1

7.1K 655 50
                                    

"TIDAKKK!!"

Hinata membuka matanya dengan napas tersengal-sengal. Melihat kanopi berenda biru di depan matanya, membuat Hinata reflek bangkit dan mengedarkan pandangan ke seisi ruangan itu.

Kamar bergaya Eropa kuno dengan lukisan bunga dan beberapa hiasan yang terlihat antik menyapa penglihatannya. Kamar ini terasa asing dan familiar di saat yang bersamaan.

Saat mencoba untuk bangun dari tempat tidur, kepalanya terasa berdenyut sakit dan berat.

Brakkk...

"Nona Hinata!!" Pekik sebuah suara dari arah pintu.

Mendengar suara pintu terbuka dengan cukup keras membuat Hinata menoleh dan menatap kedatangan orang-orang itu dengan alis berkerut.

"Hinata... Apa kau baik-baik saja, putriku?" seorang pria paruh baya menatapnya dengan pandangan khawatir. Pria berambut panjang itu memegang tangan Hinata yang masih gemetar.

"U...um..." gumam Hinata bingung.

Dia benar-benar tidak tahu siapa orang-orang di depannya ini.

"Apa kau bermimpi buruk?" tanya pria berambut panjang itu begitu khawatir karena tidak mendapat respon dari putrinya. "Maafkan Ayah yang baru saja sampai pagi ini."

Hinata menatap pria itu dengan kerutan yang begitu ketara. "A-ayah?"

"Ayah di sini, Hinataku!"

Hinata mengatur napas, mencoba menenangkan dirinya. Oh... dia harus berpikir dengan jernih saat ini.

Seolah de javu, hal yang diingatnya terakhir kali adalah saat dia menolong seorang gadis yang disandera oleh perampok di pusat perbelanjaan tempatnya bekerja. Saat dirinya mencoba menolong gadis itu, seorang perampok yang lain mendorongnya dari lantai 3. Gaya grafitasi yang menariknya dan juga teriakan histeris banyak orang membuat Hinata hanya memejamkan mata dan memasrahkan diri. Tapi setelah kegelapan menyelimutinya untuk beberapa saat, tiba-tiba saja dirinya sudah terbangun di tempat ini.

Ya de javu.

Karena dekorasi unik dari kamar ini, entah mengapa mengingatkannya dengan mimpi seorang putra mahkota tampan nan jahat menghukum mati tunangannya sendiri.

Mencoba mengingat lagi nama sang putri mahkota yang mirip dengan namanya. Sama-sama bernama Hinata. Hanya saja dirinya adalah Hyuuga Hinata, sedangkan sang putri mahkota bernama Hinorita Chalistia.

"... Nata? Hinata? Apa kau kembali demam putriku?"

Suara pria paruh baya yang mengaku sebagai ayahnya ini membuyarkan lamunannya.

"Sa-saya... ba... baik-baik saja, Ayah!"

Hinata mencoba berakting untuk membaca situasi saat ini. Mungkin saja ini adalah dunia mimpi, atau mungkin dunia khayalannya. Hinata belum bisa memastikan itu.

Saat tatapannya tanpa sengaja teratuk pada sebuah cermin yang memantulkan wajahnya, Hinata tahu jika ada yang salah dengan dirinya saat ini.

Dan pada akhirnya dia pun kembali pingsan.

Apa ini dunia novel?

"Nona!!"

"Hinata!!"

Disclaimer : Naruto punya Om Masashi Kishimoto

Warning : Bahasa tidak baku, EYD tidak sempurna, OOC, AU, Typo, dll.


Selama 2 hari sudah Hinata demam tinggi dan terbaring dengan lemah di atas tempat tidur. Sedari kecil stamina tubuhnya mudah sekali menurun ketika musim dingin datang.

Menghela napas untuk kesekian kalinya, Hinata hanya dapat menatap lukisan bunga lily di sudut ruangan.

Memikirkan kembali ingatan atau mungkin mimpi tentang kematian tragis dari gadis yang perannya sedang diambil alih olehnya, cukup membuat Hinata frustasi. Bagaimana pun dia tahu akhir seperti apa yang akan menimpa Hinorita.

Jika seperti di novel-novel, aku harus bertahan hidup. Hidup nyaman, banyak uang, pengangguran sukses!

Itulah harapan Hinata yang tidak terlalu muluk-muluk.

Setelah berpikir keras dalam waktu yang cukup lama, pada akhirnya Hinata pun memutuskan untuk menciptakan takdirnya sendiri. Dia tidak akan mendekati apapun yang berkaitan tentang istana dan isinya. Tidak dengan putra mahkota, ujian pemerintahan, pesta para bangsawan dan yang lainnya.

Dia tidak akan mau menjadi putri mahkota. Jika Sakura putri Count Haruno itu telah muncul, mungkin Hinata akan mendukung mereka dari balik layar.

Yang terpenting kejadian tragis itu tidak menimpa dirinya dan seluruh anggota keluarga Chalistia. Karena menurutnya cinta dan kekuasaan dapat menyeretmu ke hal yang mengerikan.

Yups... jauhi istana!

Semudah itu manusia berencana, tapi takdirlah yang akan turun tangan.

Seperti itulah kehidupan.

Awalnya Hinata hanya datang ke sebuah pesta dari seorang putri Marquess atas perintah dari sang ayah. Dan mulai dari sini tangan takdir merubah alurnya.

"Ukh..." Hinata memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Membuka mata perlahan, Hinata tahu dirinya sedang tidak berada di kamarnya.

De javu.

Saat mencoba untuk turun dari tempat tidur, Hinata menyadari jika tubuhnya polos tanpa mengenakan sehelai benang pun. Dengan cepat dia segera menarik selimut putih dan menutupi tubuhnya.

"Ba-bagaimana mungkin aku bisa... te-telanjang?" gumam Hinata masih tidak percaya dirinya bangun di sebuah kamar yang asing. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, saat ini dirinya tidak memakai apapun.

"Apa tidurmu nyenyak, Nona?"

Suara bariton yang terasa menusuk telinganya itu membuat Hinata menoleh dengan cepat. Melihat sosok yang hanya memakai handuk sebatas pinggang dengan dada bidang yang super sexy, ditambah rambut kelam pria itu yang masih basah, seketika membuat Hinata membelalakan mata.

Masa bodoh jika pria itu telanjang, tapi sosok itu mengingatkannya pada putra mahkota tampan nan kejam di mimpi-mimpinya.

Tidak mungkin!

Hinata merasa suaranya tersangkut entah dimana. Bibirnya kelu. Tubuhnya seketika gemetar. Dia ketakutan dengan pemilik tatapan tajam itu.

Sosok yang selalu dia coba hindari selama ini. Sosok yang perlahan dibencinya.

U-uchiha... Sa-sasuke??!!



"Tunggu Sasuke!! Hinata lo apain??"

Um... biar mucha yang jawab kalau ada yang tanya itu. Jawabannya di chapter depan ya? Hehe.

Chapter pertama hambar dulu ya? Maaf banget. Kerjaan mucha bikin waktu mucha banyak kesita, hari libur aja tetep ngurusin kerjaan.

Ya semoga aja kalian terhibur dengan cerita mucha yang abal dan mainstream ini.

Happy reading ya.

❤❤

Infinite Dream ✅Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon