"Lo pernah mikirin ga kalau salah satu dantara kita dipanggil duluan?" Dan ya, Taera pernah bertanya hal serandom itu ke gue.
dulu.
"Ngapain?" Tanya gue sinis.
"Ya dipikirin aja gitu. Seandainya, elo pergi duluan—"
"Enak aja sumpahin gue mati lo ya?!"
Ia tertawa terbahak. "Bukan gitu, kan gue nyontohin. Oke deh. Seandainya gue pergi lebih dulu dari elo, gue setidaknya harus ngucapin kata-kata terakhir gue buat elo!"
"Kita bisa omongin yang lain ga? Sumpah pembahasan elo bener-bener serem amat jir!"
"Takut?"
"Ngapain!"
"Lo takut kan? Dasar penakut lo!"
"Song Taera! Bisa diam ga?!"
Kesel ga? Iya, Taera emang hobinya bikin gue kesel bukan kepalang.
Awalnya hubungan gue dengan Taera tidak bisa dibilang teman, karena kami lebih sering bersihtegang daripada ngobrol santai. Gue kenal dia karena dia sahabat Kala saat SMA, mereka sahabatan bertiga. Kala, Taera dan Krystal.
Saat itu gue naksir sama Krystal, dan gue sadar Taera adalah jalan keluar agar gue bisa dekat dengan krystal ataupun mengetahu segalanya tentang. Dia.
Dari sana lah gue setidaknya bisa dekat dengan Taera. Misi gue adalah mendekati Taera untuk mendapatkan Krystal.
Kurang ajar iya gue mengakui itu, sampai gue tahu kalau Taera ternyata menyukai gue selama ini. Selama ini yang gue pikirkan adalah gue dan Krystal. Tak pernah terbesit sedikitpun kalau Ada Taera diantara gue selama ini.
Karena perasaan gue itu pula untuk kesekian kalinya gue adu jontos dengan Jongin karena lebih dulu berkencan dengan krystal sementara gue yang sejak dulu menyukainya malah tidak bisa apa-apa. Terlebih menyakiti perasaan Taera saat itu.
"Ada yang mau gue omongin, Bisa ketemu sebentar ga?" Tanya Taera dari seberang telepon kala itu.
"Kalo sebentar mah, lewat telepon aja kali Tae!" Kata gue acuh.
"Ketemu aja! Yuk! Gue traktir"
"Oke! Dimana? Restoran pizza yang sering kita datengin aja gimana?"
"Oke!"
Tapi karena hal itu gue jadi dekat dengan Taera, kami yang awalnya bisanya bersitegang malah menjadi rekan lumayan saling melengkapi. Gue yang ga bisa bercanda sama sekali dilengkapi Taera yang selalu slengek-an.
Dan siapa sangka hubungan telepon tadi adalah hubungan telepon terakhir gue dengan Taera. Hubungan telepon terakhir yang pernah ia buat semasa hidupnya.
Gue tengah menunggu di restoran pizza tempat dimana gue dan Taera janjian. Satu jam lebih gue nunggu tapi Taera tidak juga menampakakkan wajahnya.
"Elo dimana ca?" Kala menghubungi gue dengan suara nafas tersengal-sengal dan juga suara tangisnya yang tak bisa ia tahan.
"Kenapa? Elo kenapa?" Tanya gue yang kemudian segera bangkit meninggalkan restoran pizza menuju mobil.
"Taera kecelakaan!" Dan seolah dunia gue berhenti berputar. Gue diam ditempat kata-kata selanjutnya yang kala ucapkan ditengah tangisnya pun sama sekali enggak bisa gue cerna.
Karena gue.
Semua karena gue.
Taera kecelakaan dengan maksud bertemu gue.
Terakhir Jongin mengambil alih telepon Kala dan mengatakan dimana rumah sakit tempat Taera dilarikan.
Gue dengan tubuh bergetar, perasaan bingung, takut bercampur aduk menjadi satu.
Segala kenangan gue semasa Sekolah kemarin bersama Taera, Krystal, Jongin dan Kala pun berputar-putar.
"Bego lo!"
"Cadeel sini dong!"
"Elo masuk BK pertama kalinya itu bukan salah gue tapi salah nenek lampir itu!"
Entah mengapa suara Taera terngiang-ngiang dikepala gue.
Gue masih ingat dengan benar bagaimana dia dengan mimik wajahnya mengatakan kalimat-kalimat tadi.
Sepanjang hidup gue masuk BK untuk pertama kalinya karena menjadi penyebab perkelahiannya dia dengan Jinri musuh bebuyutannya kala itu hanya karena jinri mengatakan kalau Taera seperti bibi-bibi yang mengikuti gue kemana-mana.
Gue masih ingat dengan benar bagaimana dia menarik rambut panjang jinri kala itu, sumpah serapah dari mulut pedas Taera mengalir begitu saja.
Sesampai dirumah sakit gue pun akhirnya tahu bagaimana kecelakaan Taera terjadi.
Semua itu karena gue, taera hendak bertemu gue menaiki Taxi naas yang membawanya kemari.
"Sehun!" Panggil Jongin, di lorong depan ruang operasi terdapat Jongin yang sedang memeluk Krystal, lalu Kala ditemani bang Chanyeol.
"Lo dari mana?" Tanya Bang Chanyeol.
Gue enggak jawab adanya gue malah berjalan mendekat ke arah pintu ruang operasi dengan perasaan bersalah.
Jika saja gue dengan tegas menolak ajakan Taera tadi.
Dua hari diruang ICU, Taera rupanya menyerah. Padahal setiap hari gue jenguk dia gue selalu bisikin.
"Lo harus bangun! Lo harus kasih tau gue apa yang elo mau omongin ke gue!"
Nyatanya dia menyerah.
Dan gue sadar kalau apa yang ingin dia sampaikan ke gue tidak ada apa-apanya dengan apa yang sedang dia lalui.
...
"Kenapa sih lo gamau ngajak bang chanyeol?" Tanya Jongin ke Kala.
"Ga ah! Ada dia gue dibully terus! Mending sama kalian kan!"
"Sama kita biar elo bebas ngebully!" Terang gue.
"Yups! Pinter! Hahaha"
Gue tersenyum kecil. Dan rupanya senyum keci gue merubah atmosfer di dalam mobil, kala diam, jonginpun begitu.
Suasana makan kami tadipun cukup canggung, enggak seperti biasanya.
"Tadi kenapa harus pulang duluan?" Tanya Jongin ke gue.
"Gue pusing" balas gue.
"Kan elo bisa manggil gue dan Kala, biar pulang bareng elo"
Gue menggeleng, "setidaknya elo dan Kala harus berada disana sampai acara pemakamannya selesai"
Gue dan jongin berhenti bicara saat mendapati Kala yang hanya terdiam menunduk. Kuah Ramyeon seafood nya sudah tercampur dengan airmatanya.
Ini bukan saat nya membicaran Taera dulu.
Selain hati gue yang nyelekit karena itu, juga karena ada Kala yang kehilangan salah satu sahabat dekatnya.
Jadi kenapa elo harus pergi Tae?
Sebelum mengucapkan salam perpisahan seperti yang elo janjikan.
...
sk.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Have a Reason | Another 'We' Serries - WGM Universe
FanfictionKita punya alasan setiap melakukan sesuatu, kita punya alasan untuk tidak melakukan apapun. Gue memilih untuk tidak melakukan nya lagi. Untuk tidak jatuh cinta. Sebagai alasan bahwa gue menghargai elo yang pernah Ada. - Oh Sehun