6. Too Good At Goodbye

5 2 4
                                    

Happy reading...

Playlist-Sam Smith ~ To Good At Goodbye

"Hentikan mobilnya," aku berkata tanpa menoleh kearah Nathan.

"Kenapa?" tanya Nathan kepadaku.

"Berhenti saja," pintaku.

Akhirnya Nathan menepikan mobil lalu memberhentikannya. Tidak ada yang bersuara.  Kami sama-sama menikmati kebisuan. Bahkan sejak meninggalkan restoran tadi tidak ada dari kami yang membuka suara.

Aku sibuk dengan pikiranku. Dan Nathan aku tidak ambil pusing dengan apa yang ia pikirkan.

"Aku akan menyelesaikan semuanya.  Kamu tenang saja, jangan terlalu dipikirkan masalah tadi," suara Nathan terdengar lembut menembus runguku.  Ia berusaha mengikis rasa gundah yang sudah mendominasi alam bawah sadarku.

Aku tau apa yang dimaksud oleh Nathan.  Ia pasti membahas masalah video penyerangan tadi yang mungkin sudah mulai diperbincangkan di dunia maya.  Oh ayolah siapa yang bisa membendung perspektif netizen belakangan ini.

Netizen maha benar dan itu tak bisa diganggu gugat. Dari apa yang terjadi tadi tampak sekali aku seperti pelakor yang berusaha menghancurkan hubungan orang hingga istrinya melabrakku secara langsung.

Kalian tau bukan betapa panasnya fenomena pelakor belakangan ini.  Mungkin Sarah tidak secara langsung mengataiku sebagai pelakor.  Namun apa yang ia tuding kearahku tadi sudah cukup memancing pikiran liar banyak orang.

Tapi bukan tanggapan netizen yang membuat kepalaku pening saat ini.  Suatu hal yang lebih kompleks.

Mengenai harga diri.  Ya harga diri. Aku kehilangan harga diriku disini.  Terutama aku kehilangan harga diri dihadapan Nathan.

Kenyataan itu membuatku merasa sakit.  Ulu hatiku serasa sesak memikirkannya. 
Harga diriku tercabik-cabik.  Aku menangis sesenggukan.  Tidak kupikirkan lagi Nathan yang menatap iba kearahku.

Perlahan namun pasti,  Nathan membawaku masuk kedalam pelukan hangatnya.  Memberi rasa nyaman.  Elusan dipunggungku membuatku terbuai pada kenyamanan yang meresap kedalam perasaanku.

"Menangislah jika itu membuatmu lebih baik," ujarnya sambil terus mengelus punggungku dengan lembut.

Cukup lama kami berada diposisi ini.  Hingga aku memutuskan untuk mengurai pelukan setelah aku merasa cukup tenang. 
"Nathan." Sorot matanya menatapku lembut kala aku memanggilnya.

"Apa? Katakanlah," ucapnya dengan pemuh kelembutan.

"Menjauhlah dariku. Anggap saja kita tidak saling mengenal.  Kejadian hari ini cukup memberiku pelajaran bahwa aku harus menjauh dari masa laluku."

Aku tak sanggup menatap matanya.  Mataku justru menatap lurus kedepan menghindari kontak dengan hazelnya yang indah.

Aku mendengarnya menghela nafas cukup kasar. 

"Aku tidak mau," jawabnya tegas. 

Nathan memang bukan orang yang suka basa basi.  Ia cendrung akan mengeluarkan apa yang ada di kepalanya saat ia tidak setuju dengan argumen orang lain.

"Nathan,  mengertilah," aku berucap dengan memohon.

"Tidak akan, Bian. Kau sangat berarti dalam hidupku dan aku tidak akan melakukan kesalahan kedua kalinya dengan meninggalkanmu saat kau minta," ia menjawabku dengan nada tajam sarat dengan makna perintah.

Nathan begitu dominan.  Aku tau itu,  karena aku mengenalnya sejak lama.

"Bukan kau yang meninggalkan ku Nathan.  Tapi akulah yang meninggalkanmu.  Ada apa denganmu sebenarnya?  Kenapa kau seakan baik-baik saja setelah apa yang aku lakukan padamu?" suaraku sudah naik beberapa oktaf.  Emosiku sudah naik ke ubun-ubun namun ku coba untuk mengontrolnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 21, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Candala : Jung Hoseok Where stories live. Discover now