5. Amanah

1.4K 108 88
                                    

Hai haiiiiiii
Terimakasih atas segala dukungan dan apresiasi yang kalian berikan kepada author 🥰🥰🥰
Tanpa kalian, mungkin author tidak akan meneruskan cerita ini lagi😊

###

Arshad tersenyum menatap keakraban yang terjalin diantara Meira dan Fitri. Ia tidak menyangka kedua gadis itu begitu cepat akrab satu sama lain.

Padahal baru tadi pagi Meira mengatakan keraguannya bersikap pada Fitri.

Tapi sekarang.....

Tidak,

Arshad tidak cemburu.

Ia senang, tentu saja!

"Fit, coba ini, ini makanan favorit gue, Rehan, sama Kak Yuda. Pokoknya kalo kesini, kita pasti pesan makanan ini" ujar Meira sembari memberikan sebagian makanannya ke Fitri.

Fitri segera mencicipi makanan yang dimaksud Meira. Arshad yang duduk diantara keduanya, ikut menunggu pendapat Fitri.

"Gimana? Enak kan?".

"Hmmm... Enak" komentar Fitri.

Meira tersenyum. Ia lalu menoleh ke arah Arshad. "Mas Arshad juga mau coba?".

"Boleh".

"Ini".

Seperti yang dilakukan Fitri tadi, Arshad pun juga mencoba makanan rekomendasi Meira. Secara refleks kepala Arshad mengangguk-anggukkan kepala. "Enak....".

Meira lagi-lagi tersenyum. Senang karena Fitri dan Arshad suka dengan makanan yang ia rekomendasikan.

"Loe dulu sering makan disini, Ra? Emang dulu loe tinggal di Singapura?".

"Waktu kondisi mama parah, gue langsung nyusul ke Singapura. Sampai akhirnya mama meninggal, gue tetap stay beberapa bulan disini" jelas Meira dengan sedikit menundukkan kepala. Merasa sedih mengingat masa lalu. "Baru setelah itu gue pindah ke Paris".

"Oh, gitu...".

"Kayakya kita nggak jadi ke makam Tante Yumna sore deh" ujar Arshad tiba-tiba.

"Loh, kenapa mas?".

"Kelamaan. Setelah makan aja kita langsung kesana. Kamu pasti udah kangen banget sama mama kamu kan?".

Kedua mata Meira berbinar. Ia merasa terharu sekaligus tersentuh dengan kepekaan Arshad. Bahkan tanpa berkatapun Arshad sangat mengerti dengan perasaannya.

"Nggak papa kan, Fit?" tanya Arshad.

"Tentu".

***

Aisyah berjalan keluar ruang rapat dengan terburu-buru. Rapat telah usai, dan ia harus secepatnya pergi ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan tugasnya yang lain.

"Bu, Bu Aisyah" panggil salah satu bawahannya.

"Iya?".

"Ini ada berkas-berkas yang harus segera ditandatangani Bu Meira".

Aisyah segera membaca berkas-berkas itu dengan seksama dan cepat. "Apa ini tidak bisa ditunda? Kenapa terburu-buru?".

"Iya ibu, soalnya dari perusahaan pemasok butuh kepastian secepatnya. Atau kalau tidak, mereka akan menjalin kerjasama dengan perusahaan lain".

"Baik, kalau begitu kamu bawa saja semua berkas yang butuh persetujuan ke meja saya. Bagi dua antara yang mendesak dan tidak. Untuk yang mendesak seperti kesepakatan ini, saya akan segera bereskan semuanya. Tapi untuk berkas yang bisa ditunda, kita tunggu Bu Meira untuk mendapatkan persetujuan".

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Mar 09, 2020 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

Remaja Masa Kini 2Kde žijí příběhy. Začni objevovat