5th, November

103 12 1
                                    

Masih kutatap dan perhatikan setiap gerak-gerik mereka, tetapi kurasa bahkan tak ada seorangpun yang sadar jika aku ada disini.

"Oh, kau disini rupanya?" Lihat bukankah apa yang kukatalan benar, salah satu temanku baru menyadari keberadaanku padahal aku sudah disini lebih dari 5 menit.

"Tidak, aku ada diruang oprasi." Kutarik jas putih yang menggantung di sandaran kursi dan beranjak menuju UGD.

Kuperhatikan UGD yang nampak ramai, sebenarnya aku tak bertugas di UGD tetapi karena jadwalku sedang kosong kuputuskan untuk berkeliling sejenak.

"Dokter!" Langkahku terhenti kala seorang anak menarik ujung jas putihku.

"Ada apa eum?" Ku bungkukkan tubuh untuk menyamai tinggi anak itu.

"Eomma ku kesakitan, tetapi tak ada yang membantunya." Keningku mengernyit sesaat, bagaimana kerja UGD ini pikirku.

"Dimana eommamu, paman akan memeriksanya." Gadis kecil itu mengarahkan tangannya menunjuk seorang wanita di salah satu brankar dengan masker oksigen terpasang di wajahnya.

Segera kulangkahkan kaki mendekati wanita itu, menepuk dan memanggilnya beberapa kali.

"Nyonya anda mendengarku? Nyonya!"

"Hei, dimana semua dokter magang?!" Pekikku geram, taklama dua dokter magang mendekat kearahku.

"Ne, uisa-nim?" Salah satu dokter magang itu menatapku dengan wajah paniknya.

"Bagaimana kalian meningalkan pasien dalam kondisi seperti ini? Apa saja riwayat pasien?" Kutatap mereka geram sembari melepas stetoskopku.

"Pasien memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronis dan saat ini pasien memiliki masalah gangguan respon ransang klinis."

"Ia bisa saja mengidap pneumonia sepsis, bagaimana dengan tanda vital?" Kuajukan lagi pertanyaan setelah mengungkapkan kehawatiranku.

"Tekanan darahnya 107, saat ini ia stabil." Kuanggukkan kepala singkat seraya mengalihkan pandangan menuju gadis kecil yang menarikku tadi.

"Siapa yang bertanggung jawab atas pasien ini?"

"Ka...kami." kedua dokter magang itu mengangkat tangan ragu, kutarik senyum tipis dan menatap tajam kearah mereka.

"Apa yang kalian lakukan hah? Meninggalkan pasien tanpa pengawasan?"

"Tetapi uisa-nim ada beberapa pasien darurat dan nyonya ini hanya sedikit demam dan tanda vitalnya juga stabil."

"Aku tak dapat menerima alasan kalian, dan kalian berdua cepat lakukanlah pemeriksaan gas darah pada pasien dan beritau hasilnya padaku."

"Tetapi uisa-nim, Dokter Seo yang......."

"Mencari alasan lain? Dia hanya dokter residen, cepat lalukan atau pergi saja dari sini!"

Tak kunjung melakukan tindakan kedua dokter magang itu hanya menatapku.

Hingga seorang perawat berlari kecil kearahku.

"Dokter Park!"

"Lakukan pemeriksaan gas darah pada pasien ini kurasa ia mengidap pneumonia sepsis dan berikan hasilnya padaku, ah..... satu lagi setelah ini selesai minta Dokter Seo dan dua anak magang ini keruanganku."

"Ne, uisa-nim!"

Setelah selesai memeriksa beberapa pasien VIP, kurapikan jas dan berjalan santai menuju ruang praktek.

"Hyung!" Kuhentikan langlah kala suara familiar memasuki pendengaranku.

"Oh..... Jihoon-ah." Kutarik senyum ketika melihat pemuda dengan almamaternya berjalan kearahku.

MineWhere stories live. Discover now