cakra

3.9K 306 88
                                    


Cakra pov

Rambut sebahu yang dulu menjadi favoritku kini tertutup dengan Surai hijab yang manis , tubuhnya sedikit berisi sekarang , dan yang pasti aku tidak bisa semudah dulu saat mengajaknya pergi keluar , dia telah dimiliki seseorang sekarang , seorang yang mungkin akan menjadi dinding besar bagi kami.

" Aku gak bisa lama Anas " ucapnya tanpa menatapku , aku hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Kanaya

" Bunda ku rindu kamu Naya, dia bilang , dia sangat ingin bertemu Kanaya , Kanaya yang dulu selalu ingin dikepang rambutnya " ujar ku

" Bibi apa kabar? Aku juga rindu bibi ,apalagi jailnya mamang "

" Sebenarnya ayah sudah tidak tinggal bersamaku Naya , " ujar ku

" Maksud kamu ,mamang sudah meninggal ? "

" Em ayah menikah lagi Naya , jadi beliau tinggal dengan istri keduanya ,tapi tetap sering mengunjungi rumah ,"

Kanaya mengernyit mendengar pernyataan ku , aku hanya bisa terkekeh melihat wajahnya yang kentara sekali terlihat kebingungan ,

" Mamang tidak bercerai dengan bibi ? Kamu serius ? Maksudku apakah bibi tidak sakit hati melihat mamang tinggal bersama wanita lain. ?" Tanyanya yang berhasil membuat senyumku menghilang seketika .

" Bahkan Tante , em maksudku ibu tiriku kerap kali mengajak bunda untuk berbelanja bersama , mengover limitkan kartu ATM ayah , dan memasak bersama , mereka berteman baik Naya . Memang seharusnya seperti itu ,karena mereka berbagi suami yang sama " jawabku

" Aku bingung , bagaimana bisa ? "

" Kanaya, akupun tidak secerdas itu untuk bisa faham apa yang dirasakan bunda , tapi aku faham apa yang dilakukan bunda itu yang terbaik menurut beliau ,beliau tidak ingin merusak keadaan , mengorbankan perasaan untuk kebahagiaan bersama itu biasa bagi perempuan katanya " aku menjawab pertanyaan Kanaya seraya mengelus kepalanya

" Biasa ya? " Ucapnya lirih

" Ya, tapi kalau aku boleh bicara , kamu jangan seperti itu ya, lepaskan layangan yang sedang kamu mainkan kalau memang benangnya membuat pergelangan kamu terluka , karena percuma saja seandainya kamu tak lepaskan bukan hanya tangan kamu yang terluka tetapi tanah yang kamu pijak juga akan tersakiti . "

" Anas , kenapa kamu tidak kembali lebih awal ? "

" Aku juga menyesal kenapa harus terlambat Kembali kanaya. "

----------------

Megantara pov

Jalanan memang tidak sepadat biasanya , aku bisa berkendara dengan santai sekarang ,dengan sesekali melihat wanita yang ada di sampingku .

" Sudah makan ? " Tanyaku padanya

" Sebenarnya belum sih , tapi masih cukup kenyang kok" jawabnya seraya menolehkan kepalanya kepadaku , aku berdecak pelan mendengar jawaban Inara

" Mampir ke rest area sebentar mau? " Tanyaku yang dibalas gelengan pelan oleh Inara , dia menggenggam tanganku ,seraya menyandarkan kepalanya kepundakku.

" Facial wash ku habis , mas sibuk tidak ? Aku mau mampir ke mall sebentar boleh? Sekalian makan siang ya? " Sebenarnya aku sedang sedikit kelelahan sekarang , karena sibuk bolak balik kantor untuk sekedar beradaptasi , tapi baiklah aku juga butuh makan sekarang

" Memangnya di minimarket tidak ada ? " Tanyaku

" Enggak mas, adanya hanya di counter nya , "

" Yasudah , sebentar saja gak papa kan? Mas capek sekali " ucapku yang dibalas senyum manis olehnya ,

" Jangan terlalu capek mas , aku gak akan menuntut mahar yang besar untuk pernikahan kita , lagipula dengan menikah dengan mas sudah lebih dari cukup untuk menyempurnakan ibadah dan agamaku " jawabnya yang dibalas anggukan olehku

Tak berselang lama , aku dan Inara berakhir disalah satu pusat perbelanjaan , dengan tangan yang bergandengan pipi Inara tak berhenti memancarkan rona malu malu , aku hanya bisa tersenyum menyadari itu. Sehingga tak sengaja mataku melihat pemandangan yang sama sekali tidak membuatku senang

" Sayang, kamu beli facial wash sendiri gakpapa? Mas ada yang mau dibeli disana! " Ujarku

" Em , oke ,kita bertemu di restoran sushi ya mas? "

" Heem "

Tanpa banyak kata ,aku memutuskan untuk menghampiri pemandangan yang tak membuatku senang tersebut .

" Kanaya " panggilku saat tubuhku hanya berjengkal beberapa langkah dengan posisi kanaya yang sedang tersenyum dengan lelaki lain

Wajahnya kentara sekali terkejut melihat kedatanganku ,

" Aa ? Sedang apa disini? "Tanya mya dengan raut wajah terkejut

" kamu sendiri sedang apa? Saya fikir handphone saya mati, karena seingat saya saya tidak menerima pesan izin dari kamu " jawabku datar

" a, maaf aku hanya makan siang dengan teman lamaku. Kenalin dia anas. Teman masa kecilku " jawabnya lirih, dia bahkan menatapku dengan tatapan takit sekarang. Apa maksud nya itu .

" kenalkan saya cakra, teman lama kanaya . " ucap lelaki itu

" megantara. Suami kanaya " aku menjawab dengan nada sedikit jumawa , menunjukan kalau kanaya memang sudah bersuami

" kalau gitu anas, aku pamit
Lain kali jika ada kesempatan , kita bisa bertemu lagi " ujar kanaya seraya teesenyum pada lelaki yang ia panggil anas itu. Apa pula tadi , lain kali? Kupastikan tidak ada lain kali untuk mereka beetatap muka sekalipun.

" kalau begitu saya bawa istri saya pulang ya cakra , em anas atau siapapun lah kamu. Assalamualaikum. Oh satu hal lagi, kalau memang dimasadepan kamu ada urusan mendesak hingga harus bertemu dengan kanaya, pastikan saya terlibat dengan peecakapan kalian ya" ujarku . Dia melihatku dengan tatapam datar seraya menganggukan kepalanya.

Aku pun berjalan santai dengan kanaya , hingga saat sampai di parkiran aku mengingat bahwa aku tidak datang sendirian kesini, melainkan bersama inara .

" em kanaya" panggilku ragu

" iya a? " jawabnya

" em , saya masih ada urusan disini, saya lupa bilang ini sama kamu, tapi kali ini kamu bisa pulang sendiri kan ? Atau mau saya carikan taksi? " tanyaku

Dia menatapku bingung , seraya menggelengkan kepalanya

" aku tidak sebodoh itu a, aku hapal alamat rumah kita, aku akan pulang sendiri, em lain kali kalau aa sedang ada janji dengan inara, bersikap abailah saat melihatku a. Aku akan melakukan hal yang sama. Karena kufikir itulah yang aa mau kan? "

Sungguh aku tercengang mendengar kalimatnya barusan. Aku memang pergi dengan inara . Tapi aku tidak bisa diam saja melihat istriku makan siang dengan lelaki lain. Ego ku tergores , aku memang tidak mencintainta. Tapi berbagi kepemilikan dengan siapapun itu jika itu tentang kanaya. Aku rasa jawabanku akan tetap sama yaitu TIDAK.


Hai guyssss.
Lama banget gk update huhu
Thnks buat kalian yang udah baca .
See you on the next part

Rabu, 25 nov 2020
Hilsa

PrioritasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang