3rd, June

149 8 18
                                    

"Ikat dengan benar!" Aku terlonjak kala mendengar bentakan dari seseorang di belakangku. Oh sungguh kepalaku terasa mau pecah rasanya.

Entah sudah berapa kali aku berusaha untuk tetap fokus. Rasa kantuk yang mendera tak kunjung hilang bahkan rasanya tubuhku akan tersungkur kelantai.

"Yak.....arahkan jarum itu dengan benar! Kau ingin membunuh pasien?!"

"Mianhe." Hanya kata itu yang berulang kali aku ucapkan, ku kedipkan beberapa kali mataku guna membuang rasa mengganjal.

"Hentikan, menyingkir dari sana!" Pria dengan setelan jas putihnya mendorong kasar tubuhku, membuatku sempat terhuyun dan hampir menabrak pisau bedah yang berada tak jauh dari tempatku.

"Keluar dari sini, kau tak bisa mengikuti oprasi sampai aku mengijinkannya." Ok......lengkap sudah penderitaanku hari ini, aku diusir. Tatapan para perawat dan dokter yang tak lepas dariku sampai kulewati pintu ruangan.

Kulempar begitu saja jas ku keatas meja, menarik kursi dan mendudukkan tubuhku disana. Tulang punggunggu terasa begitu nyeri seharian ini aku terus saja berkutat dengan berbagai macam pasien di UGD.

"Hei....Jeon Jungkook!" Kuhela napas panjang ketika sekali lagi suara nyaring menyapa indra pendengaranku.

"Soda?" Pemuda itu berjalan mendekat sembari melempar sekaleng soda kearahku.

"Kau tidak pulang?" Suara desis soda mengiringi pertannyaanku.

"Kau sendiri? Mengapa belum pulang?"

"Aku masih ada pasien, senior memintaku untuk memantau kodisi pasien rawat inap. Ia baru saja selesai melakukan oprasi pengangkatan tumor di kepalanya." Jelasku seraya meneguk soda yang kini hanya bersisa setengah, pemuda dengan name tage Kim Yohan menatapku seraya menganggukkan kepala.

"Bagaimana jika aku mengantikanmu malam ini?" Tawaran yang mengiurkan untukku, menginggat aku tak bisa tidur nyenyak beberapa hari ini kerena terlampau banyak pasien.

"Hei, ada apa dengan dirimu?" Aku masih berusah memastikan jika pasti ada kemauan dari pemuda ini. Tak mungkin ia dengan sukarela mengantikan tugasku begitu saja.

"Ah....jadi begini, akhir pekan giliranku mendapat shif malam jadi bisakah kau menggantikanku?" Ternyata benar, kuhela napas panjang dan kusandarkan tubuhku pada kursi.

Memijit pelan pelipis sembari memikirkan penawaran itu.
"Ayolah, aku ada acara akhir minggu ini." Kuanggukkan kepala dan kembali meneguk sisa sodaku.

"Jinnja, gomawo Jungkook-ah. Ok, sebelum kau pulang bagaimana jika kita makan malam?"

"Baiklah kajja!" Segera aku bangkit dan mengganti pakaian, seelah merasa semua beres aku dan Yohan mulai beranjak meninggalkan rumah sakit.

Berjalan kaki adalah pilihan kami, sembari menyusuri trotoar sesekali Yoohan melemparkan candaan. Entah hanya perasaanku atau memang ada yang tidak beres, rasanya ada seseorang yang mengikuti langkah kami.

Aku pikir itu hanya ilusi namun setelah kami selesai makan malam, aku masih merasakan ada seseorang yang mengikutiku pulang.

Kini tak ada Yohan bersamaku, dengan keras ku berusaha untuk bersikap normal aku tak ingin jika orang itu menyadari jika aku tau keberadaanya.

Malam semakin larut tinggal 100 meter lagi aku mencapai rumah, rumahku tidaklah di apartement. Aku tinggal di sebuah perumahan yang tak terlalu padat penduduk. Saat ini tak lagi kudengar langkah orang itu, kuhela napas berusaha menetralkan napasku.

Setibanya dirumah kututup pintu rapat-rapat, dan segera beranjak menuju kamar mandi. Berusaha aku berpikit positif mungkin saja aku sangat kelelahan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang