06.

80 16 0
                                    


~ Berkhianat adalah ketika kau memperlakukan seseorang dengan begitu manis, lalu kau hancurkan hatinya, kau injak-injak, kemudian kau tinggalkan dia begitu saja.~

-------------

Kris berlari kecil menghampiri Nana yang telah menunggunya di depan pintu gerbang. Sebenarnya kemarin ia telah mengutarakan niatnya untuk mengajak Nana berjalan-jalan di pinggir sungai.

Kris mengatakan bahwa ada dua anak anjing liar yang terlantar di sana dan saat ini belum ada yang mau mengadopsi. Kris berniat melakukannya, tapi sayang orang tuanya tak mengijinkannya memelihara binatang karena mereka punya usaha toko makanan.

Kris tahu Nana  suka binatang. Ketika ia menceritakan tentang dua anak anjing itu, Nana antusias untuk mengadopsinya.

“Ah, kupikir kau lupa,” ujar Nana.
Kris meringis hingga menunjukkan barisan giginya yang rapi.

“Maaf, Nana. Ada sesuatu yang harus kukerjakan lebih dulu. Tapi, hari ini jadi, kan?”

Nana mengangguk. Ia menunjukkan tas yang ditentengnya.

“Lihat, aku membawa banyak makanan untuk anjing. Mereka harus dirayu-rayu dulu agar mau diajak pulang,” jawabnya.

“Whoa, kau pengalaman juga ya?”

Nana kembali mengangguk dengan antusias.

“Aku sudah berhasil membawa pulang 2 ekor kucing dan seekor anjing liar,” ucapnya lagi.

Mereka berjalan beriringan menuju halte bis. 

“Kris, terima kasih ya.” Nana berujar lirih ketika mereka duduk bersebelahan di halte karena bis yang akan mereka tumpangi belum datang.

“Untuk apa?” Kris menatapnya bingung.

“Aku tahu akhir-akhir ini kau berusaha menghiburku atas apa yang terjadi antara aku dan Sehun,” jawabnya.

Kris manggut-manggut.

“Aku hanya tak suka melihatmu murung. Kau lebih cantik kalau sering tersenyum dan ceria seperti biasanya.” Ia menjawab.

Nana memeluk tas di pangkuannya. Ia menatap ke arah jalanan yang tidak terlalu ramai.

“Kau pernah berkata bahwa mencintai Sehun ibarat ikut lomba lari. Tak peduli seberapa sering aku harus jatuh bangun, jungkir balik, aku harus berlari sampai selesai. Tapi, ternyata itu tak mudah, Kris.

"Aku mencintai Sehun dengan segenap hatiku. Tapi jika ia masih saja terpuruk dengan kenangan mendiang Nana, maka  aku takkan bisa membahagiakannya. Karena orang yang ia harapkan ternyata bukanlah aku, melainkan perempuan lain.” Suara Nana getir.

Kris menarik nafas panjang. Ia menatap gadis di sampingnya dengan lembut.

“Semua orang butuh waktu, Nana. Sama seperti dirimu yang seolah-olah butuh waktu untuk menerima Sehun apa adanya, Sehun juga butuh waktu untuk melupakan mendiang Nana selamanya,” ujarnya.

Nana terdiam.

“Kris, dalam hal ini, apa aku yang bersalah?” Kali ini Ia menatap Kris.

“Apa aku bersalah karena tak bisa memahami Sehun sepenuhnya? Apa aku bersalah karena tak bisa menerima Sehun hanya karena ia masih mencintai mendiang Nana?”

Kris menggeleng pelan.
“Aku tak tahu, Nana. Hanya kau yang bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi satu hal yang pasti, kau tak akan pernah bisa menandingi mendiang Nana. Kau tahu kenapa? Karena kau masih hidup, dan dia sudah tidak ada. Orang hidup, takkan pernah bisa bersaing dengan orang mati,” jawabnya.

Bokura Ga ItaWhere stories live. Discover now