Tujuh

1K 121 11
                                    

Pagi ini Taehyung menghabiskan waktu bersamaku hanya berdua, ya berdua saja ajumma tidak datang hari ini, sepertinya dia izin pada Taehyung karena tidak enak badan.

Kami banyak melakukan kegiatan pagi ini, dari Taehyung yang membuatkanku sarapan sampai lari pagi keliling daerah rumah Taehyung.

Aku bersiap dengan kaos dan celana legging hitam lengkap dengan sepatu olahraga yang diberikan Taehyung kemarin. Saat menerimanya aku sedikit bingung karena aku bukan seorang yang rajin olahraga, jika disuruh memilih aku akan lebih memilih tidur atau rebahan sambil menonton drama-drama kesukaanku. Tapi Taehyung memakasa jadi yasudahlah aku pasrah pada apa yang akan terjadi nanti.

"Sudah siap?" Taehyung menghampiriku dengan langkah santainya. Aku mengangguk sedikit tersenyum padanya.

"Bagaimana apa sepatunya nyaman?"

"Ya, ini cocok denganku terimakasih."

Saat aku akan mengambil tongkat tersayangku Taehyung meraih tanganku cepat. Huft dia selalu membuatku bingung dengan segala tingkahnya.

"Tak ada tongkat hari ini. Gunakan tanganku sebagai pengganti tongkat. Jangan malu-malu untuk menggenggamnya."

Aigoo ini masih terlalu pagi untuk tersipu, tapi tak dapat disangkal wajahku sudah memanas. Taehyung mengeratkan genggamannya padaku dan akupun melakukan hal itu juga. Hatiku menghangat.

Taehyung benar-benar tidak melepaskan genggamannya padahal kita sudah berlari lumayan jauh, bahkan mengendurkannya saja rasanya enggan.

"Tae-ah haah sebentar, berhenti aku lelah." Aku menarik pergelangan tanganku paksa dan bertumpu pada dengkulku.
Hoaah rasanya sangat lelah. Aku mulai menarik napas dan membuangnya perlahan, keringatku sepertinya sudah cukup untuk menandakan bahwa aku tidak ingin lari lagi. Sebelum aku sempat menyeka keringat tangan Taehyung bergerak lebih dulu dari yang aku kira.

"Maaf, apa tadi lariku terlalu cepat?"
Aku hanya menggeleng badanku serasa kaku saat tangannya bergerak lihai menyeka keringatku.

"Aah.. kau mau minum? Aku akan membeli minum dulu." Sebelum dia meraih tanganku kembali aku menolak dengan alasan aku akan menunggu disini dan berjanji tak akan kemana-mana. Baguslah Taehyung setuju dengan alasanku, sebenaranya aku hanya ingin menghindar untuk menormalkan detak jantungku kembali.

Jika dia terus bersikap begini kurasa aku akan punya riwayat penyakit jantung diusia muda. Kenapa sikapnya jadi berubah manis? Ada apa dengannya?

Saat aku tengah berdiri menunggu Taehyung, seseorang sepertinya tidak sengaja menabrakku hingga aku berakhir jatuh terduduk.

"Oh! Maaf." Belum sempat aku menjawab dia lebih dulu berlari, entahlah ada apa dengan orang itu. Terdengar dari suaranya sih dia seorang perempuan.

Aku mulai meraba-raba sekitar sebelum benar-benar bangkit mencari tumpuan karena sepertinya kakiku terkilir. Tapi bukannya bantuan dari orang sekitar aku mendengar beberapa orang berkata dengan nada mencibir.

'Woaah wanita itu buta?'
'Yang benar? Dia buta?'
'Sayang sekali padahal wajahnya lumayan'
'Lihat proporsi tubuhnya sempurna, apa aku bawa saja wanita itu untukku pakai? Lumayan dia juga tidak bisa kaburkan karena buta?'

Aku mulai bergidik ngeri dengan suara-suara disekitarku. Tubuhku mulai sedikit gemetar mendengar perkataan lelaki terakhir. Tak tahan akupun menutup mata dan telingaku rapat-rapat. Kurasakan seseorang menyentuh bahuku. Karena terkejut aku mendorongnya dan teriak tertahan.

"Hei. Tenang ini aku. Kim Taehyung, ada apa? Kenapa? Kau jatuh? Ada yang sakit? Kenapa bisa? Bagaimana ceritanya?"
Taehyung mencengkram bahuku kuat, aku merasakan wajah khawatirnya tepat didepan wajahku.

"Tae-ah. Akuu.." Aku terdiam sesaat tak tahu harus berkata apa saat suara-suara itu terdengar kembali.

'itu pacarnya?'
'Apa yang membuat lelaki itu tertarik padanya?'
'Tidak dapat dipercaya'
'Bukankah dia bisa mendapatkan wanita yang lebih baik?'
'Pacarnya tampan tapi kenapa mau dengan yang buta?'

Sepertinya dia sadar apa yang baru saja menimpaku, karena dapat kurasakan tubuhnya berdiri dan menjauh dariku cepat.
"Yak! Ada masalah apa jika aku memilihnya? Apa kalian merasa diri kalian lebih sempurna dari padanya? Bahkan mulut kalian tak lebih baik dari sampah!"

Aku sangat terkejut dengan apa yang Taehyung lakukan. Aku buru-buru bangun dengan kaki terpincang meraba-raba dengan cepat guna mencari Taehyung. Tak sia-sia, aku mendapatkan bahunya yang menegang mungkin karena kemarahan yang tak tertahankan.

"Tae-ah sungguh aku tak apa, kakiku hanya terkilir karena tak sengaja terjatuh tadi."

Dia tak mengatakan apapun dan hanya menuntunku untuk naik ke punggungnya.

'Bukan hanya tampan dia sangat setia'
'Dimana aku akan mendapatkan lelaki sepertinya?'
'Aku iri dengan wanita itu'

Samar-samar aku mendengar suara-suara sekitarku lagi. Aku tak bisa menahan untuk tidak tersenyum dibalik punggung Taehyung, mengeratkan pelukanku pada lehernya.

"Tae, apa aku tidak berat?"

"Berat? Yak! Kau sangat ringan, Besok aku akan membelikan semua makanan yang kau mau! Kau harus banyak makan tau."

Aku mempout-kan bibirku. Jika aku banyak makan aku akan gendut. Jika aku gendut Taehyung tidak akan menyukaiku.

"Tidak mau." Jawabku cepat.

"Kenapa?" Tanyanya heran.

Tentu saja aku tidak memberitahu alasan sebenarnya, mau ditaruh mana wajahku nanti. Jadi aku hanya mengedikan bahu sebagai jawaban.

*****

Taehyung mendudukanku di sofa ruang tv saat sampai.

"Apa kita perlu ke rumah sakit untuk memeriksa kakimu? Apa rasanya sangat sakit? Sepertinya kita harus ke rumah sakit, tunggu disini aku akan mengambil kunci mobil."

Aku menarik pergelangan tangannya sigap sebelum dia bergerak menjauh.
"Tidak tidak ini tak terlalu sakit, ini akan sembuh dengan sendirinya." Aku berusaha meyakinkannya.

"Aah apa aku harus memanggil dokter kesini?" Taehyung masih tidak menyerah dengan opini dokter-rumahsakitnya.

"Taee percayalah padaku ini bukan pertamakalinya aku terkilir." Sedikit memohon dalam nada bicaraku.

"Jungkook-ah menurutlah padaku aku hanya tak ingin kau terluka, nde?"

Bagaimana aku bisa mengelak jika dia mengatakan sambil menyelusupkan jarinya pada pipiku dengan sangat lembut. Jantungku kembali berdetak lebih cepat. Aku tak berkata apapun dan berakhir aku yang mengangguk pasrah.

Tak lama kemudian dokter yang ditunggupun sampai. Kakiku diperban dan dokter juga mengatakan ini bukan sesuatu yang sangat serius dan akan segera sembuh satu sampai dua minggu. Taehyung tampak lega setelah mengantar dokter itu keluar untuk pulang.

Dia kembali pada tempat dudukku.
"Syukurlah. Maaf jika perlakuanku menurutmu berlebihan aku hanya takut kau kenapa-napa."

"Tak apa. Aku bisa mengerti itu." Tanpa sadar bibirku melengkung membuat senyuman.
"Ah ya Taehyung soal yang tadi, kau membela ku ituu.." Belum selesai aku bicara Taehyung memotong.

"Jangan pernah pikirkan apapun yang mereka katakan. Karena aku menyukaimu. Sepenuh hatiku."

Hening. Sepertinya kita sama-sama terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Mungkin wajahku semerah tomat atau kepiting rebus sekarang. Aku tak tau harus berkata apa. Jadi aku hanyaa..

"Tae, aku lapar." Hanya itu yang kelur dari mulutku, untuk bersembunyi dari ketegangan ini tentu saja.

"Kau mau makan apa?"

Satu lagi kenangan tercipta dengan Taehyung yang manis hari ini.

TBC

It's My Story | Vkook | Taekook | GSWo Geschichten leben. Entdecke jetzt