B

15 1 0
                                    

"Jantung ku waktu itu pertama kali berdegup kencang hanya karna melihat nya beberapa menit saja. Apa tidak terlalu berlebihan hal itu membuat ku memikirkan nya sepanjang hari? Apa biasanya orang-orang jatuh cinta seperti ini?"
-Allin.

---

Hari selanjutnya berlalu seperti biasanya, Allin dengan segala keisengan nya dan Nadia yang selalu menjadi korbannya. Namun, tidak dengan saat ini, gadis periang itu tidak dalam mood yang bagus untuk menjaili teman-temannya.

Allin tampak lesu dan tidak bersemangat, yang dia lakukan terus menerus melirik arlogi kecil dipergelangan tangan nya. Menunggu sesuatu yang tidak diketahui pastinya. Dia menunggu untuk bisa melihat sosok itu lagi, untuk memastikan bagaimana dan apa yang sebenarnya dia rasakan.

Bel tak kunjung berbunyi, gadis itu sudah terlalu muak dengan suara Buk Wina yang sedang menjelaskan perihal senyawa aneh dan unsur-unsur nya sedaritadi. Kimia sudah menjadi musuh Allin semenjak Buk Wina masuk ke kelas nya menggantikan Pak Ramlan.

Bukan karna dia tak paham akan pelajaran nya tapi gadis itu sudah terlanjur menyukai cara mengajar guru sebelumnya. Allin juga pernah terlibat konflik dengan Buk Wina, karna itu juga dia semakin membenci jam pelajaran kimia tersebut.

"Woy Nad, ini lagi mati lampu ya? Kok bel nya ga bunyi-bunyi sih?", ucap Allin dengan nada kesal.

"Shuut..! Gila lo ya, ngomong gitu padahal Buk Wina baru juga 15 menit yang lalu masuk", balas Nadia yang spontan menutup mulut temannya. Allin semakin kesal melihat respon teman sebangku nya itu.

"Siapa yang bisa mengerjakan soal didepan ibu akan menambahkan poin 0,5 pada nilai UTS kalian", ucap Buk Wina sambil melirik kearah Allin.

Mendengar ucapan Buk Wina itu, seisi kelas menjadi ribut, anak-anak lain berebut mengangkat tangan agar ditunjuk kedepan oleh gurunya. Namun, Allin tidak merasa tertarik sedikitpun, dia justru menutup bukunya dan mengubah posisi duduk nya menjadi tertunduk ke mejanya.

Gadis itu sudah terbawa ke alam mimpi, dia melupakan bahwa sekarang dia sedang didalam kelas. Meski suara ribut mengganggu nya, Allin kukuh dengan pendirian nya untuk tidak terlibat apapun dengan situasi ini.

Bagi Nadia hal itu bukan hal baru lagi untuk disaksikan, Allin sering juga tertidur dikelas saat jam pelajaran kimia ini. Sehingga gaids itu hanya mengabaikan ketika Allin bertingkah serupa.

"Allin kamu maju kedepan, selesaikan soal itu", ucap Buk Wina mengejutkan semua orang diruangan itu, keributan tadi seketika berubah menjadi hening.

"Lin...woy Allin....!", Nadia yang masih kaget berusaha membangunkan temannya. Allin masih saja terdiam dan diam tak berkutik sedikitpun. Saat dia terbangun semua perhatian sudah tertuju padanya.

Allin yang masih setengah sadar berjalan menuju papan tulis, mengambil spidol dan mulai menulis jawaban atas soal yang diberikan Buk Wina.

Gerak tangan Allin terhenti, "Buk..Saya ga tau gimana ngerjain nya..", suara keluh Allin memecah keheningan.

Sontak saja seisi kelas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah aneh Allin, mereka mengira gadis itu benar-benar akan mengerjakan perintah Buk Wina. Ternyata tidak, seperti ekspektasi yang lain, sangat tidak mungkin dia bisa mengerjakan nya.

"Allin...Allin...maka nya pas ibuk ngajar itu diperhatikan, fokus... bukannya tidur!" , ucap Buk Wina kesal.

"Trus gimana dong Buk?", Tanya Allin dengan polos tanpa rasa bersalah.

"Mau tidak mau, kamu harus belajar lebih keras lagi, sebelum ibuk tangguhkan nilai rapot kamu", balas Buk Wina.

Setelah drama Allin dan keanehan nya itu, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Sesuatu yang dinantikan itu juga ikut lenyap karna Allin harus menemui Buk Wina ke ruang guru.

"Duduk Lin", ucap Buk Wina. Allin masih saja memasang wajah muram, dia benar-benar menampakan ketidaksukaan nya pada semua orang disana.

"Ngapain nih Buk, kok Saya disuru kesini, emang Saya bikin salah apalagi?", tanya Allin dengan ketus. Memang benar ini bukan pertama kalinya Allin duduk dikursi kerja Buk Wina, sebelumnya dia juga terlibat dengan orang yang sama dan berakhir diruangan itu.

"Allin..dengarkan dulu, ibuk punya saran, bagaimana kalau kamu belajar dengan teman lain untuk pelajaran ini, karna ibuk tau, kamu mungkin tidak senang dengan ibuk, maka dari itu belajar mandiri akan membantu kamu", jawab Buk Wina dengan nada yang cukup lembut yang pernah Allin dengar sebelumnya.

"Emang Saya bisa belajar sama siapa buk? Nadia? Ga mungkin lah buk", lanjut Allin.

"Bukan..ibuk sudah punya orang yang akan membantu kamu dalam belajar kimia ini", ucap Buk Wina sambil melihat dan melambaikan tangan nya kearah pintu, seperti ada yang akan dipersilahkan masuk kesana.

Lalu, muncul lah seseorang, Allin tak terlalu tertarik untuk melihat nya. Tapi, saat sosok itu duduk disebalah nya, Allin tertegun.

Ternyata.. laki-laki tempo hari yang membuat nya kebingungan itu muncul dihadapan nya sekarang.

"Allin..kenalin ini Arkel, dia yang akan jadi tutor kimia kamu", ucap Buk Wina.

Allin terdiam seketika, mata nya tak lepas melihat sosok itu, jantungnya mulai berdetak cepat lagi. Hal itu terulang lagi, Allin tak bisa mengkondisikan diri nya didepan laki-laki tersebut.

Damn! He is became to be my tutor right now?

-
-
-

Hai teman-teman .. bagaimana dengan ceritanya? Udah mulai seru kan, nanti kan kelanjutan nya yaa

Jangan lupa vote ^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Latter's Who?Where stories live. Discover now