2. Kay

29 2 0
                                    

Hai, gua Khaidar, orang-orang biasa manggil gua Kay, kata nyokap sih lebih karena dulu gua gak bisa bilang Khaidar, dan gua lebih sering manggil diri sendiri dengan sebutan Kay, beberapa hari yang lalu gua dan Ara sepakat untuk recall kembali masa-masa awal perkenalan kami dulu, bukan karena gua hobi nulis, tapi gua rasa ini perlu biar gua dan Ara bisa tukar posisi dan belajar melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Oh ya, semua yang bakal gua tulis disini adalah kejadian beberapa tahun lalu, dimana tersimpan banyak kenangan yang bahkan sedikitpun gak pernah gua bayangin sebelumnya. Nemu cewek seru, gila, adventurous, dan bisa merubah gua jadi Kay yang sebenar-benarnya. Bahkan sampai detik gua bikin tulisan ini, baru dialah yang berhasil nelanjangin gua, buang jauh-jauh topeng sosial gua, layaknya sebuah bawang, Ara berhasil ngupas gua sampai ke intinya. Saat itu waktu nunjukin jam 20.17 dan dari sinilah semuanya dimulai.

***

Lo pasti udah bisa bayangin sendiri gimana ramenya kalo hari sabtu di Mall Cihampelas, salah satu pusat perbelanjaan di Bandung yang cukup populer buat nongkrong. Apalagi ini bulan Desember, ramenya dua kali lipat dari biasanya. Didukung tawaran diskon akhir tahun makin ngebuat kaum hawa menggila berburu belanja. Lusinan couple orang kasmaran dan gerombolan remaja tanggung juga lalu lalang dengan berbagai tujuan. Ada yang nonton, makan, karokean bahkan sekedar nongkrong.

Tapi ini adalah hari yang sangat biasa menurut gua. Jalan bareng temen-temen dan melakukan hal gila yang biasa kami lakukan di mall, apalagi kalau bukan approach. Seperti biasa, gua dipasangkan dengan Anggri untuk approach hari itu, mungkin karena chemistry gua dan Anggri udah kaya biji, yang selalu berdua kemana-mana. Hingga saat kami melewati center area kami membuntuti sekelompok wanita dengan seorang pria yang gua rasa mereka masih usia kuliah, dan karena sebentar lagi gua harus kumpul dengan teman-teman yang lain, akhirnya gua memutuskan untuk approach terakhir malam ini.

"Hey Gri, the three second rules right?" kali ini lu jadi wigman gua okay?"

"Okey," Anggri menyetujui.

Entah target yang keberapa, tapi kali ini ada empat orang cewek dan seorang cowok sedang asik ngobrol, bersenda gurau. Entah apa yang mereka bahas rasanya tawa mereka sangat renyah seolah tanpa beban. Kami bergegas menyusul mereka, gua susul dari sebelah kanan. Sedangkan Anggri menyusul dari sebelah kiri.

"Hey bentar!" seru gua. Kami berbalik dan menghentikan langkah. Mereka langsung berhenti mendandak.

"Gua liatin kalian kayaknya asik banget. Apa lagi lu," gua tunjuk cewek yang pake kemeja stelan flanel kotak-kotak merah dipadu celana jeans biru pudar, rambutnya pendek sebahu dan berponi. Ia hanya melongo heran. "By the way, boleh minta waktunya bentar?"

"Maaf ada apa ya mas?" sela cowok yang mengiringi mereka dengan nada penasaran.

"Gua cuma pengen terlibat dalam keseruan kalian dan gua tertarik sama dia," lagi-lagi gua tunjuk si cewek kemeja kotak-kotak. "kalian pacarankah?"

"Enggak, kita temenan. Emang kenapa?" tanyanya dengan tatapan mengawasi.

"Oke, gini. Gua minta waktu bentar sama dia, kalian boleh awasin kita kalo gak percaya," gua meyakinkan. "Lu, sini deh!" Gua ajak si cewek agak keluar dari kerumunan. Sementara Anggri mulai masuk obrolan dengan teman-temannya yang lain. Gua ajak dia lebih menjauh.

"Hey! Dari tadi lu diem aja. Kaget ya?"

"Hah? I.. iya.. sebenernya ini ada apa sih?" akhirnya si cewek buka suara dengan tatapan menyelidiki, kali-kali orang yang dihadapannya tukang hipnotis yang akan menjarah barang-barang dan uang di ATM nya yang gua yakin sih paling tinggal dua ratus ribu.

"Gua tertarik sama lu. Keliatannya lu seru, gila, cuek, dan gua bakal nyesel kalo gak sempet kenalan sama cewek semenarik lu."

"Hemm.. Maksudnya apa?" mimik mukanya tak bisa menyembunyikan rasa heran dan menyelidik tingkat dewa.

"Gua Kay," gua menyodorkan tangan.

"Ara," dengan tatapan yang masih mengawasi lengan kanannya menjabat, kemeja flanelnya digulung dengan beberapa gelang prusik yang melingkar.

"Sebenernya gua pengen lama-lama ngobrol sama lu, tapi gua harus nepatin janji dan cuma pinjem lu bentar dari mereka."

"Terusss?" tanyanya agak sinis.

"Lu gak lesbian kan?"

"Hahaha... Ya enggak lah. Gila. Kamu we meureun yang homo."

"Di kampus gua banyak ceweknya gak mungkin gua homo."

"Hemm"

"Eh lu kuliah atau kerja? Tapi keliatannya lu lebih tua dari Gua. 28 tahun? Am i right?"

"Gila lo.. Aku masih 19 tahun. Gak sadar ya? Kamu yang udah keliatan tua!"

"Hahahaha... eh by the way gua harus nepatin janji gua dan harus balikin lu ke mereka," sembari gua sodorin HP.

"Maksudnya apa nih?"

"Masukin nomor lu!"

"Buat apa?"

"Gua bakal nelpon lu. Kalo lu asik gua ajak jalan, kalo gak asik, bye!"

Dengan alis terangkat sebelah ekspresi seperti nerima tantangan adu panco, Ara ngetik nomor HP lalu dikembalikannya.

"Thank's ya. Yuk kesana lagi, kasian temen lu nunggu kelamaan."

Kami beranjak kembali ke kerumunan. Mengembalikan Ara pada teman-temannya. Meyakinkan pada mereka bahwa Ara kembali dalam keadaan utuh. Gua dapat apa yang gua mau. Dan ini merupakan bagian awal dari cerita.

                                                                                               ***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PUA (Puisi Untuk Ara)Where stories live. Discover now