☆1☆

449 27 6
                                    

Suasana ini begitu nyaman, asri, sejuk, indah dan damai bagiku. Suasana yang tak pernah kujumpai dimana pun itu. Pesantren... Ya, itu suasana pesantren. Suasana yang sudah lama aku inginkan. Sungguh aku tak percaya aku bisa berada disini sebagai santriwati. Bukan karena paksaan dari orang tua seperti kebanyakan yang terjadi. Melainkan murni karena keinginanku sendiri. Walau sempat ditentang orang tua karena beberapa alasan, hatiku tetap kekeh untuk nyantri yang insya Allah semata-mata mengharap ridha Illahi.

"Khoirunnisa?" Tanya seorang gadis cantik, berjilbab rapi yang sepertinya santriwati disini.

"Iya ukhtii." Jawabku dengan menganggukkan kepala.

"Saya Lailatul Istiqomah, saya diutus umi Sarah untuk mengantarmu bertemu beliau."

"Umi Sarah?." Tanyaku.

"Iya, beliau istri dari kiai di pesantren ini."

"Masya Allah... Maaf ukhtii, saya belum tau." (Akupun mengikuti ukhtii Lailatul Istiqomah)

****

"Assalamu'laikum umi."

"Wa'alaikumussalam, duduk nduk." Jawab wanita yang aku rasa ini umi Sarah.

"Umi, ini Khoirunnisa." Ucap ukhtii Lailatul Istiqomah sambil menunjuk ke arahku. Akupun tersenyum dan segera mencium tangan beliau yang memang benar umi Sarah, istri dari kiai di pesantren ini.

"Oh Khoirunnisa, masya Allah cantik sekali kamu nduk."

"Terima kasih umi." Jawabku dengan tersenyum malu.

"Neng Ila, neng Nisa ini biar di kamarmu saja ya nduk, dia baru pertama kali nyantri, jadi umi minta tolong bantu neng Nisa untuk mengenal pesantren ini. Dan neng Nisa, ini neng Ila. Neng Ila ini sudah cukup lama nyantri disini, jika ada sesuatu tanyakan saja." Tutur umi Sarah kepadaku dan Ukhti Ila.

"Baik umi, Insya Allah." Jawab ukhti Ila , sambil tersenyum kepadaku.
Akupun ikut membalas senyum ukhti Ila dan umi Sarah.

*****

Hari-hariku di pesantren terasa indah. Saat ini aku duduk di kelas 1 aliyah. Atau yang biasa dikenal dengan istilah MA/SMA kelas X. Yahhhh... Karena aku tergolong baru dengan ilmu-ilmu pesantren, aku cukup kesulitan dalam mempelajari kitab-kitab yang notabennya menggunakan bahasa arab. Alhamdulillah ukhtii Ila selalu membantu ketika aku kesulitan dalam mempelajari sesuatu, termasuk kitab-kitab itu.

Ukhtii Ila saat ini duduk di kelas 3 aliyah atau Kelas XII MA/SMA. Dia cukup pintar di pesantren ini. Banyak prestasi-prestasi yang ia peroleh. Selain itu ukhti Ila juga baik sekali denganku. Ia yang selalu memberi semangat untukku ketika aku merasa lelah dengan kegiatan-kegiatan pesantren, ia juga yang selalu menghiburku ketika aku rindu dengan keluargaku. Sungguh ku beruntung telah mengenalnya.

*****

Hari ini adalah hari Ahad. Seperti umumnya, sekolah libur. Kegiatan pesantren pun baru dimulai sore hari. Waktu renggang ini digunakan para santri untuk beberapa hal. Diantaranya, ada yang memanfaatkan waktu renggang ini dengan belajar, ada yang mengaji, ada yang mencuci dan bahkan ada yang memanfaatkan waktunya untuk tidur. ((Tidur lagi tidur lagi....:zzzzz))

"Pakaian sudah ku cuci, belajar sudah, mengajipun sudah. Lalu aku harus apa ya?" Gumamku sambil mencari kesibukan.

Aku memang orang yang tidak bisa untuk tidak melakukan sesuatu. Karenanya aku selalu ingin mencari sesuatu untuk menyibukanku.
Terlihat ukhti Ila berjalan di depan pintu. Aku berteriak memanggilnya.

"Ukhtii..." (Ukhtii Ila yang mendengar panggilanku langsung berbalik arah ke tempatku memanggil)

"Ada apa Nisa?"

"Ukhti mau kemana?"

"Mau membantu umi Sarah menyiapkan tasyakuran untuk putra bungsungnya yang baru datang dari Al Azhar, Kairo, Mesir."

"Nisa boleh ikut ndak ukhti?" Tanyaku dengan penuh harap.

"Nisa, kamu santri baru, ndak enak kalau sudah menyuruhmu."

"Sudahlah ukhti. Lets go." Langsung kutarik tangan ukhti Ila untuk bergegas menuju rumah umi Sarah yang letaknya tidak jauh dari kamar kami.

"Assalamu'alaikum umi".

"Wa'alaikumussalam, lho ada neng Nisa, ada perlu apa Neng?" Tanya umi Sarah kepadaku.

"Maaf umi, Nisa yang memaksa." Jawab ukhti Ila dengan perasaan bersalahnya.

"Nisa ingin ikut membantu umi disini, Nisa juga sedang tidak ada kesibukan umi, Nisa itu anaknya ndak bisa diam umi."

"Tapi Nisa........"

"Nisa tidak apa umi, boleh ya.." Rayuku kepada umi Sarah.

"Baiklah, ayo masuk." Umi Sarah pun menyetujui.

Aku dan ukhti Ila masuk ke dalam rumah umi Sarah. Di kediaman umi Sarah sudah banyak santri yang membantu. Aku mendapat tugas membuat minuman untuk semua yang membantu umi disini.

"Neng Nisa, tolong buatkan minuman untuk semua yang disini ya nduk. Dapur umi disana." Ucap umi Sarah sambil menunjuk arah dapurnya.

"Baik umi." Jawabku dengan semangat.

Sesampainya di dapur, aku langsung memasak air dan menyiapkan beberapa gelas.

"Dimana ya?" Lirihku sambil membuka pintu-pintu lemari yang ada.

"Cari apa ukhti?" Suara itu terdengar dari arah belakangku. Akupun bergegas berbalik untuk melihat siapa yang menanyaiku.

"Sungguh masya Allah... tampan sekali, siapa pemuda ini?" Gumamku dalam hati.

"Cari apa ukhti?" Tanya pemuda itu kembali.

"Astaghfirullah... Ma_maaf, saya mencari gula dan teh." Jawabku dengan gugup.

"Oh... Itu di lemari sana." Sambil menunjuk lemari yang dimaksud.

"Baik, terima kasih."

"Afwan." Pemuda itu berbalik keluar meninggalkan dapur.

"Masya Allah Yaa Allah... Sungguh indah ciptaan-Mu yaa Rabb."

""""""

#BRAKK......

Suara jendela yang tertutup keras karena dorongan angin, mengagetkanku.

"Astaghfirullah... Ampuni hamba Ya Allah..." Segera kuselesaikan tugasku.

"Umi ini minumannya."

"Terima kasih ya nduk. Ayo anak-anak di minum dulu." Kata umi sambil menyuruh santri yang membantu untuk beristirahat sejenak dengan meminum teh yang kubuatkan.

Selesai membantu umi Sarah, kami para santri kembali ke kamar masing-masing untuk melakukan rutinitas seperti biasa.

Next 》》》》
_
Baru pertama buat guys...
Maaf ya bila masih banyak typo-typonya😄😆
Suka??? Jangan lupa vote dan kasih saran maupun masukannya ya guysss ;)
_
Thanks :*
Happy Readers

Sampaikan CINTA dalam DIAM تهادوا الحب Where stories live. Discover now