dika. terus rentangin tangannya. "jangan sedih. sini peluk dulu."

dan gak ada alasan bagi gue untuk nolak pelukan dari kak dika


⋆ ⋆ ⋆


gue baru aja mau buka baju pas kak dika tiba-tiba masuk ke kamar mandi tanpa peringatan, bikin gue reflek ngomong kasar dan hampir aja ngelempar botol sampo ke kepala kak dika.

"uh, wow." kak dika yang berdiri di pintu kamar mandi sedikit bersiul. kak dika natap gue dari atas sampe bawah, terus kak dika senyum kecil.

nggak. gue yakin kak dika belum liat badan gue kok.

"buka dong?"

"KAK?! IH!"

"bercanda." kak dika ketawa. dia natap gue sekilas, lalu beralih ambil sabun cuci muka dia. "tunggu bentar. gua sikat cuci muka dulu."

gue ngedengus. kenapa cuci mukanya gak dari tadi coba?

"yaudah." ujar gue males. "cepetan."

"sabar."

"dih, yang dari tadi suruh cepet-cepet siapa coba?"

"suruh siapa lo tadi males-malesan."

gue memberengut. "hih."

kak dika terkekeh pelan. "kalau lo mau cepet, mandi sekarang juga gak papa."

"maunya gitu. tapi masa kak dika di sini sih?"

"ya emang kenapa kalau gue di sini?"

"ntar liat!"

"emang kenapa gak boleh liat?"

gue gak lanjutin omongan gue, terus decak pelan. percuma debat, ujungnya juga gue bakal kalah ngomong sama kak dika. "yaudah iya."




pudar

kalau gue updatenya dijadwalin, mau gak?

pudarDonde viven las historias. Descúbrelo ahora