1. Ara

26 1 0
                                    

Waktu menunjukan tepat pukul 00.00 WIB. Senandung lagu-lagu di radio masih setia menemani jemari yang tak bisa berhenti menggelitik tiap huruf di keyboard. Mataku masih terpaku pada layar 14 inc. Sedang ingatanku masih saja kerja keras mengingat memory beberapa tahun silam. Melayang. Menjelajah tiap jengkal kenangan yang hendak aku tumpahkan pada tulisan ini. Kenangan yang kadang kabur seperti kabut saat aku mendaki Pangrango, atau sebagian terhapus seperti ombak yang menyapu ukiran namanya diatas pasir Santolo.

Rasanya kini aku tenggelam, hanyut pada masa-masa kuliah dulu. Seperti film lama yang diputar kembali. Seperti lagu-lagu lawas yang dilantunkan kembali. Senyum-senyum sendiri aku mengenangnya, juga rasa kecewa yang sesekali mencuat dalam waktu yang bersamaan. Aku juga menemukan sebuah diary yang sangat familiar, dalam kotak usang yang hampir saja tak pernah ingat bahwa aku pernah miliki media untuk menumpahkan segala suka lara pada masa itu.

Kau tau mengapa awalnya menulis kisah ini terasa begitu sulit? Karena sebelumnya aku benar-benar ingin membuang bagian cerita ini dari hidupku. Bahkan dulu aku sudi untuk membenturkan kepalaku hanya agar aku mengalami amnesia. Aku berani menggadaikan semua ingatanku agar aku bisa melupakan dia. Asal kau tau saja, dia yang mengenalkanku pada indahnya jatuh cinta dan dia juga yang membuatku berpikir persetan tentang cinta. Dia yang sempat membuatku depresi. Masa-masa tersulit yang pernah aku alami. Iya.. dia.. dia yang sangat manis. Dia manisku yang berusaha aku lupakan tapi malah terabadikan.

Tapi tenang saja, kini aku cukup bijak untuk menulis kisah ini kehadapan para pembaca. Mengulang kembali kisah-kisah kami dalam bentuk tulisan yang terkadang aku sangat merindukannya. Ahh.. jujur saja aku paling merindukan sikapnya yang membuatku merasa jadi poros semesta, dia memenangkanku, memilikiku lebih dari aku memiliki diriku sendiri. Tapi aku juga tidak akan pernah bisa lupa tentang bagaimana dia membuatku serasa binasa...

Well..

Aku Aurora Katumbiri. Nama panggilan Ara. Mahluk Nocturnal. Tomboy. Sanguine. Ambivert. Bibliophile. Mountain Lover. Dan menyatakan perang pada kecoak terbang. Dengan ditulisnya kisah ini, mendeklarasikan bahwa 'Aing Udah Move On'.

Kay, maneh udah siap? Mari kita mulai...

PUA (Puisi Untuk Ara)Where stories live. Discover now