tanpa tersisa

4K 253 9
                                    

Kanaya Pov

Perjalanan yang bahkan tak sampai  satu jam dari rumah kami terasa sangat lama , aku ingin cepat sampai kerumah Ambu memastikan apa yang dikatakan suamiku tidaklah benar, aku sudah terlalu banyak menderita ,aku bahkan sudah terlalu malas untuk meminta kebahagian yang nyatanya hanya semu keberadaanya ,

" Nangis saja kalau memang bisa buat kamu tenang kanaya " ujar suamiku seraya mengelus puncak kepalaku , aku merasa apa yang dilakukan suamiku kali ini bukan datang dari rasa peduli melainkan kasihan,dan faktanya aku membenci kenyataan itu.

" Kamu belum sarapan, mau mampir di rest area sebentar ? Kita sarapan dulu ya ? " Aku hanya tersenyum miring mendengar ucapan suamiku , tak mengiyakan tak juga menolak,

" Kanaya ,kamu dengar aa kan ? " Ujar suamiku dengan nada pasrah, ketara sekali bahwa dia lelah menghadapi ku yang tak mau berbicara sejak menerima kabar tak baik yang ia sampaikan padaku

" Aku mau cepat sampai ke rumah Ambu a, tolong percepat laju mobilnya, aku khawatir sama Ambu " lirihku pada suamiku yang dibalas tatapan sendu olehnya

" Kita kerumah ibu Aminah tetangganya Ambu ya, jenazah Ambu sedang dimandikan disana, kalau didepan tidak macet lima belas menit lagi kita sampai "

" Aku bahkan belum sempat penuhi keinginan Ambu a, buruk sekali perangai ku ya, durhaka aku terhadap ibuku sendiri " aku mengatakannya tanpa menangis , hanya ucapan lirih menandakan aku terlalu lelah dengan apa yang terjadi .

Dia hanya terdiam tanpa mau menjawab ucapan ku , tangannya tanpa berhenti mengelus pergelangan tanganku, mungkin sedikit berharap aku akan tenang dengan musibah kali ini, jujur setelah ini aku merasa tak punya apa apa lagi, jangan kan secercah perhatian dari suamiku, seorang keluarga untuk ku bersandar pun sudah tak ku miliki , jadi untuk apa aku harus berkelu memikirkan cara untuk menahan suamiku untuk menikah lagi, setidaknya aku punya banyak waktu istirahat setelah ini.

Tak lama kemudian,setelah suamiku menepikan mobilnya , aku langsung melepas pengaman yang membelit tubuhku dan tergesa pergi kerumah Bu Aminah yang sudah dipenuhi oleh pelayat, aku berlari menghampiri Ambu yang sudah terbujur kaku berbalut kain batik panjang menutupi tubuhnya sampai kepala, aku memeluk tubuh Ambu dengan tangan gemetar , aku paham ini hukum Tuhan ,cepat atau lambat akan aku alami juga, tapi tetap saja ini bukan keinginan ku , ini terlalu dini , terlalu cepat , hingga semuanya gelap ,aku terjatuh di atas tubuh Ambu .

-------------
Megantara Pov .

Pandangan nya kosong , mungkin dia tidak meraung seperti halnya aku yang kehilangan papaku dulu , tapi diamnya kali ini seolah mengolok diriku bahwa dia memang sehancur itu , dia kehilangan kesadaran saat memeluk jenazah mertua ku , dan sekarang dengan suara lirih dia membaca beberapa ayat Alqur'an didepan jenazah mertuaku , tangannya tak lepas dari tangan ku, mungkin mencari kekuatan ,aku bahkan sempat menitikkan air mata saking tak percaya nya hari ini akan tiba dengan waktu yang cepat .

Bu Aminah yang memang rumahnya dipakai untuk pengabdian terakhir mertuaku menghampiri Kanaya ,mengelus kepala nya sayang seraya berkata

" Sudah waktunya Ambu kamu dikebumikan neng , yang ikhlas ya "

Aku melirik Kanaya yang mendongkakan kepala dengan pelan seraya mengaggukan kepala.

" Aa bantu ya ? " Ucapku sigap menolongnya berdiri dari duduknya

Dia menepis lenganku pelan ,
" Aa pulang aja, aku mau temani Ambu untuk beberapa hari disini, aku rindu Ambu , kalau bukan karena Ambu meninggal sepertinya aa juga enggan mengajakku ke tempat ini kan " ujarnya pelan

---------
Megantara Pov

Kanaya menolak untuk ikut pulang denganku, memang Bogor Jakarta tidak terlalu jauh ,tapi kalau untuk pulang pergi disaat hari kerja seperti ini aku pun enggan, tenaga ku terkuras habis saat dikampus belum lagi saat aku ikut pelatihan tentang bisnis, aku mungkin akan kelelahan bukan ?

" Kamu yakin? Lagipula ini sudah hari ketiga kanaya, sudah tiga hari juga Ambu pergi , kasihan Ambu kalau kamu terus berduka seperti ini " ujarku dihadapan Kanaya , tatapannya kosong , dengan terus memeluk kain terakhir yang dipakai Ambu sebelum dikebumikan,

" Aa pulang saja, lagipula sudah dua hari kan bolos ? Aku gak papa, nanti mungkin setelah tujuh hari Ambu aku pulang " cicitnya pelan

" Aku enggak mau ya, nanti tetangga kamu apalagi mama ku fikir aku gak bertanggung jawab sama kamu , padahal kamu sendiri yang keras kepala, toh semua orang juga bakalan meninggal kan ? " Ujarku yang memang sedikit kesal dengan Kanaya yang kekanakan,

" Aa pulang sana, aku gakpapa" ujarnya keras kepala

" Oke, aa pulang , kamu kalau mau pulang, telfon aku atau supir mama juga gak masalah, takutnya aku lagi kebetulan gak bisa diganggu ," ujarku yang akhirnya mengiyakan keinginan Kanaya, dia melihatku kemudian mengambil kedua tanganku dan mengecupnya ,

" Hati hati ya a, kemudikan mobilnya dengan baik , aku minta maaf sudah merepotkan kamu kemarin kemarin," ujarnya yang langsung kutarik tubuhnya kepelukanku , dia terisak kembali aku mengecup puncak kepalanya sayang ,

" Merepotkan apa ? Kamu istriku Kanaya bukan orang lain , aa sama sekali tidak merasa direpotkan, oke ? " Aku mengelus punggung kanaya berharap dia akan sedikit merasa tenang dengan itu, namun mungkin kehilangan seorang ibu bagi Kanaya yang tak memiliki sanak saudara begitu memukul keras dirinya ,

" Aku mau kenang Ambu sebentar disini , aku udah enggak punya siapa siapa lagi, aku sendiri , aku cuman bingung apa yang harus aku lakukan besok a, sedangkan tempat untuk aku bercermin sudah hilang " dia berkata dengan pelan seolah begitu tersayat dengan ucapannya sendiri

" Kamu masih prioritas aa Kanaya , aa masih suami kamu " ujarku yang dibalas tatapan nanar Kanaya , dia menatapku seolah apa yang kukatakan sama sekali tidak benar

" Aa baik baik ya dirumah , kalau bisa aa minta temani mama saja, atau apa yang menginap dirumahnya mama , supaya makan sama istirahat aa ada yang kontrol " ujarnya

" Iya, yaudah kamu jangan nangis lagi, kasihan Ambu tidak tenang kalau kamu terus menangisi dia seperti ini ," aku melepas rengukahanku pada Kanaya, dan beranjak untuk pulang namun ucapan Kanaya sedikit mengoyak hatiku , tersentil egoku sebagai lelaki saat dia menahan tanganku dan berkata

" Nyatanya prioritas yang aa sebutkan tadi cepat atau lambat akan ditempati oleh perempuan lain , karena itu aku begitu terpukul dengan kepergian Ambu ,sebab setelah ini semuanya habis tak bersisa , maaf a tapi aku butuh waktu untuk menjadi istri penurut kamu lagi "

Makin gak jelas sih alurnya ,jadi menurut kalian enaknya habis ini Kanaya bersikap kayak gimana ya sama Megantara,
Saran dan kritiknya ya guys :)

Maaf baru update juga,hehehe
Xoxo:*
Hilsa

Bogor ,25 feb 2020

PrioritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang