8. It's Okay to not be Okay

345 79 0
                                    


Vote ⭐and Comment 💬


****

2 bulan berlalu, kini terhitung tinggal 3 bulan lagi kontrak itu berakhir. Dan selama 3 bulan belakangan ini Sohyun merasa mendapat banyak perubahan. Ia mulai tidak seacuh dulu, ia bahkan kini berteman baik dengan Hansung karena memiliki kesamaan. Yaitu sama-sama menyukai BTS. Walaupun kadar kefanatikan Sohyun lebih rendah dari Hansung.

Kemana-mana mereka selalu bertiga. Mereka sering pergi bersama dan belajar bersama. Hal itu sungguh menyenangkan, dan sama sekali tidak mengganggu kegiatannya. Ia masih sering mengajar Yeonjun, bahkan Taehyung dan Hansung juga membantunya mengajari Yeonjun. Sohyun juga sudah tahu jika kepala sekolah itu adalah kakek dari Taehyung dan Hansung.

Sohyun si gadis yang acuh perlahan-lahan mulai berubah. Ia tak lagi sungkan untuk tersenyum. Ia tak lagi membuat benteng bagi orang-orang yang ingin mendekatinya. Namun ada satu hal yang tidak bisa berubah dari dirinya.

"Sohyun, kau baru pulang sayang. Mau makan? Eomma sudah membuatkan makanan kesukaanmu."

Mendengar itu Sohyun hanya diam dan memilih berlalu meninggalkan sang Ibu yang telah menyambutnya di depan pintu utama.

Ya, Sohyun masih acuh pada keluarganya. Ia masih belum bisa menerima segala hal yang terjadi di rumah ini. Tempat dimana ia biasa menyebutnya sebagai 'neraka'.

Sohyun melemparkan tasnya kearah sofa kamarnya setelah ia menutup pintu kamarnya. Ia menelungkupkan dirinya pada tempat tidur juga menutup kepalanya dengan bantal.

Jika bisa memilih, sekolahnya lebih baik daripada rumahnya. Sekolah itu walaupun memiliki sedikit cerita yang mengecewakannya tapi itu lebih baik dari rumahnya. Kekecewaan terbesarnya berada di rumah ini. Itulah mengapa ia sangat ingin menghindar.

Tidak, tidak. Bukan rumahnya yang ia kutuk. Tapi orang-orang yang berada didalamnya. Ia membenci orang-orang yang ada disana.

Tak lama berselang pintu kamarnya terbuka. Sohyun mungkin tak bisa melihat siapa yang datang karena posisinya saat ini, tapi ia tahu siapa orang itu.

Kemudian ia merasakan tempat tidurnya sedikit bergerak. Orang itu duduk disampingnya yang masih menelungkupkan diri.

"Sayang, sampai kapan kau akan menghindari eomma seperti ini? Eomma tahu eomma salah, dan eomma minta maaf.."

"Sohyun, sejujurnya eomma ingin yang terbaik untukmu. Eomma mohon maafkan eomma. Eomma bukannya tidak sayang padamu, eomma bukannya tidak peduli padamu. Eomma sayang, eomma peduli. Tapi Sohyun, eomma juga ingin bahagia. Jadi eomma mohon belas kasihan padamu.."

"Jangan menghindari eomma lagi, jangan mengacuhkan eomma lagi. Eomma sungguh sakit saat kau melakukan itu pada eomma.."

Suara Ibu Sohyun mulai melemah dan memberat. Sohyun tahu jika ibunya itu kini tengah menangis. Dan di balik bantal itu juga Sohyun tengah menangis, tapi ia sama sekali tak ingin bereaksi. Ia tetap membiarkan Ibunya bicara.

"Eomma minta maaf, sungguh maafkan eomma.."

Setelah mengatakan hal itu, Ibu Sohyun langsung keluar dan kembali menutup pintunya. Sedangkan Sohyun tengah menahan isakannya. Hatinya sungguh sesak mendengar rentetan kalimat yang di ucapkan oleh Ibunya.

"Appa..."

****

Sohyun berjalan terseok-seok menuju sebuah tempat dimana ia biasa menyendiri. Tempat yang memiliki nilai history yang mendalam dan tak bisa Sohyun lupakan.

Stay ✔Where stories live. Discover now