Keempat

9K 963 64
                                    

[15 Maret 2017]

"Daniel, aku suka sama kamu udah lama. A-aku mikir kamu juga punya perasaan yang sama kayak aku. Jadi tolong-"

"Aku enggak ada perasaan apa pun sama kamu, Jen," potong Daniel bahkan sebelum gadis di depannya menyelesaikan ungkapannya.

"T-tapi mungkin kita bisa nyoba ...."

"Enggak ada hubungan coba-coba dari kamusku. Kalo aku pacaran, berarti aku siap buat perasaanku ke orang itu. Dan sayangnya itu bukan kamu, Jennie."

Sangat pedas, tapi memang inilah Daniel. Daniel bukan orang yang pandai berbasa-basi dan cenderung langsung ke inti.

"M-maaf," kata Jennie hingga akhirnya gadis itu berlalu dengan hati yang galau.

"Gila kamu, Dan. Kamu nolak cewek secantik Jennie gitu aja? Sebelum Jennie juga banyak yang udah nembak kamu, tapi pada kamu tolak semua. Kamu itu kenapa sih? Ah~ aku iri," cecar Nanda yang kemudian hanya mengembuskan napasnya pelan di akhir.

"Kamu iri kan kalo aku pacaran? Makanya aku nggak mau pacaran sebelum kamu."

Nanda terlihat tertegun, dipandangnya Daniel yang berada di sampingnya itu lekat-lekat.

"Daniel, lihat aku," pinta Nanda sembari memegang sepasang bahu Daniel yang kemudian diarahkan untuk menghadapnya. "Aku baik-baik aja walaupun kamu pacaran. Aku oke, kok. Aku nggak mau jadi penghalang kesenengan kamu, masa muda kamu. Mungkin belum ada yang nembak atau nerima perasaanku, tapi serius ... aku nggak pa-pa kamu tinggalin jomblo begini."

"Kamu ngomong apaan sih? Aku nolak mereka juga karena belum ada yang cocok di aku. Lagipula ...."

"Lagipula apa?"

"Kamu bukan penghalang kesenenganku atau masa mudaku, Nan. Justru kamu yang buat aku seneng dari dulu sampai kapan pun. Dan buatku, itu udah cukup."

Tubuh Nanda menegang mendengar penuturan itu. Mungkin hanya jiwa alay yang membuat Nanda merasakan perutnya serasa tergelitik. Tak membuatnya tergelak, tapi cukup membuat dirinya bergidik.

"Kayaknya aku tau kenapa aku ditolak sama cewek-cewek atau nggak ada yang nembak aku," kata Nanda sedikitnya kurang nyambung dengan paparan Daniel barusan.

"Apa?"

"Kamu." Ucapan yang keluar dari bibir Nanda seketika membuat Daniel terkesiap. "Karena kita deketan terus, bareng-bareng terus ... kurasa kamu jadi penghambat jodohku. Mereka jadi pada ngelirik kamu daripada aku!" lanjutnya agaknya merasa emosi.

Alih-alih merasa bersalah dengan ungkapan Nanda, Daniel justru terkekeh pelan. "Emang dasar kamunya aja yang jelek makanya mereka ogah sama kamu!" ejeknya sembari menundukkan tubuhnya yang jauh lebih tinggi dari Nanda, untuk menatap wajah kesal Nanda lebih dekat. Ia menoyor kepala Nanda sembari tersenyum jenaka.

Yang diejek pun hanya bisa mendesis dan memukul biseps di lengan Daniel dengan keras. "Jauh-jauh sana dari aku! Males aku deket-deket sama kamu!"

*

[12 Agustus 2017]

"Aku lagi suka sama orang." Nanda memberi tahu sambil tersenyum cerah.

"Siapa?" tanya Daniel kaget pada awalnya, namun berusaha untuk tenang. Ini semacam refleks yang sering Daniel lakukan tiap kali Nanda memberitahukan kalau dirinya ada gebetan baru.

"Enggak akan kukasih tau, nanti kamu tikung."

"Siapa, Nanda?" tanya Daniel terlihat mendesak Nanda untuk menjawab, tatapan intimidasian sudah ia layangkan.

Namun yang ia berikan tatapan itu adalah Nanda, dan hal itu sangat-sangat tak berpengaruh bagi yang lebih pendek.

Maka dengan keras kepala, Nanda menggeleng sembari tersenyum mengolok. "Kali ini nggak bakal aku kasih tau, Daniel. Udah ah, aku mau ke gebetanku dulu. Kamu jangan ngikutin, ya! Bye-bye~"

Dan dalam sekejap si mungil langsung berlari kecil setelah melambaikan tangannya riang kepada Daniel. Meninggalkan Daniel di lorong yang ramai seorang diri.

-

[20 Agustus 2017]

"Yuhuuu~ Daniel, aku akhirnya punya pacar!" Dengan bangga Nanda berteriak di depan kelas, tak dipedulikan teman-temannya yang lain yang ikut heboh menyorakinya dan tak sedikit pula yang tertawa melihat tingkah kekanakan Nanda yang baru pertama kali berpacaran-yang sebetulnya terkesan agak norak.

Daniel menatap datar Nanda, menahan dalam-dalam gejolak yang ia rasakan. Tangannya mengepal kuat di bawah meja.

"Kok kamu nggak ada ekspresinya gitu sih? Harusnya kamu seneng dong aku udah punya pacar! Kan kalo aku udah punya pacar, kamu bakal bebas gitu lho. Nggak ada yang nempelin kamu, tapi tenang aja itu nggak bakal ngerusak persahabatan kita kok. Terus kamu bisa pacaran karena kamu nggak kasian liat aku jomblo te-"

"Kamu pacaran sama siapa?" tanya Daniel menatap Nanda lurus-lurus.

"Eh?"

"Kamu pacaran sama siapa?" ulang Daniel.

Nanda mengehela napasnya pelan, ia merasa di situasi seperti diinterogasi pacar posesif pasca dirinya selingkuh.

"Kirana, anak IPS-I," jawab Nanda akhirnya.

"Kamu enggak cocok sama-"

"No, no. Aku nggak mau dengerin," sela Nanda sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat. "Aku sekarang udah tau mana tipeku, mana yang cocok sama aku. Aku nggak bakal dengerin perkataanmu yang bikin aku jomblo terus kayak kemaren-kemaren."

"Putusin dia, Nanda."

"Nggak bakal, Daniel." Nanda bersikeras. "Daripada kamu nyuruh aku putus, mending kamu sana yang cari pacar. Aku bisa ngurus diriku sendiri."

Daniel hanya bisa membuang napasnya berat kala melihat punggung sempit Nanda yang kian menjauh berjalan keluar kelas. Mungkin ingin menemui si Kirana pacar barunya itu?

Dan lagi-lagi Daniel melenguh pelan. Akhirnya masa yang ditakuti Daniel telah tiba. Nanda punya pacar dan perlahan mulai menjauhinya.

*****

Sexuality ErrorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang