Part Lima

43.9K 5.2K 530
                                        

Masih sangat jelas di kepala, siapa yang menghampirinya dulu dengan senyum merekah dan harap yang menggantung di sepasang netra.

Merangkul lehernya, sebuah kecup manis di pipi menjadi pembuka sebelum suara merayu menggelitik di telinga sekaligus menimbulkan tanda tanya.

"Ayo kita menikah. Di las Vegas? Di sana kita bisa menikah tanpa restu orangtua, kan?"

Mengernyit bingung, pria itu memandang wanita yang baru dua hari lalu menolak ajakannya untuk menikah. "Kenapa? Kamu bilang belum bisa."

"Eemm ... setelah aku pikir-pikir, memangnya aku bisa yah hidup tanpa kamu?"

Membawa wanitanya untuk duduk di pangkuan, ia kecup lembut bibir yang sering mengerucut kesal setiap kali ia fokus dengan lagu-lagunya tanpa memperhatikan kehadiran sang wanita yang untuk bertemu dengannya saja harus bersembunyi dari keluarga dan orang lain tentunya.

Hubungan yang sudah berjalan tiga tahun ini hanya keluarga Langit saja yang tahu. Dan mereka, menyetujui kehadiran wanita ini dalam kehidupan Langit, tanpa peduli siapa keluarga dari wanita yang pria ini cintai.

Tidak. Ini urusan tentang dua hati insani yang tak perlu dihalangi restu orangtua, yang tak memiliki hak ikut campur perihal cinta yang Tuhan turunkan dalam hati manusia. Meski takut itu masih jelas bercokol di hati. Sungguh. Mereka takut, jika Langit juga akan dihancurkan suatu saat kelak.

"Setidaknya ... aku meminta izin dengan mama, nenek dan kakekmu, kan?"

"Aku bilang tanpa restu, Langit. Kakek dan mama ngga akan setuju. Percuma. Mau kamu mohon sampai nangis darah juga mereka ngga peduli."

"Jadi ini masih sama jawabannya. Hanya bedanya sekarang kamu mau menerima ajakanku untuk menikah, tapi tetap tidak mengizinkan aku meminta restu keluargamu."

Wanita itu mengedikan bahu sebelum kemudian ia beri sebuah kecup singkat di bibir prianya. "Langit. Kalau sampai mereka tahu hubungan kita, kamu ngga akan diberi celah untuk menikahiku."

"Lalu, kalau mereka tahu kita menikah. Kamu yakin tidak ada celah untuk memisahkan kita?"

Wanita itu menggeleng samar. "Kita menikah. Tapi jangan biarkan keluargaku tahu."

"Aku tidak setuju."

"Kalau begitu, beri waktu satu tahun, baru aku bicarakan pernikahan kita ini."

Desah pria itu meluncur halus, membuai telinga wanitanya yang langsung menjatuhkan bibir pada jakun yang bergerak pelan, mengikuti tiap kata yang keluar dari bibir Langit yang nyaris tak pernah menghisap kepulan asap nikotin. Karenanya bibir itu merah, dan manis. "Dan selama itu tidak ada yang tahu tentang pernikahan kita, selain keluargaku?"

"Kita menikah. Jalani hubungan kita seperti biasanya, dan fokus dengan karir kamu. Pelan-pelan aku minta restu kakek dan mama. Okey?"

Tapi mengingat bagaimana tabiat keluarga wanitanya yang pernah menghancurkan kehidupan saudara sang ayah. Mungkinkah bisa mendapatkan restu dengan mudah?

"Selama belum mendapatkan restu, kamu berjanji untuk berjuang sama-sama sampai hubungan kita direstui, kan?"

Mereka tak sebentar menjalin kasih. Dan jika semua pengorbanannya untuk mendapatkan si keras kepala Gween harus hancur begitu saja karena terhambat restu, dia benar-benar bisa gila.

Optimis, wanita itu mengangguk. "Aku akan di sampingmu. Menjalani hubungan seperti ini selama tiga tahun saja aku bisa. Apalagi berjuang bersama untuk sebuah restu. Iya, kan?"

FatedWhere stories live. Discover now