26

16.7K 1.3K 36
                                    

"Bagaimana?"

Jaemin mengernyitkan dahinya menunggu panggilannya tersambung, pemuda itu nampak mengernyitkan dahinya.

"Tidak di angkat, Paman. Mungkin Ibu sedang sibuk sekarang." Jaemin menghela nafas pelan lalu kembali meletakkan benda pipih berwarna hitam itu di atas nakas.

Netra elangnya tertuju ke arah Seunggi yang kini menunjukkan senyum hangatnya, tangan Seunggi terulur untuk mengusap pipi Jaemin dengan lembut.

Jaemin nampak terkejut, lalu menahan pergelangan tangan Seunggi sembari tersenyum canggung.

"Jangan mencubitnya ya, paman?" Lirih Jaemin ragu-ragu.

Seunggi terkekeh pelan mendengar permohonan pemuda itu, "Tentu saja tidak, kau kira aku ayah dan ibumu yang suka usil seperti itu?" Sahut Seunggi di iringi dengan tawa ringannya.

Jaemin tersenyum lebar hingga membuat mata bulatnya menyempit, tangan Jaemin terulur untuk menggenggan tangan Seunggi yang terbebas dari infus.

"Aku akan pulang sore nanti, paman cepat sembuh ya..." Lirih Jaemin masih dengan senyum hangatnya.

Hati Seunggi menenang mendengarnya, pria itu tersenyum lalu membalas genggaman tangan Jaemin dengan lembut.

"Syukurlah... Itu artinya, kau sudah sehat. Jangan lukai dirimu lagi, mengerti?"

Jaemin mengangguk antusias mendengarnya, "Paman juga jangan melukai Ibu lagi..." Lirih Jaemin, pemuda itu benar-benar mengingat bagaimana keadaan sang Ibu begitu ia tersadar dari komanya.

Ibunya itu terjatuh dari mobil karena dorongan Seunggi yang marah sebab Yoona tidak mau menuruti semua perintahnya, tamparan di pipi, dan juga luka sembab yang tak jarang Jaemin temukan itu sukses membuat Jaemin khawatir.

Seunggi menatap Jaemin dengan tatapan sendu, matanya mendadak berkaca-kaca. Entah kenapa ia kembali terluka mengingatnya, ia yang membuat pemuda itu hampir celaka, bahkan Yoona benar-benar hampir kehilangan Jaemin karenanya.

"Tidak, nak..." Lirih Seunggi.

Jaemin mendadak merasa bersalah melihat perubahan air wajah Seunggi, pemuda itu gelagapan.

Seunggi kembali mengulum senyumnya, "Jadilah anak yang kuat dan berbakti kepada orang tuamu, aku tahu semua penderitaanmu. Dan aku adalah dalang dari semua kisah pedihmu..."

Tangisan Jaemin hampir pecah begitu saja, dalang? Apa maksudnya dalang? Ia masih tidak paham, ia mengerti hanya sebatas mengerti, tidak sampai seperti ini.

Jaemin mulai merasa ketakutan, pemuda itu melepas genggaman tangan Seunggi dengan pelan. Hanya mereka berdua yang berada di dalam ruangan itu, dan Jaemin benar-benar sendirian sekarang.

Air mata Seunggi mentes begitu saja melihat Jaemin bangkit dari duduknya, "Maafkan aku, Nak..." Seunggi terisak.

Jaemin menggigit bibir bawahnya, air matanya tiba-tiba menetes begitu saja. Antara sedih dan tidak percaya, pemuda itu masih ragu akan ungkapan Seunggi.

Bayangan itu kembali terlintas di benaknya, mulai dari kecelakaan 5 tahun silam, ibunya meninggal.... Apa semua adalah rencananya?

"Kau yang mengambil ibuku?" Tanya Jaemin nada parau.

Seunggi menahan isakkannya, tanpa ragu kepalanya itu mengangguk yakin, "Orang yang membuatmu hampir mati, itu adalah Lee Seunggi..." Jelasnya.

Hati Jaemin terasa sangat nyeri mendengarnya, pemuda itu menangkup wajahnya mencoba meredam isakkannya yang semakin menjadi.

Sakit... Itu benar-benar sangat sakit. Ia sampai menentang maut, jika bukan karena kesadarannya mungkin ia tidak akan kembali lagi kemari. Dan itu semua adalah... Ulah ayah tirinya?

[✓] Meet MomWhere stories live. Discover now