Part 1

1.7K 71 2
                                    

Dukk!!!

Satu suara dentuman dari pintu yang dipaksa menutup dengan keras dan cepat membuat seorang penghuni kamar mendongak serta buru-buru mengelus dadanya. Seorang wanita yang terkejut dengan kejadian tersebut menatap begitu dingin pada si pelaku.

“Memangnya kau tidak bisa menutup pintu pelan-pelan? Bahkan mengetuk saja pun kau anggap terlalu membuang tenaga.” Satu makian halus terlempar dari mulut wanita penghuni kamar itu. “Aku kesal dan hidupku berantakan, semua gara-gara Bibi Kim yang dengan teganya menarik semua fasilitas yang kumiliki. Bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpa semua itu!” keluhan langsung keluar dari mulut seorang tamu tak diundang dalam kamar tersebut.

“Yak, Miyeon… kau pikir hanya hidupmu saja yang jadi berantakan, hidupku juga. Apa kau tak menyadari bahwa penderitaan kita saat ini semua gara-gara kau!”

Eonni, mengapa kau jadi menyalahkanku?” wajah cemberut Miyeon semakin ditekuk mendengar pernyataan kakaknya, Miran. “ya, kalau saja kau bisa mengurangi kebiasaanmu yang suka berfoya-foya menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting, maka Bibi Kim tidak akan melakukan semua itu pada kita. Lihat sekarang, bahkan aku tidak punya mobil untuk sekedar berangkat ke kantor dan aku juga tidak punya stok uang cash yang banyak untuk mencukupi segala kebutuhanku ke depannya,” omel Miran pada Miyeon.

“Iya, aku tahu kalau berbagai kebiasaanku memang sedikit berlebihan. Tapi bukan berarti Bibi Kim dengan seenaknya menarik semua kemudahan yang kumiliki bahkan sekarang dia membatasi ruang gerakku. Kau bayangkan saja aku harus naik bus ke kampus. Aku juga tidak punya uang. Arrrggghhh… hidupku menderita sekali!!” Miyeon mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.

“Sedikit berlebihan? Ya Tuhan… kau ini memang tidak pernah sadar ya. Apanya yang sedikit bila kau selalu membeli berbagai barang-barang branded dengan harga selangit, berpesta pora dengan teman-temanmu, bahkan kau juga sering pergi ke club untuk sekedar bersenang-senang. Tagihan kartu kreditmu sampai membludak. Aku yakin kuliahmu juga sekarang berantakan. Apa itu yang kau katakan hanya sedikit?” omelan Miran semakin panjang seiring kekesalannya yang bertambah.

“Lalu aku harus bagaimana? Aku sama sekali tidak siap kalau seperti ini… Kau sih masih lebih baik, kau punya Seungcheol Oppa yang akan selalu memenuhi segala kebutuhanmu karena kau adalah tunangannya,” Miyeon bersungut-sungut membuat Miran sedikit berempati.

“Kau harus bekerja. Bila kau memiliki pekerjaan setidaknya kau bisa menghasilkan uang yang lumayan mencukupi kebutuhan sehari-harimu.”

“Mwo? Bekerja? Aku kan belum selesai kuliah..”

Pletakk!! Satu jitakan mendarat di kepala Miyeon. “kau kan bisa berkerja paruh waktu, bodoh. Sekarang terserahmu lah… kalau kau ingin terus-terusan meratapi nasibmu yang dalam sekejap harus jadi upik abu, aku tidak akan menghalanginya!”


“Yak, eonni… kau tega sekali. Ya sudah… aku akan berusaha sendiri. Aku tidak akan meminta bantuanmu!” Miyeon langsung pergi meninggalkan kamar Miran dengan perasaan dongkol karena sikap agak acuh kakaknya.

~~~

Habislah sudah! Hidupku sudah berakhir… Semua gara-gara Bibi Kim yang tega sekali menarik semua fasilitas milikku, mulai dari mobil hingga kartu kredit. Padahal Bibi Kim itu hanya seorang sepupu ayah yang diberi wasiat untuk mengurusku dan kakakku, termasuk mengurus segala keuangan dan roda kehidupan perusahaan peninggalan ayah.

Cinderella After Midnight [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang